PROLOG

481 81 7
                                    


"Kasta kalian berbeda, dan itu suatu kesulitan" Emily tau tanpa diingatkan atau diperjelas pun dirinya tau bahwa sampai mati pun dirinya tak akan mampu menyamai kasta seorang Raksa Abimana, tapi mengapa dari banyaknya hal didunia yang bisa dibandingkan dengannya, ayah raksa itu selalu membandingkan kasta,

Bukankah setiap manusia memiliki hak yang sama dimata tuhan, tapi mengapa pria itu selalu membeda-bedakan?

"Papa tidak tau mengapa dari banyaknya gadis di sekeliling kita, kau malah memilih gadis rendahan sepertinya"

Emily semakin menundung sering perkataan itu terlontar dari bibir sang majikan.

Rendahan, sekarang julukannya bertambah, seingat Emily ia tak pernah melakukan perbuatan apapun yang dapat merendahkan dirinya, ia tak pernah melakukan kejahatan apapun yang merugikan sekitarnya, tapi mengapa ia seolah serendah itu dimata ayah raksa?.

Apa sebenarnya kesalahannya?, hanya karena dia gadis biasa dan berani mencintai pria kaya seperti raksa? Apa hanya karena itu dirinya disebut rendahan? Tapi mengapa?.

Raksa tentu saja mengeram hampir maju memukul, jika saja Emily tak menahan, gadis itu menampilkan senyum menenagkan disaat raksa yakin bahwa perasaanya sudah tercabik-cabik, penuh dendam

Emily lalu memberi gelengan ia merasa tidak ada yang salah, ayah raksa benar, maka dari itu Emily lebih memilih  menarik raksa keluar dan Emily disana, dihempas begitu saja ketika keduanya sampai dihalaman depan.

"Kenapa diam saja?" Tekan raksa

"Raksa, ayah mu tidak salah, kita memang tidak seharusnya seperti ini, aku tau ini sulit tapi rak-"

"Apa?" Rahang raksa mengeras, sambil mengeram lalu mendorong dan memojokkan Emily pada tembok terdekat dari tubuh mereka, jika menurut Emily ini salah maka tidak dengannya, apa yang salah dari perasaan cinta?

Dan mengapa urutan kasta harus diikut campurkan dalam hal ini?

"Kau menyerah hanya karena dia merendahkan mu?, dengar Emily walaupun seluruh dunia melakukan hal yang sama, aku akan tetap pada tujuan ku untuk memperjuangkan perasaan kita"

Emily menggeleng ia memang ingin dicintai tapi bukan seperti ini caranya, ini salah, menentang orang tua demi orang lain adalah sebuah kesalahan yang tidak akan pernah bisa dimaafkan selamanya, dan Emily tidak ingin raksa melakukan itu

"Tidak jangan dipaksa, tuhan lebih tau mana yang terbaik untuk hambanya raksa, dan mungkin ini bukan yang terbaik untuk kita, makanya semua dipersulit"

"Itu menurutmu, tapi tidak menurutku"

"Aku tau, maka dari itu mari akhiri disini"

"Tidak" bantah raksa kelewat keras semakin menghimpit tubuh Emily yang tepat berada didepannya "katakan padaku bahwa kau juga mencintaiku Emily" paksa raksa,

memangapa gadis didepannya ini mudah sekali menyerah?

Bukankah seharusnya Meraka saling mendukung dan memperjuangkan? Tapi mengapa Emily tidak,

Emily memilih tidak menjawab, memilih lebih mendekat untuk membelai wajah raksa, dan mencoba mengutarakan perasaanya melalu usapan yang nyata, hingga dirinya merasa cukup, lalu menarik diri,

memandang pahatan sempurna dari wajah raksa, yang Emily yakini tak akan pernah bisa ia lupakan selamanya

"Emilia menunggu ku aku harus segera pulang, Raksa" mengambil celah ketika raksa lengah, disaat itulah Emily memilih untuk pergi tanpa jujur terkait perasaanya sendiri.


























Random aja tiba-tiba kepikiran ini, kalo suka boleh tinggalkan komentar yaaa, sampai bertemu lagiiii❣️

Vote juga jangan lupa
✨✨✨✨✨

EMYRAKSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang