68. Bersimpuh

2.2K 211 81
                                    


Happy reading

-

-

up lagi hehe



Pada jam pelajaran pagi ini adalah olahraga. Anak kelas X-4 sudah bersiap untuk menuju lapangan. Terkecuali Lara, dia sudah meminta izin untuk tidak mengikuti olahraga kali ini karena kondisi tubuhnya yang belum pulih.

Bianca baru saja selesai berganti baju. Berjalan menuju bangkunya dengan seragam yang dibawakan oleh Sintya dan Fina. Sepertinya gadis itu memiliki babu baru.

"Thanks," ucap Bianca duduk tenang. Merogoh botol air di tasnya.

"Ini kenapa air gue kosong?!" Bianca dengan wajah marah memegangi botol airnya sendiri.

Fina dengan panik mendekat. "Ah, tadi g-gue minta air minumnya. Lo juga diem aja kirain boleh..." lirihnya gagap.

Bianca bangkit dari duduknya. "GUE NGGA SUKA ADA ORANG SENTUH BARANG-BARANG GUE! LO TAU ITU AIR APA?! LO NGGA BAKALAN MAMPU BELINYA! LO SENTUH BOTOL MINUM GUE ITU ARTINYA UDAH NGGA STERIL LAGI!!" pekiknya keras. Menggebrak botol minum berharga jutaan itu lalu menuju pojok ruang kelas. Membuang botol itu tanpa pikir panjang.


Satu ruangan seketika menoleh ke arahnya terkejut, terkecuali Lara yang sedari tadi menelungkupkan kepalanya di atas meja. Suasana jadi senyap, sungguh jarang Bianca bisa berteriak semarah ini.

"Botol minuman doang kali Bi. Kalo emang lo ngga mau disentuh ngga usah bawa. Stop merintahin anak kelas buat nurut sama lo. Mereka bukan Adisty, Sella sama Jesya yang selalu mau diperintah lo," ucap Abel sarkas. Kelopak mata Bianca bergetar. Menatap Abel terperangah.

"Ah... dayang yang bully elo. Lupa," sambung Abel semakin pedas seolah tau apa yang terjadi sebenarnya. Menatap sinis sembari merapikan seragamnya.

Bianca menggertakkan giginya. Mengepalkan tangan kuat menatap Abel marah. Selanjutnya matanya mengedar, melihat reaksi anak kelas yang sama memberikan tatapan menghujam.

Beberapa detik kelas masih sunyi, sampai suara deritan kursi terdengar. Lara bangkit dari duduknya. Wajahnya yang datar itu melongos pergi begitu saja. Sempat melewati Bianca yang terus menatap pergerakannya.


-

-

-

Lara baru saja mencuci wajahnya. Luka goresan masih ada. Untuk pertama kalinya Lara mengakui kalau dirinya terlihat buruk depan kaca itu. Sial, wajahnya jadi seperti zombie saat ini.

Dengan langkah gontai, Lara berjalan kembali menuju kelasnya. Ia akan tidur setelah ini. Harus terpejam, semalam ia sama sekali tidak bisa tidur.

Saat kakinya memasuki ruang kelas, perkiraan Lara semua anak kelasnya sudah pergi ke lapangan. Namun, mata Lara sukses menbulat saat menatap Bianca yang duduk melipat kakinya di atas meja paling depan. Menggoyangkan-goyangkan kakinya seperti sedang menunggu.

Ah, gaya duduk gadis itu persis saat melihatnya disiksa saat di kolam renang. Saking hapalnya, Lara bahkan tau. Gaya duduk Bianca itu seperti orang yang tak sabar menanti sesuatu.

Begitu melihat Lara yang terpaku di ambang pintu, Bianca sedikit melebarkan matanya. Menghentikan gerakan kakinya lalu meloncat turun. "Ra..." panggilnya lirih.

Nafas Lara terengah, tubuhnya bergetar hebat saat itu juga. Ditemani rasa mual yang sangat teramat. Ia menutupi mulutnya yang terasa mual. Merasa dingin dengan jantung yang berdetak semakin cepat.


Sea For Blue WhalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang