- 04

1.7K 287 209
                                    

Sehubungan dengan yang mengurus penangkapanku dulu juga melibatkan regu Kokotiam, aku mengenali beberapa di antara mereka. Aku tahu Kaizo punya adik, adiknya masuk regu Kokotiam, tapi aku tidak tahu siapa namanya.

Sisanya, aku kenal.

Nah, orang-orang itu kini sedang berkumpul, berbaris melingkar di ruang rapat. Kaizo pun ada di sana. Salah seorang dari mereka yang namanya Gopal kakinya di gips, dan dia berjalan mengandalkan dua kruk berukuran sedang. Kalau di perhatikan, keadaan Yaya dan Ying juga tak terlihat terlalu baik. Tangan kanan Yaya dililitkan pada perban, dan perbannya dikaitkan ke lehernya. Ying juga, dari belakang sini, tampak memiliki masalah dengan kepalanya, sampai kepalanya dibebatkan perban begitu.

Kapten Separo masuk duluan ke ruang rapat, diikuti oleh Jokertu dan Jugglenaut, aku mengekor paling belakang.

Aku melihat regu Kokotiam membawa seikat karung. Seukuran karung beras. Mereka membuang isi karungnya ke ubin lantai. Karung itu berisi sebongkah permata warna biru, selotip, pensil berujung patah, dan donat. Gopal membungkuk dan menjangkau donatnya, lalu ia berucap, "Sorry. Ini punyaku."

"Ini hasil buruan kami hari ini." Adiknya Kaizo, satu-satunya orang yang tidak terluka, menjabarkan. "Permata itu kami temukan di kawasan rumah tinggal Puak Salju. Ice ada di sana, Kapten."

Kaizo memandangi permata biru di dekat kakinya.

Rombonganku sampai, dan kami berkumpul di dekat regu Kokotiam berada.

"Hm?" Dagu Kaizo terangkat. Dia skeptis mengapa kami datang begitu cepat, tanpa dijemput. Kaizo janji akan menjemput. Tapi memang, karena lusinan alasan teknis, kami memutuskan untuk meminta Kuputeri mengantar kami pulang saja. Kuputer tidak benar-benar mendampingi, sih. Tapi Kuputeri mengirimkan kacungnya. Kalau tidak salah, namanya Maripos. Imut-imut begitu, mulutnya kayak ember. Dia memaki Beliung, menyebutkan kesalahannya dari A sampai Z, dan menjelaskan bagaimana Beliung nyaris menghancurkan istana.

Kapten Separo meletakkan karung yang dibawahnya seperti Sinterklas mengangkut kantung berisi hadiah-hadiah ke lantai. Lalu Kapten Separo mengeluarkan isi karungnya, memperlihatkan hasil buruan kami pagi ini.

Keluarlah seonggok Beliung di sana. Rambutnya acak-acakkan. Topinya terpisah dari kepalanya, karena semula pun, aku menangkapnya tanpa keadaan memakai topi. Dia perlu berterimakasih padaku, karena aku mencarikan topinya, sesuai permintaannya. Kami juga membungkus Beliung lengkap dengan kapak kupu-kupunya.

"Hasil buruan hari ini, Kapten." Aku melapor.

Beling terduduk di bawah sana. Tangannya terborgol erat, saling menyatu. Lututnya tertekuk. Dia memandangi wajah-wajah asing di sekelilingnya, tanpa mengenali satu pun di antara mereka.

"Wah. Mancing mania. Mantap." Gopal terperangah.

Adiknya Kaizo maju, dan meraih kedua pundak Beliung, mencengkramnya erat-erat, lalu ia memprotes, "Kembaranmu! Kembaranmu yang namanya Ice membabak-beluri kami separah ini!"

"Sudahlah, Fang." Gopal memutar matanya malas. "Makhluk itu isi memorinya kacau. Pasti dia tidak mengingat kamu."

Oh. Namanya Fang.

"Bagaimana caranya?" Yaya mengerjap. Yaya mengabsen wajah kami satu per satu, dan menjatuhkan penilaian lebih lama saat dia memandang wajahku, seolah dia mencari jawaban akan pertanyaan delusionalnya.

"S-siapa kalian!" Beliung meronta dari genggaman kasar Fang. Fang meluruskan tulang punggungnya, dia berkacak pinggang dan menatap Beliung tidak suka.

"Apa kataku." Gopal mengomel.

"Pekerjaanmu bagus juga." Kaizo memincingkan mata. Tampangnya memperlihatkan betapa dia tidak menyukai pekerjaannya. Lagi pula, situasi TAPOPS sepetinya kacau-balau, soalnya, mereka sampai merekrut penjahat-penjahat dari penjara Antatiksa untuk menjadi personilnya. Kaizo tentulah ikut-ikutan pusing.

Boboiboy x Reader | The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang