1. Pertemuan

4 0 0
                                    

Siang itu jalanan Jakarta cukup terik, tampak seorang gadis mengendarai sepeda motornya dengan tidak hati-hati. Hampir saja ia menabrak angkot yang berhenti tiba-tiba di depannya. untungnya ia masih bisa menghindar. Ia memilih melanjutkan perjalanannya daripada harus marah-marah pada sopir angkot tadi.

Namanya Bulan Drupadi, gadis yang biasa dipanggil Dru oleh teman-temannya. setiap hari ia harus menempuh 27 KM dengan sepeda motor untuk berangkat ke kampus. Gadis itu masih semester tiga, waktu yang paling tepat untuk gila dan menghabiskan waktu mengikuti organisasi juga kepanitiaan yang ada di kampus.

Hari ini ia ada wawancara pendaftaran panitia Pemira atau Pemilihan raya. Pesta demokrasi rutin tiap tahun yang diadakan kampus perihal pergantian ketua BEM dan juga ketua Himpunan Jurusan. Apalagi alasannya kalau bukan ingin menyibukan diri karena patah hati. setidaknya gadis itu tidak melampiaskan patah hatinya pada kegiatan self harm.

Sesampainya di kampus, ia segera mencari ruangan tempat ia janjian bersama Kepala Divisi yang ia daftarkan pada kepanitiaan tersebut. Namanya Bara Wicaksono, Dru sama sekali tidak mengenal Bara. Padahal mereka sama-sama anggota Himpunan Jurusan, terlalu fokus dengan Proker dan Agenda departemennya, Dru tidak sempat menghafal seluruh anggota himpunan lain yang jumlahnya seratus orang lebih.

Dru mengetuk salah satu pintu kelas dan membukanya perlahan "permisi?" ucap Drupadi pelan takut salah memasuki ruangan. Di dalam tampak seorang laki-laki yang sedang sibuk dengan ponselnya. "Drupadi yaa?" tanya laki-laki tersebut pada Dru yang masih berdiri di ambang pintu.

"iyaa"

"sini masuk, duduk dulu."

Dru segera masuk dan duduk di salah satu kursi kosong yang berjarak dua kursi dari kursi yang diduduki Bara. Ia meletakan tasnya di atas meja dan melepas jaket yang ia kenakan tadi saat mengendarai motor.

"wawancara kita kalo sesuai jadwal masih sepuluh menit lagi, lo mau nunggu sepuluh menit dulu atau mau langsung aja?" tanya Bara sembari berjalan menghampiri ke depan Drupadi.

"sekarang boleh kak" jawab Dru seadanya.

"lo ga kenal gue ya?" tanya Bara pelan memastikan ia tak salah dengar karena baru saja dipanggil "kak" oleh teman seangkatannya.

Drupadi hanya menggeleng pelan sambil mengernyitkan dahinya.

"kita ini satu angkatan. gue juga anggota himpunan sama kayak lo. gue dari departemen kemahasiswaan, lo anak kesma kan?"

Dru mengangguk, "sorry, gue gak tau"

"gimana sih, kan waktu pelatihan manajemen organisasi di himpunan disuruh hafalin semua anggota himpunan. masa lo gak tau gue sih? jangan-jangan lo juga gak tau nama gue siapa?" ucap Bara dengan nada meledek kepada Drupadi.

"Bara?" jawab Dru ragu takut salah.

"tau dari mana?"

"dari nama whatsapp lo pas ngechat gue ngabarin wawancara" jawab Dru kikuk.

"ya udah deh kenalan dulu, nama gue Bara Wicaksono. panggil aja Bara" Bara mengulurkan tangan panjangnya kepada Drupadi. Drupadi menyambut tangan itu dengan lembut dan membalas salaman Bara.

"Bulan Drupadi, lo bisa panggil gue Drupadi atau Dru aja"

"Dru aja?"

"Dru" Drupadi tersenyum tipis karena pertanyaan Bara barusan.

Bara menarik kursi yang ada di sampingnya agar bisa duduk berhadapan dengan Drupadi. Ia pun memulai sesi wawancara bersama Drupadi. Hanya pertanyaan basic seperti pengalaman organisasi dan kepanitiaan apa saja yang sudah Dru ikuti selama di kampus. sehingga sesi wawancara itu hanya membutuhkan waktu yang singkat.

"ini udah selesai kan? kalo gitu gue pamit balik ya?" tanya Dru sembari merapikan dan memakai tasnya.

"rumah lo dimana?" tanya Bara.

"Bekasi"

"pasti lo balik naik kereta ya? kalo gitu gue anterin aja ke stasiun. soalnya gue udah ga ada jadwal wawancara lagi nih"

"eh ngga usah Bar, gue bawa motor kok"

"lo bawa motor sendirian? Bekasi jauh kan?"

"lumayan sih, tapi ga jauh banget soalnya Bekasi gue juga masih mepet Jakarta Timur. engga yang Bekasi banget kayak Tambun gitu loh"

"ohh kirain. yaudah kalo gitu bisa bareng ke parkiran berarti"

"ini semua yang wawancara lo modusin kaya gini?" ejek Dru kepada Bara.

Bara hanya tertawa mendengar pertanyaan aneh Dru. Bara dan Dru segera melangkah keluar dari kelas dan berjalan menuju parkiran. Baru saja mereka keluar dari gedung jurusannya ternyata hujan deras turun. tidak mungkin mereka menerobos hujan yang akan membuat sakit penglihatan mereka jika diterobos.

"yah ujan, deres lagi. kantin dulu yuk?" ajak Bara pada Dru.

"boleh"

tak pikir panjang Drupadi segera menerima ajakan Bara. lagipula ini pilihan yang tepat daripada harus langsung pulang. apalagi Drupadi bisa dihitung baru saja sampai di kampus. hal ini juga bisa mereka manfaatkan untuk saling mengenal satu sama lain. karena setelah ini mungkin akan banyak kegiatan dan pekerjaan yang mereka lakukan bersama.

Bara dan Drupadi berjalan menuju kantin yang ada di ujung kampus. Berbincang dengan Bara ditemani hujan membuat perasaan drupadi sangat nyaman. Perasaan yang sudah sangat lama tidak Drupadi rasakan. Padahal ia baru saja berkenalan dengan Bara satu jam yang lalu.

ketika pertama kali aku mengenal Bara, aku tidak pernah membayangkan akan seperti apa nanti kita di depan sana. Bara sosok yang menyenangkan. matanya yang teduh dibawah topi biru terasa hangat saat menatapku. alisnya tak begitu tebal tapi rapih. rambut ikalnya selalu berhasil mengelabui pandanganku kesana. berteman dengan Bara sepertinya akan menyenangkan.
-Bulan Drupadi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bara DrupadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang