12. Kabur ke jakarta

562 92 3
                                    

Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻


Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




☆☆☆☆☆

7 Bulan Berlalu

Hilang kabar, min komunikasi, renungan, itu lah yang kini tengah menghantui fikiran arsam.

2 bulan lalu kala dirinya mendapati kabar dari bayu, yang telah berhasil mengungkap kan isi hatinya dengan ina, dibulan itu pula dirinya seakan patah semangat untuk mendapatkan hasil 2 tahun kedepan.

"Jika sudah hilang kabar, lalu siapa yang patut disalah kan?" Bisik arsam pelan, tak sedikit pun mengira akan ada yang mendengar bisikannya.

"Fikiran mu sam" celtus dikta memasuki tenda jaga arsam.

Arsam menoleh, sedikit terkejut dan berusaha mencari alasan untuk menjawab pertanyaan berikutnya.

"Ada apa sam? Kenapa terkejut?" Imbuhnya lagi semakin mendekati arsam.

Braakkk.

Satu lembaran kertas berhasil mendarat tepat di atas meja dekat ranjang tingkat milik arsam dan bayu.

Sedangkan sang tujuan hanya bisa menatap lawan bicara dengan 100% kebingungan nya.

"Besok pagi, di Jakarta. Datang sam, katakan padanya tentang masa penugasan mu di Surabaya 7 bulan terakhir setelah meninggalkan Jakarta." Titah dikta yang kini duduk tepat di atas kasur ranjang milik arsam.

"Apa maksudnya? Datang ke Jakarta? Untuk apa dik? Dan acara siapa yang harus saya datangi?" Timpal arsam tak sama sekali membaca lembaran dari dikta.

"Itu dari rena, dia tengah mengadakan acara di jakarta." Lanjut dikta sedikit menerangkan.

Keningnya arsam kerutkan, menatap fokus lalu mengambil dan membaca lembaran itu.

"Kau? dari mana kau mendapatkan undangan ini?" Pertanyaan yang seakan sudah dibaca oleh dikta.

"Tak penting dari mana saya mendapatkan nya, yang terpenting adalah kau harus datang kesana" Tegas dikta kembali berdiri dan menatap arsam tajam.

"Dengar sam, tak ada waktu lagi untuk menunggu 2 tahun kedepan, kita juga tak akan tau bagaimana takdir yang bisa saja berubah kan?" Kini perkataan dikta seolah menjadi tamparan kenyataan yang memang seharusnya arsam dengar.

Arsam menundukan kepalanya, laki-laki terduduk di kursi dekat jendela tenda penugasannya.

"Sam, apa lagi yang kau tunggu? Ayo sam, kau harus menjelaskan padanya. Kau mencintai nya bukan?" Tiada henti dikta menyudutkan arsam.

Before ExpulsionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang