part 11

102 13 2
                                    

Setelah sekitar 40 menit di taman aku dan Ashley menutuskan untuk ke Mc Donald di dekat sini. Setelah itu aku mengantarnya pulang.

"Kau tidak ikut ke rumah Clairine?" Tanyaku saat didepan rumah Ashley. Dia menggeleng. Entahlah sifatnya berubah sejak ia menangis tadi. Ia lebih banyak diam.

"Baiklah. Bye Ashley. Istirahat yang cukup ya! dan jangan pikirkan temanmu itu karna kau sudah punya banyak teman sekarang." Ucapku lalu menekan pedal gasku melaju ke rumah Clairine.

15 menit perjalanan akhirnya aku sampai dirumah Clairine. Mobil Luke masih ada disini itu artinya Michael dan Luke masih ada. Mereka benar-benar menjalankan perintah Ashton ya hahaha.

Kubuka pintu rumah bercat putih ini lalu melihat sekeliling. Sepi. Tak lama kudengan suara perempuan bernyanyi. Siapa yang konser saat senja seperti ini?

Kulangkahkan kakiku menuju ruang atas mengikuti sumber suara. Kurasa aku mengenal suaranya. Benar saja, kakiku berhenti di depan pintu berwarna hitam dengan sticker artistic monkey didepannya. Apakah ini suara Clairine?
Kubuka pelan pintu kamarnya. Terlihat Clairine sedang memainkan gitar acoustic milik Luke dengan headset di telingannya. Dia bermain gitar sambil mendengarkan lagu? Aneh. Taklama suara itu terdengar lagi. Ini suara Clairine? Dia bisa bernyanyi dan main gitar? Astaga! aku semakin jatuh cinta padanya.

I'll love you long after you're gone, gone, gone.

Clairine mengakhiri permainan musiknya disambut dengan tepuk tangan dariku. Cepat-cepat ia melepas headsetnya lalu melepas gitar di tangannya. Tampangnya terlihat kaget. Mengapa? Apakah aku salah?

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya tajam dan dingin.

"Aku mendengar seseorang bernyanyi lalu mengikuti sumber suaranya lalu sampailah aku disini."

"Kau mendengarku bernyanyi?!" Ucapnya kaget. Memangnya kenapa? Aku mengangguk. "Sial." lanjutnya.

Aku mengerutkan dahiku bingung. "Memangnya kenapa?" Ia memutar mata. "Sudah lah lupakan." Ucapnya lalu duduk bersandar di ranjangnya.

Clairine asik memainkan iphone nya sementara aku asik mengamatinya. Tidak ada pembicaraan diantara kami. Merasa bosan akhirnya aku membuka topik. "Suaramu bagus. Kenapa kau tidak pernah tampil di pensi sekolah?"

Clairine menoleh ke arahku dengan tatapan datar. "Aku tidak ingin dikenal banyak orang." Ucapnya.

Lagi-lagi aku menatapnya bingung. Semua orang ingin terkenal sementara ia tidak. Aku tidak bisa mengerti jalan pikirannya. "Mengapa?"

"Aku punya masa lalu buruk tentang terkenal." Ucapnya sambil menunduk. Aku duduk di depannya. Bersiap mendengarkan ceritanya.

"Dulu aku punya teman bernama Jenna. Aku dan dia bersahabat. Aku kemana mana selalu bersamanya. Kami juga selalu shopping bersama. Jenna terlahir di keluarga yang bisa dibilang tidak mampu. Tapi aku tak peduli dengan itu. Aku tetap memperlakukannya sama. Bahkan lebih. Aku sering menraktirnya berbelanja dan makan. Aku merasa sangat nyaman saat bersamanya. Sampai akhirnya ayahku meninggal dan keluarga ku bangkrut. Saat itu aku sedih dan aku menelfonnya tapi ia malah menjawab "Aku turut berduka cita akan meninggalnya ayahmu. Tapi aku tidak bisa berteman denganmu lagi. Kau tidak layak berteman denganku karna kita sama-sama miskin sekarang." Ia meninggalkanku. Dari situ aku menutup diriku dan tidak ingin dikenal banyak orang." Ucapnya sambil menunduk.

Aku memeluk Clairine. Tak peduli bagaimana responnya. Kurasa ia akan mendorongku dan memarahiku. Kurasakan tangan Clairine bergerak menuju pinggangku. Lalu memelukku. Kuulangi. Ia memelukku.

"Aku takut Cal." Ucapnya. Kurasa ia akan melanjutkan sesuatu lagi. "Aku takut kalau Ashley meninggalkan ku seperti Jenna meninggalkanku." Ucapnya sesugukkan. Aku mengelus punggungnya berusaha menenangkannya. Jadi ini sebabnya ia memaksaku untuk mendekati Ashley. Ia tidak ingin Ashley pergi. Astaga Clair, ternyata di balik sifatmu yang dingin dan cuek kau sangat perhatian.

"Ia tidak akan meninggalkan mu, Clair." Ucapku masih sambil mengelus rambut hingga punggungnya. Sesekali aku mengecup kepalanya.

"Bagaimana kau tau?" Ucapnya masih sesugukkan namun berkurang dari sebelumnya.

"Tidakkah kau sadar? kau adalah orang yang paling baik di dunia. Apakah kau pernah mengecewakan Ashley? Apakah kau pernah membuatnya menangis? Apakah kau pernah melanggar janjinya? Tidakkan? Kau adalah teman yang terbaik untuknya. Ia menyayangimu, Clair. Aku tau itu. Semua orang tau itu. Dan ingat, semua orang juga menyayangimu." Ujarku diakhiri dengan mengecup kepalanya.

Clairine menjauhkan dirinya lalu menatapku. "Benarkah?" Tanyanya.

Aku tersenyum sambil mengusap air mata Clairine dengan ibu jariku. "Tentu saja, princess."

****

Broken Trust  • chTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang