28. Retrouvailles

77 51 15
                                    

🎶 Eyes on you by Vanna Rainelle

=°=°=°=

Mall di sabtu malam yang begitu ramai menjadi pilihan Binar dan Clara menghabiskan akhir pekannya. Keduanya tak hentinya berbincang, membicarakan hal-hal acak yang selama ini tak sempat mereka perbincangkan. Celetukan Clara yang terkadang di luar nalar membuat Binar tergelak.

"Gue lupa kapan terakhir kali kita main ke mall kayak gini." Tutur Binar memperhatikan arena timezone di seberangnya. Tangannya yang bertopang di pembatas dan ia kembali menyeruput ice teanya menonton kegembiraan para remaja yang bermain di sana.

"Iya. Gue juga lupa, Bin. Entah kapan terakhir kali kita main kayak gini." Balas Clara sembari memperhatikan satu toko baju yang dipadati oleh ibu-ibu. Sepertinya ibu-ibu itu sedang berburu diskonan.

"Pokoknya udah lamaaaaa banget. Kayaknya sebelum lo kerja di orang itu deh." Lanjutnya enggan menyebut nama Zhou. Binar yang paham akan ucapannya hanya tersenyum miring. Ia pun sama enggannya menyebut nama lelaki itu.

Setelah berbincang lama di dekat pembatas lantas mereka pun pergi. Tujuan mereka selanjutnya adalah toko aksesoris. Clara lah yang mengajaknya ke sana karena ia ingin membeli beberapa barang. Binar sendiri hanya mengantar saja. Tidak tertarik sama sekali untuk membeli aksesoris-aksesoris itu. Baginya menghirup udara bebas di keramaian seperti ini dirasa sudah cukup memuaskan.

Senyuman yang masih terpatri ketika dirinya dan Clara keluar dari toko itu. Hingga pada akhirnya Clara menepuk bahunya lalu menyuruhnya untuk memperhatikan ke satu titik, senyumannya pun memudar. Binar mematung, menatap penuh tak sangka orang yang ditunjuk itu.

"Bin! Itu Kafka, 'kan?" Clara masih tak berkedip memandangi sosok jangkung yang berada tak jauh dari mereka. Sosok itu tengah sibuk bertelfonan belum menyadari bahwa dirinya tengah diperhatikan. Pakaiannya yang begitu rapi dan formal. Penampilan Kafka jauh lebih dewasa dibandingkan beberapa tahun silam. Tinggi badannya yang semakin menjulang serta proporsi tubuh yang atletis. Sungguh penampilan yang membuat Binar pangling melihatnya.

Mata yang tiba-tiba terasa panas serta dada yang berubah menjadi sesak. Keberadaan Kafka berhasil membuka luka lama di hatinya. Kekecewaan yang begitu mendalam yang sudah lama ia kubur kini bangkit kembali ke permukaan. Kebencian yang membuncah bersatu padu dengan kerinduannya akan sosok itu. Haruskah air matanya berlinang karena bertemu kembali lelaki itu?

Perpisahan yang memang sudah lama terjadi. Perpisahan tanpa adanya akhir dari hubungan. Kafka meninggalkannya tanpa memutuskannya.

Air mata yang akan terjatuh itu susah payah ia tahan tatkala dirinya sadar bahwa lelaki itu sudah tak pantas untuk ia tangisi lagi. Meski begitu tetap saja rasa penasaran yang membuncah dalam dadanya karena ditinggalkan tanpa alasan membuatnya berani untuk datang menghampiri. Hanya sekedar bertanya agar dirinya tahu apa kesalahan yang telah dirinya perbuat yang membuat lelaki itu pergi meninggalkannya.

"Bin, lo-" Clara terpaku memperhatikan sahabatnya yang mulai melangkah ke tempat lelaki itu berada. Dipandangnya Binar dengan penuh khawatir.

Jemari yang terkepal menahan kegugupan yang luar biasa. Tidak bisa dipungkiri bertemu kembali dengan Kafka membuat detak jantungnya berdegup kencang. Ujung jaketnya semakin ia remas kuat setibanya ia di belakang lelaki itu.

"Kafka," Panggilnya pelan. Kafka pun menjauhkan ponselnya dari telinga kemudian berbalik badan. Raut penuh keterkejutan yang ia tunjukkan tatkala melihat dirinya.

"Bi-binar?" Kafka terbata sungguh terkejut melihat sosok Binar. Tak pernah disangka bahwa dirinya akan bertemu kembali dengan gadis itu. Gadis yang ia tinggalkan tujuh tahun lalu.

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang