Lefan benar-benar menuruti permintaan Airis, dia mengumpulkan semua prajurit yang hari itu bertugas di istana.
Pemimpin mereka melaporkan kalau semua pasukan sudah dikumpulkan.
"Semua sudah disini paduka" ujarnya."Baik...terima kasih" kata Lefan, Lefan menatap Airis.
"Kamu bisa memilih salah satu dari mereka"Mendapat ijin, Airis langsung berjalan kearah barisan prajurit diikuti oleh Lefan dari belakang. Airis melihat satu persatu prajurit ini, tapi dia belum merasa puas.
"Baju zirah itu.. lepaskan semua"ujar Airis yang mendapat respon terkejut dari para prajurit termasuk Lefan.
"Apa maksudnya itu Airis ? Kenapa kamu mengatakan hal seperti itu ?"
"Baju zirah mereka sangat ketat, aku tak bisa melihat bagaimana ketahanan fisik mereka kalau tertutup seperti itu"
"Tapi-"
Airis langsung menghela nafasnya berat.
"Apakah permintaan ku berat untuk kalian lakukan ?" Tanya Airis, tanpa lama menunggu mereka mulai melepas baju yang mereka pakai menampilkan tubuh atas yang terbentuk akibat latihan hampir setiap hari."Oh ya ampun.. bagus sekali~" Airis berlari-larian kecil di sekitar para prajurit sementara Lefan mengikutinya dengan rasa sedikit cemburu.
Langkah kaki Airis terhenti didepan salah satu prajurit yang memiliki tinggi seperti Lefan, kulitnya sedikit kecoklatan dan lagi dadanya sangat bidang.
'Oh ... Oh.. perutnya ada kotaknya' batin Airis.
Melihat Airis terus menatap prajurit ini, Lefan langsung berdiri didekat Airis.
"Dia adalah penjaga gerbang utama istana, itu sebabnya kulitnya sedikit coklat akibat dibawah terik matahari" kata Lefan.Airis tersenyum.
"Siapa nama mu ?" Tanya Airis."Luxsius paduka !" Jawabnya dengan lantang dan penuh percaya diri.
Airis menyentuh kedua tangan Luxsius yang tentu membuat Luxsius sedikit gugup karena dia bisa merasakan hawa cemburu dari Lefan.
"Aku memilih mu jadi mulai sekarang.. mohon jaga aku, hm" Airis tersenyum.
'Ugh.. ya-yang mulia Airis sangat manis' batin Luxsius tapi rasa senangnya langsung ciut tak laka Lefan semakin mendekat memberi tatapan tajam kearah Luxsius.
Luxsius perlahan menarik tangannya dari Airis.
"Sa-saya akan berusaha sebaik mungkin yang mulia" Luxsius menundukkan kepalanya."Hehe, iya.. terima kasih"
Sejak hari itu, Luxsius selalu ada didekat Airis bersama Jounis juga tentunya karena Jounis adalah pelayan pribadi Airis.
Airis sangat perhatian pada Luxsius, dia bahkan mengajak Luxsius memetik buah pir yang mana terlihat langsung dari ruang seleksi calon selir raja.
Lefan yang ada didalam ruangan tidak fokus, dia terus melihat berjalan Airis bersama Luxsius di kebun pir.
Luxsius tidak lagi memakai zirahnya, dia hanya memakai kaos lengan pendek dan jubah tipis di pundaknya, Luxsius juga membawa pedang untuk menjaga Airis.
"Hei.. hei.. !" Airis memanggil Luxsius.
"Ya yang mulia ?" Luxsius mendekat.
"Berjongkok lah" pinta Airis, Luxsius menurut saja.
Saat Luxsius berjongkok, Airis tiba-tiba duduk di pundak Luxsius. Hal ini tentu membuat Lefan semakin kesal saat melihat Luxsius mengendong Airis dipundaknya untuk mengambil salah satu buah pir.
Tak hanya itu, Airis juga menyodorkan satu pir untuk Luxsius makan.
Dari kejauhan, Lefan sudah tidak sabar lagi. Kepalanya terasa berasap yang membuat para pelayan lebih kuat lagi mengipas Lefan karena dia sudah terbakar api cemburu.
.
.Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Bride (BL18+)
RandomDia yang sudah menyelamatkan ku tapi dia pula penyebab dari hancurnya kehidupan ku, entah apakah aku masih bisa menganggapnya sebagai cinta atau ini hanya perasaan semu ?