51 || It's Over - END-

211 2 1
                                    


Tiga hari sudah setelah acara Reuni Akbar kemarin. Adel tengah bersiap untuk kembali lagi ke Swiss. Ia tidak bisa lama di tanah kelahirannya lantaran ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Namun, beberapa hari ini suasana hatinya begitu baik, Adel selalu tersenyum. Bahkan ia merasa kembali dan menjadi Adel yang dulu. Semua koper sudah siap, Adel memanggil beberapa pembantu rumah tangga untuk membantu membawakan kopernya ke luar.

Sampai lantai bawah, ia bertemu dengan Bi Ani. Ia memeluk wanita itu sesaat.

"Bi, Adel pamit lagi, ya. Bibi sehat-sehat di sini. Jaga rumah ini baik-baik."

Bi Ani mengangguk, "pasti, non. Non Adel juga jaga diri, ya, selama di sana. Salam untuk Bapak dan Ibu."

"Pasti."

Setelah berpamitan dengan para pekerja di rumah besar itu, Adel bergegas keluar dan mendapati Zein yang sudah setia menunggunya di teras rumah.

"Maaf lama."

Zein beranjak dan tersenyum lembut kepada Adel. "Nggak masalah sayang."

Setalah semua barang sudah di masukan ke dalam bagasi mobil, mereka berlalu dari rumah Zaidee.

••••
.
.

Sebelum mengantar Adel ke bandara, mereka melipir ke Kafe Daisy, melakukan sarapan bersama. Sudah tiga hari sejak Adel menerima lamaran Zein hubungan mereka kian membaik. Zein benar-benar menerima masa lalu Adel, menerima Adel yang sekarang. Meski berkali-kali gadis itu merasa tidak pantas dengan dirinya saat ini. Adel merasa kotor, bahkan ia merasa malu saat Zein terang-terangan mencium dirinya.

"Lo beneran terima gue yang sekarang?"

"Iya."

"Dengan masalalu buruk gue?"

"Iya."

"Dengan diri gue yang sekarang-kotor?"

"Gue nggak pantas buat lo, Zein."

"Siapa yang berhak menentukan pantas atau nggaknya lo buat gue? Apa lo Tuhan? Lo tau dari mana kalau lo nggak pantas?"

"Zein-"

"Andai kata bukan gue yang menjadi pendamping lo, apa lo akan berkata demikan terhadap laki-laki lain?"

Hening.

"Semua sama aja, Adel. Mau siapapun yang berada di samping lo nanti, dia yang pastinya sudah menerima lo. Baik buruknya lo bukan hal sulit untuk diterima jika memang dia tulus sama lo."

Itulah kata terakhir Zein saat berada di taman belakang Aula yang membuat Adel kembali yakin untuk tetap memilih Zein. Ditambah ia masih mencintai lelaki itu meski bayang-bayang Gallan terkadang masih menyerang dirinya. Adel tidak mau melakukan kesalahan yang sama. Kesempatan tidak datang dua kali. Ia bukanlah Adel yang mementingkan keegoisannya, ia sudah bisa memilih mana yang terbaik untuk dirinya dan masa depannya.

"Del... Adel?"

Adel tersentak. Ia menatap Zein dengan pandangan bertanya. "K-Kenapa?"

"Kenapa kamu melamun?"

"Gu-Aku, cuma nggak nyangka aja."

"Dengan?"

"Hubungan kita yang sekarang. Maaf, Zein. Gue-maksudnya aku, belum terbiasa."

Zein terkekeh. "It's ok, Del. Aku cuma nggak mau kita kaya dulu."

Adel hanya mengangguk.

"Kapan kamu balik ke Indonesia lagi?" Tanya Zein sekaligus mencari topik lain.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang