20

3.6K 433 11
                                    

Lefan mengadakan rapat besar untuk masalah ini, dia benar-benar tidak mau membuat Airis sedih. Pertentangan dari para petinggi istana membuat Lefan beberapa kali tak berkutik karena sebagai seorang raja dia tak boleh membuat keputusan sendiri.

Pelayan Lefan mencoba menolong menyuarakan keinginan Lefan hanya memiliki satu pendamping tapi sebagai seorang pelayan dia tak mampu berbuat banyak, sampai pada akhirnya rapat kali ini ditunda agar tak ada pertengkaran tak berarti di antara Lefan dan para petinggi istana.

"Kepala ku benar-benar sakit" gumam Lefan.

"Istirahat lah yang mulia, kita akan menyusun rencana nanti untuk menuntaskan masalah ini" kata pelayan Lefan.

"Hah.. " Lefan menyandarkan tubuhnya di kursi, dia menatap langit-langit ruang kerjanya.

" ..Timothy.. " panggil Lefan.

"Ya yang mulia ?"

"Apakah aku akan berakhir seperti paman ku ?" Tanya Lefan, untuk sesaat Timothy hanya diam tapi segera dia menjawab pertanyaan itu.

"Bukankah tujuan utama Anda menjadi raja adalah untuk menuntaskan masalah tersebut yang mulia.. seperti yang Anda katakan dulu, jangan ada para Airis berikutnya"

Lefan menutup matanya.
"Anak itu, apa mereka mempersiapkannya untuk ku ?" Tanya Lefan lagi.

"Saya mendapatkan informasi, dia sudah berusia 3 tahun dan saat usianya matang.. dia akan dibawa ke istana sebagai persembahan kepada raja dan Anda bisa menikmatinya"

Lefan langsung membuka matanya lebar.
"Hoeekk !!" Lefan merasa mual, dia terbayang akan masa lalunya saat dia masih kecil menyaksikan betapa kejamnya pamannya kala itu.

"Yang mulia !!" Timothy menahan tubuh Lefan yang hampir jatuh dari kursi.

Lefan mengepalkan kedua tangannya.
"Aku...hah...tidak akan melakukannya, aku.. tidak akan melakukan hal menjijikan seperti itu"

Timothy sudah tau rasa trauma yang terus menghantui Lefan itu menjadi alasan Lefan pergi ke rumah Airis 12 tahun lalu.

"Apakah aku harus melakukannya lagi ? Membunuh keluarga anak itu sama seperti yang ku lakukan pada keluarga Airis ?" Kata Lefan.

"Yang mulia Anda-"

Kreett ~

DEG !

Timothy dan Lefan langsung melihat kearah pintu yang tiba-tiba terbuka, keduanya bisa melihat seseorang berdiri disana.

Lefan bisa dengan jelas melihat wajah terkejut Airis dan lagi ada Luxsius berdiri di belakang Airis.

"Mphh !" Airis menutup mulutnya, sepertinya Airis mendengar kata-kata Lefan dan Timothy terlihat dari raut wajah terkejut Airis.

"Airis !" Lefan langsung bergerak berniat mendekati Airis tapi Luxsius dengan cepat melindungi Airis dibelakang tubuhnya.

"Apa yang kamu lakukan ?! Tindakan tidak sopan apa itu ?!" Ujar Timothy saat melihat Luxsius menghalangi Lefan.

Luxsius menundukkan kepalanya.
"Maafkan ketidak sopanan saya paduka tapi saya merasa ini bukan waktu yang tepat untuk Anda dan yang mulia Airis bicara.. saya merasa hanya akan memperburuk keadaan"

"Apa maksud-" Lefan langsung menahan Timothy yang ingin memarahi Luxsius.

"Mundur, biar aku yang bicara" perintah Lefan, mau tidak mau Timothy langsung mundur.

Lefan menatap Luxsius tajam.
"Baru dua hari kamu bertugas menjaga Airis tapi kamu merasa harus melindunginya dari raja mu juga ?" Tanya Lefan.

"Ini bukan tentang tugas saya paduka tapi keadaan sekarang tidak memungkinkan jadi sepenuh hati meminta ijinkan agar yang mulia Airis tenang terlebih dahulu"

Lefan sejujurnya ingin marah tapi dia bisa melihat tubuh Airis bergetar dibelakang Luxsius.
"Baik.. " Lefan menghela nafasnya berat.
" ..bawa Airis istirahat dan aku akan tidur di ruang kerja ku jadi Airis kamu tidak perlu takut aku menemui mu malam ini" kata Lefan.

"Terima kasih paduka, saya permisi membawa yang mulia Airis pergi" Luxsius menyentuh pundak Airis lalu membawanya pergi menjauh dari ruang kerja Lefan.

Lefan mengepalkan kedua tangannya.
"Awasi terus mereka berdua, jangan biarkan prajurit itu menyentuh Airis lebih dari ini"

Timothy menundukkan kepalanya singkat.
"Baik paduka"

.
.

Bersambung ...

The King's Bride (BL18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang