LIMA

337 36 13
                                    

"Jus apel lagi, Sena?" Lelaki manis dengan freckless diwajahnya itu menyambut Sena ketika dirinya memasuki pintu cafe itu.

Sena mengangguk sambil tersenyum. "Seperti biasa dan tidak akan bosan."

Felix lalu berjalan ke belakang. Menyiapkan Jus apel yang Sena pesan, sementara Sena seperti biasa. Memandang manusia yang berlalu lalang dari balik jendela.

"Aku kemarin melihatmu didekati Profesional Dancer itu." Felix membuka topik sambil menyerahkan jus apel milik Sena.

"Cih!! Maksudmu Lee Minho??" Ujar Sena ketus membuat Felix tertawa karenanya.

"Sepertinya dia tertarik denganmu."

"Dia hanya tertarik dengan tubuhku."

"Cinta itu bisa datang darimana saja, Sena. Siapa tau."  Felix mengangkat bahunya.

Sena memutar bola matanya malas. Dia tidak sepercaya itu dengan seseorang. Apalagi Lee Minho.

"Apa kau tidak menyadarinya Sena? Lee Minho itu seksi." Felix menggoda Sena.

Untuk yang satu itu Sena terdiam. Sena tidak bisa menyangkalnya.  Sena lalu buru-buru menghabiskan jus apelnya. Karena tadi, ia menitip counternya pada Eric dan bilang padanya akan pergi sebentar.

Pada saat kembali ke bar, Sena berpapasan dengan tiga laki-laki yang memakai setelan jas lengkap dan akan masuk ke bar tempatnya bekerja. Tiga laki-laki itu kompak membelalakkan matanya melihat Sena.

"Sean? Bukannya kau sudah izin pulang lebih dulu?" Tanya salah satu laki-laki diantaranya.

Sena mengerutkan keningnya bingung mendengar panggilan itu. Hah?? Sean? Sean siapa??

"Maaf tuan sepertinya tuan salah orang. Saya bukan Sean. Saya izin permisi." Ucap Sena sambil membungkuk sopan lalu melangkah pergi.

"Sean! Tunggu!" Ucap lelaki itu sambil menahan lengan Sena.

"Harus berapa kali dia katakan? Dia bukan Sean."

Serentak semuanya menoleh ke arah lelaki yang baru saja datang. Memasukkan satu tangan di saku celananya dan tangan yang lain bermain-main dengan kunci mobilnya.

"Minho?" Ucap Sena lirih. Karena kedatangan Minho, lelaki itu melepaskan pegangan tangannya pada lengan Sena.

"Sean, aku akan menghukummu kalau kau berbohong padaku. Aku tidak main-main!" Lelaki yang sempat memegang lengan Sena melanjutkan ucapannya.

"Kau tidak bisa membaca tulisan di dadanya? Jelas-jelas namanya Sena bukan Sean!" Tunjuk Minho pada nametag di dada Sena.

"Chris jangan gegabah." Ucap salah satu teman lelaki itu.

"Sam benar, Chris. Jangan gegabah."

"Aku tidak suka Sean membohongiku. Apalagi dia di bar dengan seragam bartender seperti ini."

"Chris. Yang dikatakan laki-laki itu benar. Nama di dadanya Sena. Bukan Sean. Lagipula aku saja pernah mengira orang yang kusukai itu Sean. Karena wajah mereka mirip."

"Jangan berbuat rusuh di tempat seperti ini Chris. Yang dikatakan Jeno itu benar. Ingat, kita ini siapa."

Mendengar nama Jeno, Minho langsung memandang ke arah lelaki yang bernama Jeno itu. Dia tampan. Dan kemarin di belakang foto ketika dirinya kecil dia menemukan nama Lee Jeno. Entah itu orang yang sama atau bukan dan entah apa hubungannya dengannya.

Setelah ditenangkan dua temannya, lelaki itu masuk ke bar. Sedangkan orang yang mereka panggil Jeno itu memandang ke arah Minho lekat-lekat.

Minho tidak tau apa maksudnya itu sehingga dia pun balik menatapnya tajam. Aneh, batin Minho dalam hati.

SENA | 2MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang