"Selamat buat hasil pre test kamu. Hampir dapat nilai sempurna lagi" ujarku pada Sandy setibanya kami di halaman rumahku. Sandy memarkirkan motor ku disana.
"Ohh" hanya itu jawabnya, lalu menyerahkan kunci motor padaku. "Thanks" tambahnya kemudian. "Tadi berdiri di depan kelas, buat intip hasil ujian? Such a fans tck" ledeknya
"Kebetulan lewat" bantahku cepat
Kini kami berdiri berhadapan
"Nilai fisika kamu jelek banget. Jere Stefano told me"
Rasanya aku ingin ditelan bumi saja "Aku ga sepintar kamu"
"I know, itu artinya kamu harus usaha lebih keras"
Aku menghela "Aku bahkan hampir telat masuk kelas gara gara tidur kemalaman buat belajar" aku hampir frustasi
Sandy tak mengatakan pun untuk beberapa saat, aku sampai melirik kearahnya
"Materi apa yang paling sulit dari fisika?" tanya nya tiba tiba
"Vektor, Kinematika"
"Jawaban kamu salah kebanyakan di soal vektor sama kinematika?"
Aku mengangguk
"Kamu harus kuat di dasar nya dulu, biar kalau soalnya di modifikasi kaya apapun, kamu gak akan bingung"
Sandy benar, aku bisa mengerjakan soal di buku pelajaran tapi saat model soalnya diubah.. aku kebingungan.
"Besok bawa soal ujian fisika kelas kamu"
"Buat?"
"Aku mau lihat soalnya, sekalian kita bahas dasar dasar vektor dan kinematika"
Sandy menjentikkan jarinya di hadapanku saat tak menerima respon apapun
"Gak .. gak usah, aku bisa minta bantuan yang lain aja" tolakku
"Siapa?" tantangnya
Dan aku memutar otak untuk memikirkan siapa orang yang bisa mengajari ku fisika karena Gio dan Rene bahkan lebih buruk dariku, bahkan Jere dan Stefano mengatakan soal ujian kali ini sulit
"Besok jam 3 sore, perpustakaan" Sandy memecahkan kebingunganku
Aku masih menolak "Gak usah Sandy. Kamu uda sibuk banget buat persiapan OSN, aku gak mau ganggu"
Sandy memasukkan tangannya ke kantong celana "Persiapan OSN itu bisa 10 jam setiap harinya, satu jam buat ajarin kamu vektor gak akan ganggu"
"Padahal satu jam itu bisa kamu pakai buat istirahat" aku jujur saat mengatakan nya, aku khawatir ia kelelahan. "Kamu apa gak pernah capek?"
Sandy memiringkan kepalanya, menatapku dengan tatapan aneh "Aku gak pernah capek"
Aku mengangguk pelan sambil berhadap dalam hati kalau Sandy jujur dengan dirinya sendiri
"So yes or no?"tanyanya lagi
"Oke" jawabku pada akhirnya
"Good. Seminggu dua kali, Rabu dan Jumat setelah jam pulang sekolah. Kita belajar sampai ujian final dimulai. Oke?"Sandy menjulurkan tangannya
"Kenapa kamu mau repot repot?"
"Kamu mau jadi dokter kan? Let me help you this time"
Jadi, dia masih ingat. Ahh, perasaan ku sangat hangat saat mendengar nya.
Kubalas uluran tangannya "Oke, tapi kamu bisa cancel kapanpun dan aku ga masalah"
"No need to tell me, of course i'll do it. You know me" Sandy berdecak
Aku tertawa kecil. Ya, aku lupa sedang berbicara dengan siapa... the great Sandy Alexander Wijaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL SKIES OF YOU (Dear Sandy)
Romansa"Jere told me something funny" ucap Sandy Ia lalu menoleh ke arahku, aku melakukan hal yang sama "He said you like me, funny right?" Jantungku seperti berhenti berdetak untuk beberapa detik saat mendengarnya I like you. Andai aku bisa mengatakan...