The color wanes as time goes by
The love tattered away as the clouds of darkness washed it away
The silent that embraces her tightly
The endless emptiness of the void
As if she was isolated
Surrounded by nothing but loneliness
And, he found her
He let all the colors pour out
He sow love more than emotions
He pull the silence wrapped around her
He lead her out of the void
The isolation felt like it ended
And it was replaced by the tranquility he gave her
But, can she even do the same for him?
___
"Judith, berhenti mikir hidup ini berputarnya di lo doang. Nggak selamanya lo bisa dapetin apa yang lo mau cuma karena lo cantik."
"Apa susahnya sih kasih liat ke semua orang lukisan yang lo bangga-banggain itu? Takut? Malu? Jawab, Judith. Masih punya mulut, kan? Mulut lo nggak ikut mati bareng bonyok lo itu, kan?"
"Udah difoto belum lukisannya?"
"Udah."
"Yakin ini keputusan yang lo punya?"
"Yakin. Nggak ada cara lain selain bikin Judith mundur sendiri dari kompetisi kalau nggak dipermaluin di depan orang banyak. Apalagi orang tuanya habis meninggal juga, kan? Nggak mungkin dia ngelakuin hal-hal aneh yang bikin dia makin stress."
"Congratulations to Mandy for winning first place in this competition!"
Kumpulan rekaman video dari runtutan kejadian yang menjawab pertanyaan siswa-siswi Almaera akan pengunduran diri seorang Abigail Judith Kavin--si pelukis jenius menjadi berita hangat yang sayang buat nggak dibicarakan. Sekaligus berita yang mengejutkan bagi semua orang termasuk Miss Sheina yang memandang kaku layar monitor di aula dengan tetesan air mata yang melewati pipinya.
"Judith. Judith--" Kepalanya menoleh ke sekelilingnya untuk mencari si pemilik nama, bibirnya bergetar, dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia tahu seharusnya dia nggak pernah mengabaikan anak muridnya yang sedang dalam masa berkabung untuk menghadapi perundungan yang sudah dia dengar dari anak muridnya yang lain. "Judith--maafin Miss, Judith..."
Seharusnya aula di pagi itu bisa diisi oleh tepukan tangan dari siswa-siswi Almaera atas kemenangan Mandy pada kompetisi lukis internasional yang akan diberi penghargaan penghormatan oleh kepala sekolah. Naasnya, bukan penghargaan penghormatan yang didapat, namun layar monitor yang jarang menampilkan video yang menayangkan rekaman sebelum kompetisi tersebut berlangsung. Kumpulan rekaman video yang menjadi bukti kecurangan Mandy pada Judith hingga gadis tersebut mengundurkan dirinya satu hari sebelum pengumpulan lukisan.
Rekaman video tersebut berawal dari Mandy yang memotret lukisan Judith untuk dia tiru sehingga Mandy bisa menuduhnya di depan umum dengan menggunakan kalimat sensitif yang menyangkut kematian kedua orang tua Judith, membuat Judith seakan-akan yang melakukan peniruan. Usai pengunduran diri Judith secara tiba-tiba dari kompetisi, gadis berkulit putih pucat tersebut menghilang bagai ditelan bumi, lalu pagi ini video misterius yang nggak diketahui sumbernya muncul di hadapan semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beacon Of Tranquility
Teen Fiction"I love you." "Sorry." "You don't have to sorry." "I love you and that's it." "... sorry." "I said, you don't have to sorry." "Sorry, for falling for you." __ #3 from Almaera Universe. Each story can be read separately without having to read the oth...