5. Love At The First Sight

542 42 10
                                    

Aina menarik napas panjang dan mengelus dada. Menahan emosi karena sedari tadi mendengarkan celotehan dari Bulek Endang. Orang paling nyinyir sedunia yang kalau ketemu pasti tanya kapan kawin doang.

Aina sebenarnya males banget datang ke acara arisan keluarga. Kakaknya saja Kak Bela selalu kabur kalau diajak pergi. Tapi Aina dikasih titipan uang arisan dari Mamanya dan suruh ngasih ke Tante Afifah. Tuan rumah arisan keluarga hari ini. Jujur saja Aina dan Bela enggan datang ke acara keluarga ini sejak ayahnya, Prof Jarwo Prawirohadjo yang agung meninggalkan rumah untuk tinggal dengan selingkuhannya sepuluh tahun lalu. Tapi Mamanya, Khadijah yang hatinya lapang seperti istri pertama Rasullullah bilang kalau mereka harus tetap menjaga silaturahmi dengan keluarga besar ayahnya. Apalagi yang membiayai sekolah mereka selama ini adalah sang kakek. Maklum saja mama mereka hanya ibu rumah tangga asli.

"Lihat deh itu Aulia anaknya Reno lucu banget, kan? Kamu nggak mau punya yang kayak gitu? Sampai kapan kamu mau sendiri terus? Kapan kawin? Jangan kayak kakakmu yang nggak mau nikah itu. Apa itu children free? Orang Jawa itu ya harus punya anak. Siapa yang mau merawat kalau kamu tua nanti? Anak Sholeh itu amal jariyah yang mempermudah jalan kita masuk surga."

"BACOT! Kalau Tante kapan matinya?" Ingin rasanya Aina berkata demikian. Tapi apalah nyalinya ciut dia. Jadi cuman senyum aja.

"Kamu dan kakakmu itu kurang membuka hati sama orang lain. Ayolah, Bulek punya banyak kenalan cowok ganteng. Ketemu aja sekali, kalau nggak cocok ya udah."

Aina senyum-senyum aja. Bukannya Aina nggak mau dikenalin sama Bulek Endang. Udah pernah beberapa kali kok dan cowoknya red flag semua. Ada yang mokondo, ada yang diam-diam LGBT, ada yang langsung bilang Aina jelek dari awal ketemuan. Pokoknya semuanya nggak ada yang beres. Aina udah capek.

Bukannya Aina penganut aliran children free garis keras kayak kakaknya, Kak Bela. Kalau si Bela itu emang unik pemikirannya. Katanya nggak mau hamil dan melahirkan. Kasihan sama anaknya. Nanti dia harus hidup di zaman gila ini. Ada global warminglah, perang dunia ketiga, persaingan kerja dengan AI. Macem-macemnya aja referensinya buat mendukung argumentasinya kalau anak adalah beban. Kalau debat dengan Kak Bela pasti capek sendiri deh. Ibunya sendiri aja cuman bisa elus dada. Bahkan Bulek Endang yang banyak omong aja kena skak terus.

Aina juga ingin menikah dan punya anak seperti wanita normal biasa. Aina suka banget sama anak-anak. Kalau nggak suka, dia nggak akan jadi dokter anak seperti sekarang ini dong. Sayangnya, dia belum ketemu calon yang tepat aja. Nikah itu kan ibadah seumur hidup. Jadi nggak boleh buru-burulah. Walaupun sekarang ini Aina udah kepala 3 ya, tapi apa mau dikata jodohnya belum ada? Sampai kadang Aina berpikir apa jodohnya sudah lahir ke dunia ya? Jangan-jangan dia masih berupa sperma yang berenang riang di antah-berantah. Ya, bisa jadikan? Rasullullah sama Khadijah aja selisih usianya 15 tahun lebih tua Khadijah lho.

Ponsel Aina bergetar. Dia lihat ada telepon dari asistennya, Melani. Langsung diteleponnya balik perawat itu.

"Apa? Mel? Ada Pasien Cito? Aku harus pulang sekarang? Oke, OTW." Begitu Aina langsung nyerocos sendiri biarpun si Melani belum ngomong sepatah kata pun.

"Aku balik dulu ya Tante-Bulek. Ada pasien cito," pamit Aina pada orang-orang yang duduknya paling dekat dengan dia.

"Oh ya, hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut pulangnya." kata Tante Afifah.

"Kamu pulang naik apa? Kok aku nggak ngeliat mobilmu beberapa hari?" tanya Bang Reno si internasional playboy yang baru saja jadi hot Daddy. Dia tuh tetangga sebelah rumah Aina.

"Iya, lagi dibengkel. Ini aku udah pesen gejok kok. Aku pulang dulu ya, bye!"

Setelah menyalami tetua satu persatu. Aina pun keluar dari pintu gerbang rumah Tante Afifah. Di depan sana seorang pemuda dengan jaket hijau khas itu telah menunggu.

"Mbak Aina ya?" tanya pria itu.

Aina termenung sejenak. Ini tukang gejok kok good looking juga ya? Lesung pipinya itu lho manis banget.

***

Itu pertemuan pertama mereka. Aina dan Habib, para pembaca yang budiman. Halo permirsah! Alex di sini sekali-kali akan menyapa kalian biar kalian nggak kangen. Jangan lupa! Beli chapter Mamiku di Karyakarsa mulai dari 2k aja lho. Kasih komen yang bagus, atau sekalian nggak ngasih komen. Awas aja kalau aku baca komentar jelek. Aku blokir!

Oh ya Guys, kemarin Mamiku habis mengaji surah An-nisa ayat 45-47 tuh. Yang isinya tentang Palestina. Jadi kepikiran belum sempat sumbang apa-apa buat saudara kita di sana. Yuk kita sisihkan sebagian rezeki kita aja.

 Yuk kita sisihkan sebagian rezeki kita aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terpaksa Menikahi Dokter 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang