Warning! Rape, Underage rape, Pedophiles
─── ∙ ~εïз~ ∙ ───
Beberapa perawat serta pelayan nampak berkumpul di depan pintu kamar dengan palang nama 'Sam' terpatri.
"Dia sudah berhari-hari menolak makan." Ucap salah seorang pelayan yang tengah membawa nampan makanan.
"Demamnya juga tak kunjung turun." Lanjut salah satu perawat sementara yang lainnya mengangguk setuju pada pernyataannya.
"Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kalau Tuan Hisato tau soal keadaannya-"
"Ada apa ini?!" Teriak seorang laki-laki menggema di lorong kamar tersebut mengejutkan para pelayan dan perawat yang sedang berbisik-bisik di sana.
Mereka langsung berbalik menghadap asal suara teriakan sambil menunduk takut.
Seseorang dengan tampilan rapi menggunakan tongkat pendek datang menghampiri mereka dan bertanya, "apa yang terjadi?"
Para pelayan serta perawat itu saling menatap takut hingga salah satu dari mereka terpaksa membuka suara untuk melaporkan keadaan buruk Sam beberapa hari ini.
".... M-Maaf Tuan Hisato, kami sudah memberikan Sam makanan yang sehat, obat juga membujuknya untuk keluar tapi dia tidak mau bergerak ataupun berbicara sama sekali." Ucap salah satu dari mereka dengan suara gemetaran.
Tuan Hisato terdengar menggeram kesal, "tinggalkan makanan dan obat Sam di nakas, biarkan aku yang membujuk anak itu." Perintahnya membubarkan pelayan dan perawat disana.
Setelah perintah Hisato di laksanakan, lelaki paruh baya itu masuk ke dalam kamar Sam dan meminta kaki tangannya untuk mengunci kamar itu dari luar.
Hyunjin tertidur di atas kasurnya sambil menatap kosong jendela kamarnya yang menghadap langsung ke pemandangan langit biru di luar sana.
Air matanya kembali mengalir membasahi bantal ketika mengingat bagaimana ibunya dibunuh begitu saja oleh seorang yakuza gila.
Hanya karena rambut pirang serta rasnya yang langkah.
Hyunjin harusnya tidak perlu lahir ke dunia kalau kehadirannya hanya bisa menyakiti orang yang Ia sayangi.
Hyunjin berhenti menangis tak kala siluet lelaki dewasa datang menutupi pemandangan di jendela yang sedari tadi Ia pandangi.
Lelaki itu duduk di bibir kasur Hyunjin dengan mangkuk berisi air dan lap di tangannya.
"Sam? Kenapa menangis?" Tanyanya sembari menjulurkan tangan henda menghapus jejak air mata Hyunjin namun Hyunjin langsung menghempas tangan itu.
Hyunjin memicingkan matanya tak suka kepada lelaki itu. Mana sudi Hyunjin disentuh oleh pembunuh ibunya sendiri.
Lelaki itu hanya tersenyum. Ia letakkan mangkuk yang dibawanya ke atas nakas. Selanjutnya lelaki itu kembali menyentuh wajah Hyunjin dengan penuh pemaksaan.
"Kamu demam. Mau bagaimana lagi, aku akan menjagamu dengan baik sampai kau mati."
Hyunjin terdiam dengan kedua tangannya di genggam oleh lelaki itu di atas kepalanya. Matanya membelakak horor mendengar ucapan Si Yakuza.
Apa katanya?
Lelaki itu membuka baju Hyunjin.
Menjaga Hyunjin?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ghost Boy Under My Bed! [Hyunjin × Jeongin]
أدب الهواةJeongin lahir bersama warisan keluarga yang berharga, yakni lahir dengan mata yang bisa melihat hal tak biasa. Sedari kecil Jeongin yang sengaja diurus oleh neneknya diberitahukan tentang takdirnya. Takdirnya sebagai penjaga perdamaian antara dunia...