15

376 70 5
                                    

Aku menyentuh lengan Lucas. Membawa pandangannya ke arahku dan membuat mata kami bertemu. Aku memakai kedua tanganku untuk menyentuhnya. Semata agar dia tidak memarahi Glen lagi. Bagaimana pun Glen tidak sepenuhnya salah. Melihat cara dan gerakan wanita di depan kami, tampaknya dia memang agak berkuasa yang membuat Glen yang hanya asisten biasa jelas tidak berkutik sama sekali.

Tapi aku tidak mau mengatakannya dengan terang-terangan. Lebih baik membuat Lucas menarik fokusnya semua ke arahku.

Lucas menyentuh rambutku dengan lembut. "Maaf, kau harus mengalaminya."

Aku menggeleng.

Lucas menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan. Dia menatap ke depan kemudian menemukan wanita itu masih di sana dengan kepongahannya. "Siapa namamu?"

Wanita itu membuka mulut hendak bicara. Tapi dia tidak bisa mengatakan apa pun karena Glen yang sudah lebih dulu menimpali Lucas.

"Tara Gutierez, Tuan Muda. Salah satu putri Tuan Gutierez yang didapatkan dari istri ketiganya."

"Aku bahkan tidak terlalu mengenal wajah ayahmu dan kau datang ke sini menyakiti perempuanku dengan suaramu. Apa kau sudah siap dengan konsekuensinya?"

Kepalan tangan wanita itu kuat. Dia menatap tajam pada Lucas. "Kau dan aku sudah bertunangan. Kau mau berpura-pura tidak mengenalku demi perempuan itu? Dia hanya gadis miskin yang bahkan tidak memiliki keluarga untuk menyokongnya. Apa yang bisa kau andalkan darinya?"

"Lalu apa yang bisa kuandalkan darimu? Hanya anak haram yang keberadaannya saja tidak diakui oleh ayahnya sendiri. Kau pikir aku tidak tahu sepak terjang ayahmu yang memiliki banyak anak haram di luar sana? Dia sengaja mengakuimu sebagai anaknya dan menikahi ibumu hanya untuk membuat namanya tidak buruk. Tapi selebihnya, kau tidak ada bedanya dengan anak haram lainnya."

"Lucas!"

"Keraskan suaramu lagi di depanku dan aku akan membuatmu membayar semuanya. Bahkan aku akan membuat ayahmu menyesal sudah membawamu ke rumahnya dan menaruh namanya di belakang namamu."

"Kau pikir ayahku akan mendengarkanmu? Dia akan membuat perhitungan denganmu karena sudah meninggalkan aku begitu saja. Aku akan membuat kau membayarnya."

"Anak haram sepertimu?"

"Kau, aku akan—"

Glen berdiri di depan Tara. Memberikan pandangan tajamnya. "Usir dia keluar dari tempat ini. Dia dilarang menginjakkan kaki di gedung mana pun. Coreng namanya dari daftar orang yang bisa diterima oleh Sanford," tegas Glen.

Setelah hanya teriakan Tara yang terdengar. Dia melawan.

Sementara aku dan Lucas sudah berbalik hendak pergi saat tanpa sengaja Lucas menyenggol pipiku dengan lengannya, karena aku yang terlalu dekat dengannya. Lucas berhenti dan segera menatap padaku. Matanya melotot hampir keluar. "Apa yang terjadi denganmu?"

Aku memegang pipiku dan menggeleng. Ingin semuanya diselesaikan di sini saja. Tidak perlu diperpanjang, karena ini pertama dan terakhirnya kalinya aku ditampar tanpa perlawanan. Aku saja yang lengah tadi, tidak tahu musuh sudah mengincarku.

"Dia menamparmu?"

"Lucas, ini ...." suaraku mengambang karena Lucas segera melepaskan aku dan berbalik kembali ke arah Tara.

"Tunggu!" serunya.

Aku juga berbalik mempertanyakan apa yang akan dia lakukan. Jelas bukan sesuatu yang baik.

Tara yang dilepaskan segera saja berdiri dengan tegak dan percaya diri. Bahkan dagunya terangkat tinggi. "Kenapa? Kau tak—"

Aku tersentak sampai mundur satu langkah saat aku menemukan Tara yang sudah tergeletak di lantai dan jelas tidak akan pernah bisa menyelesaikan kalimatnya. Karena wanita itu jatuh pingsan dengan memar yang pastinya lebih buruk dariku.

Lucas baru saja mengepalkan tangannya dan melayangkan kepalan itu ke wajah Tara yang membuat aku sendiri yang melihatnya menelan ludah.

"Kau pikir aku tidak memukul perempuan? Kau salah, siapa pun yang menyakitinya, akan mendapatkan balasan yang lebih buruk dariku." Pandangan Lucas liar kemudian. Menatap semua orang yang reaksinya sama denganku, tercengang tidak menyangka. "Dan kalian semua, jika ada yang aku dengar membicarakan perempuanku dengan buruk. Bahkan melayangkan fitnah padanya, kalian akan langsung berurusan dengan pengacaraku. Mengerti?"

Semua orang segera menjawab dengan terbata. Mereka semua kemudian undur diri tidak lagi berani mengangkat kepala mereka.

Lucas berbalik dan menatap padaku, mungkin masih melihat aku yang tercengang dengan apa yang dia lakukan. Tapi Lucas tidak segera memberikan penjelasan, malah berjalan ke arahku dan langsung membawa aku ke dalam pelukannya. Hangat tubuhnya membuat aku mendesah dengan lebih baik. Dia sudah kembali ke Lucas yang aku kenal. Aku tidak suka dengan Lucas yang memiliki pandangan mengerikan juga seolah badai di setiap tarikan napasnya. Aku lebih suka dengan Lucas yang bersikap manis dan tampil penuh guyon.

"Maaf, aku membuatmu terluka. Aku harusnya melindungimu."

Aku mendongak menatapnya, masih berada di pelukannya. "Kau sudah melakukannya."

Lucas mengusap kepalaku. "Ayo ke ruanganku. Kita obati lukamu."

"Bagaimana dengan berkas yang kau minta? Bukankah kau harusnya sedang ada pertemuan penting?"

"Bisa nanti. Kau yang utama." Dia meraih tanganku dan membawaku pergi.

Aku menatap bagaimana tangan itu membalut tanganku dengan erat dan posesif, kembali mempertanyakan apa yang ada di dalam perasaan pria itu padaku sampai bisa membuat dia memperlakukan aku dengan begitu baiknya. Seolah Lucas adalah bayaran kontan untuk semua penderitaan dan semua airmata yang aku tumpahkan.

Kami ada di ruangannya. Dia sudah mendudukan aku di sofa dan tidak mengizinkan siapa pun masuk menemuinya. Dia duduk di depanku dan segera kotak obat sudah ada di dekatnya. Dia membukanya dan mengambil kapas juga menuangkan sesuatu di sana yang aku tidak perhatian. Aku sibuk memandang ruangannya yang sama bersihnya dengan rumahnya. Dia memang pecinta kebersihan.

Lucas mengusap wajahku dengan kapas itu, membuat aku bergidik karena dingin yang terasa menempel di sana. Aku memandangnya terkejut. "Dingin?"

Aku mengangguk.

"Wanita itu adalah jebakan ibuku untukku. Dia sengaja membuat wanita itu menjadi tunanganku dan membuat aku tidak berkutik saat mengumumkanya di depan publik. Jelas ingin menghinaku dengan membuat anak haram sepertinya menjadi pasanganku."

"Apa masalah karena dia anak haram?"

"Tidak masalah dia anak haram atau anak hasil apa pun. Selama aku mencintainya. Tapi meski dia anak raja, selama aku tidak tertarik padanya, itu menjadi masalah. Tapi ibuku jelas dengan sengaja ingin mencoreng namaku dengan membuat wanita itu menjadi pasanganku."

"Ibumu benar-benar bukan ibu yang baik."

"Wanita selalu bisa melahirkan anak, tapi tidak semuanya bisa menjadi ibu yang benar. Bukankah begitu?"

Aku menyentuh perutku dengan agak melankolis. "Apa menurutmu aku akan menjadi ibu yang baik untuknya?"

Lucas ikut menyentuhku perutku. "Tentu. Aku tidak meragukan hal itu sama sekali. Kau akan menjadi ibu terbaik baginya."

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang