Wendy sempoyongan berjalan ke arah ruang musik. Bisa-bisanya anak musik sepertinya dipilih menjadi anggota tim futsal perempuan di kelasnya untuk pertandingan satu bulan lagi.
Memangnya Wendy yang gemoy ini terlihat seperti seorang urakan yang suka main bola? Dulu sih iya, sekarang tidak.
Sayangnya wali kelas dan teman-teman nya tidak melihat demikian. Jadi sewaktu voting untuk pemilihan tim, justru Wendy ada di urutan ketiga sebagai pemain utama.
Wendy berdecak ketika merasa ruang musik terasa begitu jauh. Kakinya terasa seperti sehabis dihantam balok kayu.
Sangking lelahnya Wendy kini tidak sadar kalau tubuhnya mengarah pada seseorang yang berdiri dengan ponsel di telinga.
Lalu terjadi, Wendy manabrak tubuh itu dan yang terkapar adalah dirinya.
Maklumi tubuh lemahnya..
"Aduh.." Yang dia tabrak yang mengaduh sakit, sedang Wendy bahkan tidak sanggup untuk sekedar mengucapkan sepatah kata mengekspresikan rasa sakit di tubuhnya.
Perempuan yang ditabrak memandang Wendy yang terkapar tidak berdaya. Bahkan mata Wendy tertutup seolah-olah sedang pingsan membuat perempuan itu kini menatap khawatir.
"Lo nggak papa?"
Ditatapnya wajah Wendy yang seperti bayi sehabis kelelahan main. Tubuhnya berjongkok disamping tubuh Wendy. Menusuk kecil bahu Wendy.
Wendy membuka mata dan pandangan keduanya bertemu.
"Wendy?" Dia lebih dulu menyapa. Wendy tentu hapal dan tahu siapa tepatnya seseorang yang dia tabrak itu.
Tentu saja, Irene.
Kakak kelasnya sekaligus teman dari kakak sepupu nya. Mereka pernah bertemu ketika Wendy dititipkan dirumah Taeyeon saat Ayah dan Bunda nya ada urusan ke luar negeri. Saat itu Wendy masih SMP dan Wendy juga tahu kalau mereka sekarang satu sekolah.
Dan ini adalah pertemuan pertama mereka ketika Wendy sudah masuk sekolah selama satu bulan.
Boleh juga kemampuan Wendy berkamuflase sehingga Irene bahkan tidak menyadari keberadaannya disekolah.
"Lo Wendy, bener Wendy, kan?" Irene bertanya kembali dan memastikan dengan melihat ke arah badge nama Wendy di seragam perempuan yang kini terduduk itu. Membuat Wendy justru merasa aneh karena secara tidak langsung Irene menatap dada nya.
"Iya kak, kakak ngeliat ke arah mana?"
Irene gelagapan sendiri saat sadar., "Eh maaf," ujarnya gugup. Irene buru-buru membantu Wendy berdiri. Wendy hanya mengangguk sebagai jawaban.
Keduanya kini sudah berdiri dan berhadapan. Irene yang berdiri tegak dan Wendy yang membungkuk terlihat sangat kontras, belum lagi tubuh Wendy yang pendek. Membuat mereka berdua seperti seorang pem-bully dan korban bully.
Wendy membelalakkan mata ketika sadar bahwa dirinya menabrak Irene tadi. Tubuhnya segera menegak., "Kak maaf, tadi gue nggak liat kalo ada kakak disitu. Gue tadi capek banget abis latihan futsal,"
"Berarti sekarang udah nggak capek?"
Wendy mengerjap., "Ya masih sih kak, hehe, tapi maksudnya itu-"
"Haha, iya gue paham kok. Lo mau kemana kok lewat sini?" Irene menunjuk koridor tempat mereka berdiri.
Wendy kemudian menunjuk ruang musik yang tertutup dengan jarak tiga meter dari mereka berdiri.
"Ruang musik, gue duluan ya," ujarnya tanpa memandang Irene lagi. Terlampau lelah, Wendy tidak peduli dengan reaksi Irene yang akan menganggapnya tidak sopan karena meninggalkannya.
Maka Irene mengangguk dan mengikuti Wendy yang tidak menyadari keberadaannya.
Tubuh Wendy terlihat lucu dari belakang, apalagi cara jalannya yang sengaja menunjukkan bahwa dirinya benar-benar lelah. Irene terkekeh kecil tanpa sepengetahuan Wendy.
Wendy duduk di panggung tempat biasanya anak musik latihan setelah sebelumnya mengambil gitar akustik. Kemudian sibuk mengatur ketepatan kunci gitar yang ada ditangannya. Tanpa sadar kalau Irene menatapnya begitu intens.
Irene itu suka dengan musik, dia nenikmati musik, tapi tidak pernah bisa bermain alat musik. Atau belum pernah mencobanya.
Lalu ketika Wendy sudah siap untuk memainkan satu lagu, Wendy akhirnya menyadari keberadaan Irene.
Mata Wendy mengerjap cepat. "Kak?"
Irene tertawa kecil dengan senyum menawan, "Ha?"
"Sejak kapan kakak disitu."
"Gue ngikutin lo daritadi, tapi lo nggak sadar. Nggak sabar banget mau main gitar ya," katanya diikuti tawa cantik.
Wendy mengangguk kecil, merasa begitu asing untuk sekedar mengatakan hal sesungguhnya kenapa sekarang dirinya bermain gitar padahal sedang lelah-lelahnya.
Wendy akhirnya memetik senar, mulai mengeluarkan suara dan menyanyikan lagu kesukaan nya.
Bollballgan4 - bom.
Wendy begitu menikmati suara nya. Sedangkan Irene tersenyum dan duduk dibawah, Irene sampai harus mendongak untuk memandang Wendy yang ada di pinggir panggung.
Irene tahu lagu yang dinyanyikan Wendy ini, beberapa kali dirinya ikut bersenandung kecil.
Irene tahu namun tidak se-fasih Wendy dalam menghafal lirik. Atau mungkin dirinya hanya tau pada bagian Flower Sunshine.
♪
언제 봄이 왔는지
eonje bomi wassneunji내 맘도 모르고
nae mamdo moreugo봄바람이 자꾸만 불어와
bombarami jakkuman bureowa네 곁에 딱 붙어서
ne gyeote ttak buteoseo떨어지지 않고 싶어
tteoreojiji anhgo sipeo내 맘을 이제 말하고 싶어
nae mameul ije malhago sipeo벚꽃도 뭐고 다 필요 없어
beojkkoccdo mwogo da piryo eopseo나는 네 곁에 있고 싶어 딱 붙어서
naneun ne gyeote issgo sipeo ttak buteoseo봄이 지나갈 때까지
bomi jinagal ttaekkaji다른 사람 다 사라져라 나만 봄
dareun saram da sarajyeora naman bom♪
Wendy menghembuskan napas lega ketika lagu berhenti, mood nya membaik lagi. Rasa lelah nya berganti menjadi rasa puas karena berhasil menyanyikan lagu itu dengan lancar di hadapan orang lain.
Terlebih orang itu adalah I-
"WENDY!!!"
Pintu ruang musik terbuka dengan keras, Wendy sampai terlonjak begitupun dengan Irene yang kini memandangi orang itu.
Irene berkedip cukup lama dan tersenyum simpul ketika perempuan itu mendekati Wendy dengan kata maaf kecil padanya. Mereka saling berbisik sementara Irene terus menatap keduanya dengan senyum.
"Gue duluan ya," ujar perempuan itu pada Wendy kemudian memandang Irene, "Maaf kak, hehe.."
Irene tersenyum dan menatap Wendy intens ketika perempuan itu sudah meninggalkan ruangan.
"Lo kenal Seulgi?" tanya nya ketika Wendy berdiri.
Wendy mengangguk dan berjalan menaruh gitar ditangan nya ke tempat semula. "Iya, dulu temen sekelas waktu smp,-"
"Gue duluan ya kak, ada sesuatu hehe."
Keduanya bersamaan keluar dari ruang musik, Irene memandangi punggung Wendy yang menjauh.
Baiklah, lain kali saja dia membicarakan ini pada Wendy. Setidaknya mungkin diri nya ada kesempatan.
Wait for me.
..
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
enam belas [16]
Romancegue cuma suka aja ngeliat dia, kaya 'oh cantik' gitu aja. ⌦ 「G x G」 ⌦ ꜰᴀɴ ꜰɪᴄᴛɪᴏɴ | ᴅᴏɴ'ᴛ ᴀꜱꜱᴏᴄɪᴀᴛᴇ ɪᴛ ᴡɪᴛʜ ᴛʜᴇɪʀ ʀᴇᴀʟ ʟɪꜰᴇ