Diary sang musafir:
"Ketika aku melihat langit, aku selalu bertanya, 'dimana kah Tuhan berada?' Lantas seseorang berjalan ke arahku dan berkata, 'Segala hal yang kamu lihat adalah interpretasi dari Tuhan itu sendiri, jadi ketika kamu mempertanyakan Tuhan sama halnya kamu mempertanyakan warna kepada orang buta.' Kata-kata itu kembali menamparku kala aku menyadari bahwa bukan Tuhan yang tak adil kepadaku, melainkan aku yang terlalu jauh dari Tuhan sehingga aku tak bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam diriku. Matriks ini harus aku hancurkan."
———
Aku kembali berjalan di sepanjang Royal Mile. Sesekali Yusuf menceritakan kepada kami banyak sejarah tersembunyi kota ini yang membuatku kagum. Sepertinya aku harus banyak bertanya kepada Axel terkait sejarah yang disembunyikan itu saat aku kembali ke Paris.
Situasi sudah tak lagi canggung mengingat bagaimana Yususf mampu mencairkan suasana tegang di antara kita. Ternyata dia banyak belajar dari Zhafira terkait itu. Namun, pesona sang penyandang nama itu masih sama dan tak akan pernah hilang dari sosok luar biasa ini. Kepiawaiannya, ketegasannya, pembawaannya yang bijak dan berwibawa, kesantunannya, dan banyak kata yang tak akan cukup jika digunakan untuk mendeskripsikan sosoknya yang sempurna.
Kami masih berjalan dengan tenangnya kala tiba-tiba, seseorang berteriak dengan begitu histerisnya menggunakan aksen Scottish yang kental.
"Hey, the stray dog escaped from the animal shelter!!!"
"Apa dia bilang Stray dog?" Tanya Aliyah memastikan.
"Sepertinya benar," balasku.
"Apa?!! Anjing liar maksudmu? Dimana?!" Ujar Aliyah mulai panik.
Tiba-tiba suara gonggongan keras membuat kami menoleh menatap sang sumber suara yang berasal dari ujung jalan. Seekor anjing berjenis Doberman Pinscher bewarna hitam tengah berlari dengan membabi buta situasi di antaranya. Kami berempat dengan ketegangan yang sama masih membeku di tempat dengan wajah yang pucat.
"Astagfirullahaladhim," ujar Yusuf yang berjalan dengan tenang melewati kami mendekati sang Doberman Pinscher.
"YUSUF!!!" Teriakku dengan kepanikan yang sama.
"بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ , اَلَّا تَعْلُوا عَلَىَّ وَاْتُونِى مُسْلِمِيْنَ"
Teriak Yusuf sembari menatik tali leher sang Doberman Pinscher dengan kuatnya. Lantas Anjing hitam itu terdiam dan menunduk dengan penuh kesantunannya.
"Subhanallah," gumam Aliyah kala menatap Yusuf dengan penuh kekaguman.
"Ingat kejadian ini Dhaniya?" Tanya Zayn masih dengan logat dinginnya yang khas.
"Kejadian apa?"
"Kisah sang Singa Allah dalam sebuah syair."
"Aku tidak mengerti maksudmu, Zayn."
"Kamu pasti sudah pernah mendengar kisahnya," gumam Zayn yang menatap Yusuf yang kini mengusap lembut kepala sang Doberman Pinscher dengan senyuman tenangnya yang merekah.
"السلام عليك يا عبد الله"
Gumam Yusuf pelan yang membuat sang anjing berhenti menggonggong dan mulai tunduk dengan santunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am not Marionette
RomantizmTantangan adalah hal yang selalu aku hindari dalam hidupku. Hal itu membuatku harus merasakan banyak penyesalan yang tak ingin aku ulang kembali. Mataku menatap bangunan kokoh ini dengan banyaknya sejarah masa lalu yang membuatku segan dan merasa hi...