BAB [1]

3.5K 411 155
                                    

6 tahun yang lalu...

Air hujan menguarkan aroma khas dipemakaman, hari ini ibu meninggalkannya sebatang kara menyusul ayah yang sudah lebih dulu menemui Tuhan. Tangis Raven tak lagi pilu, bengkak yang matanya perlihatkan sudah cukup memberitahu orang-orang betapa menyedihkan hidupnya. Diumur yang baru saja menginjak 12 tahun, Raven remaja telah menjadi yatim piatu.

"Nak, sudahlah. Ibu sudah bahagia bersama ayah."

Wanita tua itu memegang pundak gemetarnya, menatap Raven dengan hangat. Disebelahnya berdiri remaja cantik seusia Raven, membungkuk sedikit untuk memberi pelukan.

"Aku mengerti." Ia berbisik yang membuat pertahanan Raven kembali jatuh, ia membenamkan wajahnya di bahu Naya, sahabatnya.

Naya sama halnya dengan Raven, jika tidak ada nenek maka dia juga sendirian di dunia ini. Ibu dan ayahnya meninggal dalam perjalanan pulang setelah bekerja untuk negara. Naya hanya tahu bahwa mereka adalah pahlawannya.

"Mereka meninggalkanku, aku sendirian, Nay." Isaknya.

Naya menjatuhkan lutut ke tanah, mendekap pemuda itu kian erat.

"Tidak, kau masih memiliki aku dan nenek."

HE'S KINDA HOT
a fanfiction by: jajangmyeon99

•••

Tidak ada yang ingin melewati hampir 7 jam perjalanan pulang pergi dari Canberra menuju teluk biru Narooma, kota kecil di Australia hanya untuk mengantar kopi hangat. Mungkin tidak seorangpun kecuali Raven, berusia delapan belas dengan truk kecil miliknya, Raven bahkan tak yakin kopi itu masih hangat saat tiba di rumah pelanggan, tapi apa boleh buat, kedai kopi tempatnya bekerja adalah salah satu yang paling banyak diminati di kotanya sampai terdengar oleh kota-kota lain di Australia.

Jam kerjanya belum habis, maka sepulang dari mengantar kopi dia kembali ke kafe untuk membantu rekan kerjanya yang lain. Raven memarkir truknya lalu turun dengan sedikit tergesa, beberapa kali dia terlihat menyibak ke belakang poninya yang mulai panjang. Pemuda berhidung mancung itu rupanya tak menyadari beberapa pasang mata sedang mengikuti langkahnya saat memasuki kafe.

"Itu Raven, kan?"

"Sejak kapan dia bekerja disini?"

"Dia pasti diam-diam mencari pekerjaan baru setelah Dybala membuatnya dipecat dari toko roti waktu itu."

Mereka tergelak menertawakan seseorang yang masih diam menatap Raven dengan mata sipitnya.

"Sudahlah biarkan saja, kau terlalu keras padanya. Orang miskin sepertinya pasti membutuhkan pekerjaan ini."

Biarkan saja katanya? Cih.

Pemuda bernama Dybala itu mengangkat tangan ke arah pelayan, semua pelayan serentak menoleh temasuk Raven yang seketika itu mematung kaget.

"Kau layani yang satu itu Raven."

Tak ada yang kelihatan lapang saat itu kecuali dirinya, dengan amat terpaksa Raven berjalan menuju meja anak-anak jahat itu membawa buku menu dan kertas sebagai catatan. Raven berdiri diam menunggu Dybala menyebutkan pesanannya, sambil sesekali menepis kasar tangan teman-teman lelaki itu yang mencoba memegangi bokong Raven dengan godaan mereka.

"Americano." Bibir tipis Dybala mengulas seringai yang Raven tahu sepertinya kesialannya akan diawali detik itu. "Tanpa es," lanjutnya.

Raven membungkuk, lega karena tak harus menunggu lebih lama lagi. Segera dia membuatkan pesanan Dybala dan kembali mengantarnya berharap mereka juga cepat pergi dari sana. Namun tidak, dia sudah menduga ini.

He's Kinda Hot [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang