Part 27 *New

162 18 4
                                    

DUGHH

Langkah kakinya terhenti saat sesuatu menabrak area kakinya di bawah sana. Mau tidak mau harus membuatnya berlutut untuk memastikan sesuatu yang membuat area bawah kakinya berkedut.

Seorang gadis kecil terlihat meringis setelah mengenai kaki jenjangnya akibat aktivitas gadis itu yang berlari dengan kecepatan penuh tanpa memperhatikan sekitar. Sekilas kedua matanya yang cukup tajam menangkap kening putihnya memerah, sepertinya akibat benturan yang cukup keras yang mengenai kakinya.

Ia cukup terkesan dengan ketangguhan gadis kecil itu. Tidak ada tangisan yang keluar dari bibirnya. Hanya sedikit ringisan saja yang terdengar di telinganya.

"Hai cantik, maafkan paman telah menabrakmu." Sedikit aneh memanggil dirinya paman. Sungguh ia masih merasa muda untuk dipanggil dengan sebutan paman.

"Tidak, paman. Ini salahku. Aku yang tidak hati-hati." Gadis itu berbicara dengan takut-takut. Kepalanya menunduk tidak berani menatap pria besar di hadapannya. Masih terselip ketakutan jika paman yang dihadapannya ini akan memarahinya.

"Kau gadis yang pintar. Tidak apa. Jangan takut. Paman tidak akan memarahimu" Ucapnya seraya menggenggam kedua tangan mungil itu. Ia berikan senyum manisnya agar gadis itu tidak takut.

"Siapa namamu gadis cantik?"

"Harin, rupanya kau ada di sini." Belum sempat gadis kecil itu memberitahu namanya. Seorang pria datang dengan menyebutkan namanya. Namun pria yang bertanya nama gadis kecil itu dapat menangkap bahwa nama gadis itu bernama Harin.

"Appa." Tubuh Harin langsung diangkat ke dalam dekapan seorang pria yang merupakan ayah dari gadis itu. Tangan mungil gadis itu merengkuh erat leher ayahnya.

"Kyuhyun?? Benar Kyuhyun, bukan?" Tanya pria itu setelah menoleh kearah pria yang tengah berbicara dengan anaknya. Ia memastikannya berkali-kali. Keterkejutan tidak lepas dari wajahnya namun ada sebuah rasa bahagia saat menatap wajah yang sudah lama tidak dilihatnya secara langsung.

Sebelah tangannya yang bebas merengkuh tubuh Kyuhyun memberi sebuah pelukan hangat. Tangannya menepuk-nepuk punggung Kyuhyun. Kyuhyun juga melakukan gerakan yang sama. Melepaskan rindu antarsahabat yang dipertemukan setelah sekian lama.

"Ya, ini aku, Changmin. Ini anakmu?" Kyuhyun cukup terperangah melihat perkembangan hidup sahabatnya semasa sekolah dulu. Ia dan Changmin sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Sekarang mereka dipertemukan dalam acara reuni sekolah yang Kyuhyun hadiri.

"Iya, ini anakku."

"Wah, sudah tumbuh menjadi gadis cantik." Ucapnya dengan menggoda ke anak tersebut dengan mencubit sebelah pipinya lembut. Changmin hanya tersenyum melihat keduanya.

"Ayo kita kumpul dengan yang lain. Mereka ada di sana sejak tadi." Changmin menuntun Kyuhyun seraya mendekap Harin dalam gendongannya untuk menemui perkumpulan teman-temannya yang lain di acara reuni. Kyuhyun patuh mengekorinya tanpa banyak berbicara.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Changmin tersenyum melihat pemandangan di depannya. Ia dapat menangkap bahwa anaknya merasa nyaman dengan Kyuhyun. Gadis kecil itu tampak tenang dan juga girang berada dipangkuan Kyuhyun. Anak perempuannya cukup pemalu kepada orang asing, namun dengan Kyuhyun suasana mencair dengan cepat.

Setelah keduanya sampai di tempat dimana para teman-temannya berkumpul, mereka sempatkan untuk menyapa terlebih dahulu. Setelah itu baik Changmin dan Kyuhyun mencari tempat untuk mereka berdua berbincang dan juga Harin.

Kali ini Changmin tidak datang bersama istrinya dikarenakan istrinya tengah melaksanakan pekerjaannya ke luar negeri. Hanya tersisa ia dan anaknya di rumah. Ia juga tidak tega jika meninggalkan anaknya sendiri sementara tidak ada anggota keluarga yang bisa dititipi anaknya. Sehingga mau tidak mau ia membawa Harin.

Beberapa menit yang lalu ia sempat panik kelimpungan mencari Harin. Gadis tersebut tiba-tiba hilang begitu saja saat dirinya berada di toilet. Ia memerintahkan Harin agar menunggunya di depan toilet pria. Namun entah bagaimana tiba-tiba ia menemukan Harin berbicara dengan pria yang ternyata adalah Kyuhyun, sahabat dekatnya.

"Aku senang melihat perubahanmu yang sekarang."

"Perubahan apa?" Tanyanya tanpa memandang ke si penanya. Ia sibuk menggelitik perut Harin yang berada di pangkuannya. Gadis itu tertawa kegelian menerima kelitikan itu.

"Kau tidak seacuh dulu. Sekarang lebih hangat kepada anak-anak."

"Begitukah?"

"Hm, ya. Itu pendapatku. Siapapun yang berada di sekitarmu dulu paham bahwa kau sangat membenci anak-anak. Namun lihat sekarang, sepertinya kebencian itu sudah meluap beriringan dengan semakin matang usiamu."

"Mungkin karna ini adalah anakmu."

"Aku rasa tidak. Jikapun itu anakku, kau pasti tetap tidak akan tertarik bermain bersamanya dan akan acuh. Namun kau telah berubah dan aku senang menerima fakta ini." Ucapan Changmin ini ternyata bisa membuatnya kembali merenungi apa yang terjadi pada masa dulu. Ia membenci anak kecil. Mungkin pada saat itu usianya masih terbilang sangat labil di mana fase remaja, ia mengalami perubahan suasana hati yang tidak mudah di tebak, juga tempramennya yang masih belum stabil.

Setiap ada anak kecil yang menghampirinya ia selalu acuh tak acuh. Menampakkan auranya bahwa ia tidak ingin diganggu. Namun ia masih biasa jika anak kecil itu merupakan anak yang tenang. Terkadang ada sisi anak kecil yang tidak menyenangkan seperti tantrum atau mengganggu orang lain tanpa dapat dimengerti anak itu, itu membuat tempramen Kyuhyun di uji sebagai anak remaja yang sangat tidak menyukai keberadaan anak kecil.

Perkataan Changmin membuatnya kembali menyadari bahwa ia bisa berubah menjadi sosok yang hangat kepada anak kecil yang tidak berdosa. Perbuatan dari anak kecil yang terkadang menyulut kesabaran orang dewasa pun tidak sepenuhnya salah mereka.

Mereka hanya belum mengerti batasan-batasan apa saja yang perlu diterapkan agar tidak merugikan dirinya dan juga orang lain. Orang dewasalah yang sebenarnya bertanggung jawab untuk memberikan edukasi dan juga pengertian akan sifat kurang menyenangkan yang ditimbulkan dari anak kecil tersebut.

Hal itu yang membuat pikiran Kyuhyun kembali terbuka dan mencoba untuk memperbaiki sifatnya. Apalagi dalam waktu kurang sebulan ia akan menikah dengan Irene. Selain sebagai seorang suami, ia akan mempunyai peluang untuk mengemban peran ayah juga setelah menikah. Sehingga ia kembali memikirkan itu dengan mental seorang pria dewasa. Ia harus bisa belajar melunakkan hatinya kepada anak kecil karna suatu saat ia akan menjadi seorang ayah.

"Apa yang kau katakan mungkin benar." Changmin mengangguk.

"Oh ya, di mana Seohyun? Aku tak melihatnya? Apakah ia datang?"

"Aku tidak tahu. Kurasa tidak."

"Kau kan yang lebih dekat dengannya, kau tidak menghubunginya."

"Aku sudah lama tidak menghubunginya sejak aku memberitahu aku akan menikah."

"Tunggu, menikah?? Kau akan menikah? Woaah tidak disangka." Kyuhyun lupa, ia belum memberitahu teman-teman soal pernikahannya. Ia menarik napas dalam-dalam. Kemudian membetulkan posisi Harin dipangkuannya.

"Iya, aku akan menikah bulan depan. Sejujurnya aku akan berniat memberitahu hari ini setelah acara reuni selesai. Dan aku akan menyebarkan undangan resminya melalui sekretarisku dan juga sebagian dikirimkan melalui email."

"Woah, ini kabar baik. Kau harus segera mengumumkan kepada yang lain, Kyuhyun."

"Iya, nanti. Menunggu waktu yang tepat. Aku tidak ingin merusak suasana. Lihat! Mereka-mereka sangat menikmati reuni ini."

"Tapi, Kyu. Sejujurnya aku mengira kau akan menikahi Seohyun. Aku melihat kalian sangat dekat dari dulu. Aku sempat salah mengira bahwa kalian adalah sepasang kekasih." Kyuhyun tersenyum. Sudah banyak ia mendengar kalimat itu. Bahkan mungkin Seohyun juga begitu. Namun ia sangat memakluminya. Pernyataan orang lain terhadap mereka berdua tidak sepenuhnya salah. Kyuhyun memang sudah sangat dekat dengan Seohyun. Lebih dari yang mereka bayangkan.

"Sayangnya, kita berdua belum berjodoh."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To Be Continue

What are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang