Chapter 11: What Future May Hold

15 3 0
                                    


Mrs. Lila sibuk menyusuri seluruh ruangan yang berada di Sekolah Pelita Cahaya, memastikan setiap ruangan rapi dan bersih untuk didatangi oleh beberapa tamu penting yang akan hadir hari ini. Mrs. Lila lalu memeriksa kembali aula besar sudah dihiasi oleh spanduk dan dekorasi, seluruh siswa kelas 12 sedang mengikuti workshop yang diadakan.

Pelita Cahaya sedang sibuk mengikuti rangkaian acara yang penting bagi para siswa terutama mereka yang sedang menduduki kelas 12. Acara Seminar Pendidikan dan Karir yang diadakan setiap tahun dirancang untuk membantu para siswa serta orangtua dan wali mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan ditempuh selanjutnya.


Dunia perkuliahan.


Mrs. Lila lalu memasuki ruangan tunggu untuk orangtua yang akan bergabung sebentar lagi. Ruangan ini tentu berbeda dengan ruangan lainnya, dengan dekorasi elegan dan berbagai bunga segar yang memancarkan keharuman, sofa-sofa yang nyaman untuk para orang tua berbincang, serta hidangan afternoon tea yang tersedia untuk menemani obrolan sore ini.

Seluruh anggota Pelita Cahaya kini sudah siap untuk menyambut para orangtua dan wali murid kelas 12.

Sebagai elite private school terbaik di Jakarta, Pelita Cahaya bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kehidupan akademis siswa dan siswi karena yang bersekolah disini tentu saja bukanlah dari kalangan biasa. Banyak dari mereka yang adalah para calon penerus bisnis keluarga, anggota dari keluarga yang memiliki kekuatan politik, dan lain-lain.

"Mrs. Lila, mobil-mobil sudah mulai berdatangan dan beberapa orang tua serta para PA sudah berada di lobby sekolah." Salah satu guru yang juga menjadi panitia acara memberitahunya.

Dengan buku catatan yang selalu siap sedia di lengan kanannya, Mrs. Lila membenarkan letak kacamata dan mengambil nafas pelan, lalu melangkah dengan percaya diri "Let's welcome them to our school."



---



Shakila menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil berjalan keluar dari aula sekolah dan duduk di bangku dekat dengan ruangan itu. Workshop hari ini akhirnya berakhir juga. Hari ini tampak sepi bagi Shakila karena Calvin, sesuai perkataannya benar-benar melewati hari ini.

Shakila:

Lo beneran skip sekolah?

Calvin:

I'm in singapore

C u on monday!

Gue jemput!!!

Gue masih mau hidup!!!


Membaca pesan terakhir yang dikirimkan oleh Calvin pun masih saja membuatnya jengkel. Namun setidaknya Shakila tidak benar-benar kesepian. Meskipun Calvin meninggalkannya sendirian hari ini, Bianca yang adalah teman sekelasnya itu berada disisinya seharian. Lalu, Mia juga menghampiri dan memilih untuk menghadapi workshop bersama dengan Shakila.

"Sha!"

"Gimana? Mereka bisa bantu apply program beasiswanya?" Shakila bertanya pada Mia yang sejak tadi sibuk bertanya pada keynote speaker workshop hari ini.

"Belum tau, tapi gue udah punya contact nya. Jadi bisa tanya-tanya langsung untuk univ luar." Mia menunjukan berkas yang diperolehnya. "Lo daftar di Summit University juga, Sha?" Mia menunjuk salah satu brosur yang berada pada file Shakila.

Highschool SocietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang