Prolog

201 45 10
                                    

Menjelang pukul tujuh pagi, jalanan menjadi padat karena dimulainya aktivitas di luar rumah. Beberapa kendaraan datang silih berganti. Berhenti sebentar di area dekat gerbang berwarna hitam yang dalam beberapa menit ke depan akan tertutup sepenuhnya. Pemuda-pemudi dengan seragam putih abu-abu berbondong-bondong memasuki gedung bercat hijau dengan tulisan SMA Negeri 3 pada papan namanya.

Di antara kendaraan para orang tua yang berhenti di depan sekolah, seorang perempuan berusia dua puluhan akhir dengan seragam PDH khaki keluar dari mobil jazz hitam. Rambut hitam panjangnya dia cepol ke bawah.

"Hati-hati, ya. Sampai ketemu pulang kerja," katanya pada sosok lelaki yang duduk di balik kemudi.

Lelaki dengan setelan kemeja hitam polos yang dipadukan dengan celana chinos abu-abu gelap itu mengangguk. "Maaf, ya, hari ini nggak bisa jemput. Jam dua nanti ada rapat sama dekan. Aku nggak mau kamu nunggu lama."

Perempuan dengan tanda pengenal Helen Kusumaputri yang dipasang di bagian atas saku kanan seragam PNS-nya mengangguk. Dia tersenyum.

"Iya, nggak apa-apa. Berangkat gih nanti kamu telat."

Kaca mobil perlahan tertutup. Helen memandangi kepergian sang suami sampai mobil yang dikenderainya berbelok di perempatan tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Haduh, masih pagi udah lihat yang uwu-uwu aja," celutuk perempuan dengan seragam yang sama dengan Helen.

Lavanya, nama yang tertera pada tanda pengenalnya. Dia melewati Helen sambil mengipas-ngipasi wajah dengan tangan kanan. Matanya melirik jenaka pada Helen yang langsung mendorong kecil bahunya.

"Apa, sih. Makanya nikah, Van," kata Helen mensejajarkan langkah dengan Vanya.

Keduanya tersenyum menyapa guru piket yang berjaga di gerbang.

Vanya berdecak. "Kalau nikah nggak harus ada pasangannya juga aku udah nikah duluan daripada kamu."

Helen terkekeh. "Yakali, Van."

Vanya mengedikkan bahu. Mereka memasuki ruang guru. Meja yang bersampingan membuat keduanya semakin bebas bercerita banyak hal.

"Bagi tips dong, Len, biar dicintai ugal-ugalan sama spek Arsa Pradipta."

Helen berlagak mengingat, walau pada akhirnya dia hanya menggeleng dibarengi senyum penuh percaya diri.

"Nggak tahu, deh. Kalau mau dapat yang kayak Mas Arsa mungkin kamu harus jadi kayak Helen Kusumaputri?"

Vanya merasa sudut kiri bibirnya berkedut. Dia melengos diikuti helaan napas kasar melihat tampang Helen yang sok kecakepan walau aslinya dia memang cantik paripurna.

"Tapi serius, deh. Aku penasaran kok bisa kamu yang kalem ini jadi sama Mas Arsa yang semua orang tahu jametnya kayak gimana."

Helen tertawa. Dia bercermin guna memperbaiki posisi anak-anak rambut agar terlihat lebih rapi.

"Justru karena sifat dia yang kayak gitu buat aku makin suka sama Mas Arsa."

Dahi Vanya mengerut. Dia menopang dagu, menatap Helen dengan tatapan super serius. "Makin suka? Berarti sebelumnya kamu udah suka duluan dong sama Mas Arsa?"

Bibir bawah yang dikulum juga senyum malu-malu Helen membuat Vanya melongo. Dia dan Helen adalah teman seangkatan dari jurusan dan universitas yang sama. Mereka bahkan mengontrak mata kuliah di kelas yang sama. Saat menjadi mahasiswa mereka memang tidak terlalu dekat. Keakraban mereka baru dimulai setelah bertemu kembali sebagai guru bahasa Indonesia di sekolah ini.

Hal itu membuat Vanya tidak terlalu tahu-menahu bagaimana jelasnya kisah cinta dua orang ini yang berhasil menggegerkan satu kampus. Catat baik-baik, satu kampus. Itu artinya kabar jadiannya Arsa dan Helen menjadi berita paling hangat bahkan sampai di luar FSB. Pasalnya, Arsa ini ibarat Vidi Aldiano yang temannya ada di mana-mana. Mereka menjadi topik utama di base kampus selama satu minggu penuh.

Semua orang bertanya-tanya bagaimana bisa Arsa yang terkenal dengan keabsurdannya berhasil mendapatkan perempuan seperti Helen yang mau dilihat dari sudut mana pun dua orang ini sangat berbanding terbalik.

Semua orang bertanya-tanya bagaimana bisa Arsa yang terkenal dengan keabsurdannya berhasil mendapatkan perempuan seperti Helen yang mau dilihat dari sudut mana pun dua orang ini sangat berbanding terbalik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, maaf ceritanya tiba-tiba aku hapus. Rasanya aku udah terlalu jauh sama alur yang kurencanakan di awal.

Sebenarnya ini belum kesusun juga hasil rombakannya, tapi harusnya bisa selesai dalam waktu singkat karena nggak lebih dari sepuluh chapter.

Vote dan comment akan sangat berpengaruh dalam mood menulisku.

Terima kasih sudah mampir. Mari jatuh cinta bersama Arsa dan Helen. 🤍

Arsa Pradipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arsa Pradipta

Helen Kusumaputri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helen Kusumaputri


P.S : Cerita ini isinya waktu masih kuliah, ygy.

The Way You Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang