Lima bulan berlalu sejak hari di mana Ayra Zivanya Gautama, anak pasangan Aditya dan Agatha lahir. Kelahiran bayi kecil itu benar-benar membawa kebahagiaan untuk keluarga mereka. Semenjak bayi kecil itu hadir di tengah-tengah keluarga besar Gautama, Deswita atau pun keluarga Gladis selalu berkunjung setiap harinya, tujuan mereka berkunjung tentu saja untuk melihat bayi kecil yang terlihat semakin lucu dan juga menggemaskan tersebut.
"Ayra... Lihat, nenek bawa apa, sayang? Nenek bawa boneka beruang untuk Ayra" seru Deswita dengan tatapan yang gemas pada bayi kecil yang mencoba untuk membalikkan badannya, mengabaikan ucapan neneknya yang mengajaknya berbicara.
"Ayra... Hei? Lihat nenek sayang" Deswita kembali mencoba mengajak cucunya berbicara, namun lagi-lagi bayi kecil itu mengabaikannya.
"Ayra dari kemarin emang senang banget nyoba-nyoba buat tengkurapin badannya, bu. Sampai-sampai papi atau abangnya ngajak ngomong aja dihirauin sama dia" cerita Agatha pada sang mertua yang pagi-pagi sekali sudah berkunjung ke kediaman mereka.
"Umur kaya Ayra memang lagi senang-senangnya untuk mencoba hal baru, Tha. Itu bagus untuk perkembangan motoriknya" sahut Deswita dengan senyuman di wajahnya.
"Dokter kemarin juga bilang kaya gitu, bu. Katanya biarin aja kalau Ayra nyoba-nyoba buat tengkurap, biar melatih motoriknya juga" ucap Agatha menimpali.
"Kalian kemarin ke dokter? Ayra sakit?" kaget Deswita ketika mendengar kata dokter.
Agatha menggeleng seraya terkekeh melihat keterkejutan mertuanya. "Ayra kemarin habis vaksin polio, bu."
Deswita langsung menghela nafasnya lega, dia kira cucu kesayangannya ini sakit. "Nangis gak cucu ibu, Tha?"
"Enggak, bu. Anteng kok. Apalagi sekarang vaksinnya udah gak di suntik lagi, cuman di kasih obat tetes" jelas Agatha.
"Ibu kira Ayra di suntik. Tapi, syukurlah jadi cucu ibu gak kesakitan. Iya kan, Ayra sayang?" Deswita kembali mengajak cucu kesayangannya itu mengobrol. Sedangkan Agatha, perempuan itu memilih untuk meninggalkan kedua cucu dan nenek itu bermain di sana.
*****
Aygatha yang tengah fokus memasak sontak di buat terkejut ketika merasakan dua buah tangan melingkari perutnya.
"Masak apa, sweety?"
Tanpa menoleh pun Agatha sudah tau siapa yang memeluknya. Siapa lagi kalau bukan suaminya, Aditya Gautama. "Aku lagi masak sayur sop sama goreng ayam dan tahu tempe. Kok kamu udah pulang?"
"Di kantor tidak ada pekerjaan" jawab Aditya dan menyembunyikan wajahnya di lipatan leher sang istri.
Agatha mendengus. "Gak ada kerjaan atau kamu yang malas kerja?"
"Semua pekerjaan sudah saya over kepada Andre. Jadi, pekerjaan saya tidak ada" sahut Aditya dengan suara yang terendam. Tak lama terdengar pekikan dari Aditya. Dia pun langsung melepaskan pelukannya di tubuh Agatha.
"Siapa suruh gangguin aku masak. Enak kan kena cipratan minyak?" ejek Agatha sambil menatap ke arah suaminya yang tengah mengusap tangannya yang terkena cipratan minyak goreng.
"Kamu sering terkena cipratan minyak seperti ini, sweety?" tanya Aditya serius.
"Ya terkadang sih" jawab Agatha jujur.
Aditya yang mendengar itu menghela nafasnya panjang. "Seharusnya sejak awal saya tidak mengizinkan kamu memasak, sweety."
Agatha menatap tak terima. "Loh? Kenapa? Lagian wajar kali mas kalau lagi goreng-goreng ayam kaya gini minyak suka nyiprat. Seharusnya kamu itu bersyukur punya istri yang pintar masak kaya aku dan serba bisa kaya aku gini. Bukannya laki-laki di luaran sana selalu nyari istri dengan kriteria bisa masak ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romance"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...