Lives
Liberty
Wisdom
Compassion
Welfare
Humanity
Bliss
Everything you deserve
I could give you all of it
Only if you answer me
With the sincerity that has always been in you
With the sweetness you always give
With the smile that you always show
With the fragility that always shines in your eyes
With the void that I can always feel
With the despair that you have
Only one step left
For me to give you everything
For you to become a complete human being
—
Suasana di antara mereka canggung. Tatapan mereka berlarian ke sana ke mari karena bingung harus melakukan kontak mata atau menghindarinya. Terlebih dari pihak perempuan yang kepalanya ditutupi baret terlihat lebih gugup karena takut media akan menyorotnya. Tentu bukan masalah bagi pihak laki-laki jika ada yang menyorotnya, dia lebih mementingkan reputasi sang gadis yang selalu berada di puncak dibanding dirinya yang jauh dari sorotan kamera.
Tangan sang gadis mengetuk-ngetuk mangkuk sorbet stroberi yang sudah berembun dari luar sebab pelan-pelan mencair karena dia anggurkan. Jangankan untuk memakannya, buat sekedar mengangkat sendoknya pun tangannya gemetar hebat. Dia gugup setengah mati dan jantungnya berdetak cepat hingga takut suaranya akan terdengar oleh laki-laki di hadapannya.
"Lizzy?"
"Ya?"
Laki-laki tersebut tersenyum tipis, tangannya mendorong kacamatanya serta menatap pada gadis di hadapannya dengan lembut.
"Do you want to go somewhere else?"
"Ah--"
Lizzy terdiam untuk sesaat. Menggantungkan kalimatnya untuk memikirkan balasan yang tepat untuk dikatakan.
"I'm okay, actually. How about you?"
Laki-laki di hadapannya menggeleng masih dengan senyuman tipis yang nggak luntur di bibirnya.
"I'm okay, as long as you're okay."
"Great." Balasan yang lebih tepat disebut bisikan karena hanya Lizzy yang mendengarnya.
"Why don't you take a sip?"
"It's--"
"Mm-hm?"
Dia nggak terbiasa dengan segala perlakuan yang diberikan oleh laki-laki di hadapannya. Sedari awal, laki-laki tersebut selalu menanyakan pendapatnya. Menanyakan apa keinginannya. Bahkan memastikan dia nyaman dengan tempat yang mereka datangi sekarang. Dia nggak tahu harus bersikap bagaimana ketika dihadapkan oleh pilihan yang menyangkut dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceaseless Fondness
Teen Fiction"Did you just agree to it?" "I have no right to refuse." "Who said that?" "This relationship consists of two people." "Not just me, but also you." "Thank you for agreeing to it." "You agreed to it?" "Yes." __ #5 from Almaera Universe. Each story can...