二十一:「その男は佐野愛善」(That Man Is Sano Aizen)

68 10 1
                                    

Helaan napas berat terdengar dari mulut pria 30 tahun di sebelah kanan Murayama Chizuru. Yoshirogawa Eiji baru saja memotong rambut sehingga terlihat rapih. Tak lupa montsuki hakama dan haori kebesarannya digunakan pada pertemuan pertama dengan sang kepala klan Sano, yakni Sano Aizen.

Istri pria itu, yang ada di sebelah kanan Yoshirogawa Eiji, menepuk pelan bahu sang suami. Ia menanyakan apakah kondisi Eiji baik-baik saja, dikarenakan pria tersebut terlihat gugup sehingga menarik napas panjang berulang kali dan menggenggam erat jari-jarinya yang terasa dingin.

Murayama Chizuru yang sengaja berpakaian rapih mengenakan gaun hijau muda selutut berjenis tent dengan lengan panjang dan kerah leher high neck beserta sedikit sentuhan tali pita untuk kesan feminim. Ia juga mengenakan heels pointed-toe T-strap berwarna putih. Biasanya gaya berpakaian Chizuru tak jauh dari gaya remaja sma yang eksentrik, tetapi saat ini ia ingin terlihat sopan di hadapan Sano Aizen yang agaknya sudah berumur. Berhadapan dengan seseorang yang tua, sopan santun adalah kunci utama.

"Apakah Eiji-san khawatir?" Chizuru bertanya dengan pandangan lurus saat Yoshirogawa Akira berbisik menanyakan keadaan sang suami.

Pria dengan hakama kamon naga itu melirik pada perempuan di sebelah kirinya. "Bagaimana jika Sano Aizen tidak mau membantu kita?" Eiji akhirnya mengungkapkan rasa khawatir yang berkecamuk.

Chizuru tersenyum tipis. "Eiji-san, padahal aku yang memiliki masalah, tetapi mengapa malah Eiji-san yang khawatir?" Perempuan itu masih menatap lurus pada gerbang rumah Yoshirogawa yang belum terbuka. "Aku akan memastikan Sano Aizen akan membantu kita. Apapun syaratnya dan apapun permintaannya," ucapnya tegas.

Yoshirogawa Eiji mengigit bibir dalamnya sendiri. Lalu ia kembali mengungkapkan kekhawatirannya. "Chizuru-san adalah perempuan muda. Maafkan aku, tetapi aku khawatir Sano Aizen memiliki kecenderungan yang sama seperti apa yang Kurihara Hideyoshi lakukan pada Chizuru-san."

"Ternyata itu yang Eiji-san khawatirkan." Chizuru tersenyum seraya menatap tanah.

Lalu terdengar bunyi ramai dari luar gerbang. Semua mata menatap pada gerbang kayu yang masih tertutup itu, mulai dari Yoshirogawa bersaudara, Yoshirogawa Akira, Hirose Hyuga, dan Murayama Chizuru. Sano Aizen sudah berada di hadapan mereka.

Namun, sebelum pria itu resmi memasuki rumah Yoshirogawa, Chizuru melanjutkan kalimatnya. "Aku yakin tidak semua pria di dunia seperti itu. Sebuah trauma? Ya, aku merasakannya, tetapi aku berusaha tak memukul rata semua orang. Bila Eiji-san melihat Chigaru-san, pria itu seakan menganggapku darah dagingnya sendiri. Ia rela babak belur hanya demi membawa seorang Sano Aizen ke hadapanku, padahal kami baru mengenal satu bulan ini." Perempuan itu diam sejenak. "Bagaimana jika sebenarnya Sano Aizen seumuran denganku?"

Bertepatan dengan selesainya kalimat, gerbang kayu terbuka dari luar. Di balik sana, seorang pria tua dengan wajah sedikit membiru karena dipukuli berdiri di hadapan seorang pria yang mengenakan montsuki hakama dengan haori kamon keluarganya. Kamon itu berbentuk lingkaran dengan 12 garis lurus menyilang pada titik tengah, sebuah lambang perisai.

Chigaru berjalan pincang dengan dipapah seseorang yang tak dikenali, agaknya orang itu adalah salah satu pengawal Sano Aizen. Chigaru mengarahkan si pria montsuki hakama meski jalannya pincang. Mereka berhenti begitu berhadapan dengan Yoshirogawa Eiji dan Murayama Chizuru.

"Yoshirogawa-san, dia adalah Sano Aizen."

Chigaru menujuk pada pria muda di sebelah kanannya. Sosok yang mengenakan pakaian tradisional berwarna hitam itu adalah Sano Aizen. Ia memiliki rahang tegas, pahatan wajah sempurna, dengan kulit putih pucat. Mata hitam berkilaunya menunjukkan sorot dingin seorang pemimpin. Untung saja ia memiliki warna rambut hitam kecokelatan, ini mengingatkan manusia lain bila Sano Aizen masihlah manusia.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang