Jakarta, Indonesia
BEBERAPA HARI KEMUDIAN
PAGI - RS. ADIJASA - KAMAR VVIP EDELWEIS NO. 2
Usai beberapa hari dirawat, Aca masih setia menemani Damar. Papa Jusuf duduk di sofa dan sibuk dengan laptopnya karena urusan kerja. Sementara Ian sedang mengurus administrasi untuk acara wisudanya dalam waktu dekat.
"Sayang?" Damar memanggil Aca.
"Iyaa? Kenapa?" Tanya Aca.
"Mau pulang." Rengek Damar.
"Iyaa pulang, sabar dulu yaa. Tunggu Dokter Zidan, paling bentar lagi dateng orangnya." Aca seperti menenangkan anak kecil.
"Kenapa ngga kamu aja yang periksa sih biar cepet pulang, kan sama-sama dokter." Protes Damar.
"Ngga gitu juga sayang.. Kan ada prosedurnya sendiri. Sabar yaa." Ucap Aca yang amat sabar menghadapi sifat manja Damar.
"Ya okey." Damar menurut.
Tok.. Tok.. Tok..
"Permisi." Dokter Zidan datang.
"Nah ini Dok, pasiennya udah ngebet banget mau pulang." Aca mengadu.
"Iyaa Dok, saya udah bosen nih di rumah sakit." Imbuh Damar.
"Haha iya iyaa saya periksa dulu yaa." Ucap Dokter Zidan terkekeh.
Lalu Dokter Zidan memeriksa jahitan luka tembak Damar.
"Ini tinggal jahitan lukanya yang tetep harus dapet perawatan rutin aja sih." Jelas Dokter Zidan.
"Berarti bisa pulang dong hari ini dok? " Tanya Damar tetap memaksa ingin pulang.
"Terserah sih, maunya kamu gimana?" Gurau Dokter Zidan.
"Maunya pulang dok. Rawat Jalan gapapa deh yang penting pulang. Kan ada calon istri saya yang bisa rawat jahitan luka saya." Kekeuh Damar yang mengundang gelak tawa.
Setelah berdiskusi panjang, akhirnya Damar diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun sepulangnya dari rumah sakit, Damar juga harus rutin mendatangi RS. Batik untuk diganti perbannya oleh Aca sampai jahitan lukanya kering.
PAGI - RUMAH - RUANG KELUARGA
Berbeda dari biasanya, pagi ini seisi rumah dibuat terburu-buru. Semua sibuk mempersiapkan diri masing-masing, Sampai Papa Jusuf telah siap terlebih dahulu.
"Cepat anak-anak, sudah jam berapa ini?" Teriak Papa Jusuf dari ruang keluarga.
Kemudian Ian menuruni tangga dan berjalan menghampiri Papa Jusuf.
"Ian tinggal benerin dasi Pa." Ucap Ian sambil membuat simpul dasi kupu-kupu yang dikenakannya.
"Mana abangmu? Damar!" Tanya Papa Jusuf sekaligus memanggil Damar.
"Nyari kaos kaki dulu Pa, bentar lagi Damar turun." Teriak Damar dari kamarnya.
Lalu Damar turun dan mereka bertiga segera berangkat menjemput Naya dan Aca dulu sebelum menuju ke SMA Nusantara.
PAGI - SMA NUSANTARA - BALLROOM SEKOLAH
Kedatangan mereka tentu saja menarik banyak pasang mata memandang, hadir dengan busana senada yang begitu menawan. Paras rupawan yang mereka miliki juga tidak luput dari perhatian para hadirin yang datang. Naya dan Aca memakai dress berbalut unsur batik yang sama dengan kemeja batik yang dikenakan oleh Damar dan Papa Jusuf, sangat elegan.
Mereka kemudian memasuki ballroom sekolah yang menjadi tempat diselenggarakannya acara wisuda. Lalu Ian diharuskan untuk bergabung dengan jajaran wisudawan lainnya dan duduknya terpisah dengan Papa Jusuf, Damar, Aca, serta Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA LARUT MALAM
Fiksi UmumMalam yang semakin larut biasanya terasa menenangkan untuk beristirahat sejenak melepas penat dari berkegiatan sehari penuh. Namun kini larut malam justru selalu terasa menghantui setiap rentang waktu itu tiba. Itulah yang dirasakan oleh kakak berad...