°• 15 •° Darah

160 23 0
                                    

« 𝑳𝒆𝒕'𝒔 𝒅𝒐 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒂𝒌𝒆 𝒂 𝒎𝒊𝒓𝒂𝒄𝒍𝒆 »

« 𝑳𝒆𝒕'𝒔 𝒅𝒐 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒂𝒌𝒆 𝒂 𝒎𝒊𝒓𝒂𝒄𝒍𝒆 »

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

(Y/n) POV

Langit yang bermandikan warna kuning keemasan diliputi oleh sinar hangatnya telah terbit di ufuk timur. Derap langkah cepat mengiringi setiap pijakan yang aku ambil untuk segera sampai ke suatu tempat.

Asakusa, kota ini memang terlihat lebih maju dan modern. Berbagai kendaraan yang familiar sering kali melintas, sementara kerumunan orang-orang bergegas memulai hari mereka di tengah hiruk-pikuk pagi. Gerai-gerai toko dan kedai pun mulai membuka pintunya, siap mencari pendapatan di hari yang baru.

Aku menyempatkan diri mampir ke sebuah stan gerobak dengan aneka Onigiri berbagai isi dan membeli sekitar enam Onigiri dengan isi telur orak-arik. Setelah membayar dan menyimpan Onigiri di balik Haori, aku kembali menapak tuk mencari keberadaan sebuah kediaman.

Melewati gang dan lorong, aku jadi berpikir bahwa pencarian ini akan menjadi cukup sulit. Mengingat jika sekarang pagi sudah menjelang dan pertarungan yang sudah aku ketahui tentunya telah selesai.

"Noah, bantu aku, dong. Ini akan semakin lama kalau aku yang mencarinya." Pintaku sembari memandang sekitar.

"Bisa, sih." Jawab Noah, terdengar mencurigakan.

'Bau-bau nggak enak, nih.'

"Tapi, ada bayarannya." Sambungnya.

'Tuh, kan!!'

"Apaan sih! Minta tolong, loh, aku ini!" Sahutku ketus.

"Ada biayanya, mba. Mohon kerja samanya." Balasnya santai.

"Ck! Iya, iya! Cepati serlok, tak parani."

"Serlak, serlok. Matamu! Aku hanya akan meningkatkan indera penciumanmu agar bisa menemukan kediaman mereka lebih cepat."

"Ohh! Aku ngerti, aku ngerti!" Ucapku segera paham sembari mengangguk-angguk.

"Tapi, itu hanya akan bertahan sebentar, jadi kamu harus lekas menemukan kediaman mereka. Kamu mengerti, (Y/n)?"

"Nggak perlu ditanya dua kali. Kalo gitu, berikan aku skillmu." Pintaku.

Tanpa menunggu lama, indera penciumanku menjadi lebih tajam. Aku pun segera melangkah setelah mencium aroma samar yang kuyakini bahwa itu adalah jejak sisa-sisa pertempuran.

Langkah cepat kini aku ambil agar lekas sampai tujuan, hingga akhirnya tapakku berhenti di sebuah pertigaan gang. Netra hitamku mengamati orang-orang yang beberapa kali melintas sembari menunggu jalanan sepi.

𝑪𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆 𝒊𝒕 - 𝑲𝒊𝒎𝒆𝒕𝒔𝒖 𝒏𝒐 𝒀𝒂𝒊𝒃𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang