Malaysia lagi?

133 13 13
                                    

_______

Tibalah hari Jumat itu. Yang pergi hanya Jenna dan Bundanya, sedangkan Juan dan Zara tetap di Indonesia karena mereka harus sekolah begitu juga dengan Ayahnya yang sibuk dengan kerjaan kantor.

Mereka sampai di Malaysia sekitar jam 4 sore. Sesampainya di sana mereka langsung menuju rumah Fazli. Jujur Jenna sangat takut, takut Fazli marah.

"Bun... Masih marah ga ya?." Tanya Jenna ragu.

"Bunda juga ga tau, semoga aja udah ngga ya." Lalu Bundanya memeluk putrinya itu.

Sekitar beberapa menit mereka akhirnya sampai di depan rumah besar itu. Jenna mengumpulkan nyali untuk berhadapan dengan Fazli. Ia masih diam ditempat pertama kali ia turun dari taksi. Langkah nya sangat berat untuk melangkah masuk.

"Ayo, Na.." ajak Bundanya.

Jenna menghela nafas mengumpulkan niat lalu berjalan mengikuti Bundanya dari belakang. Jenna tampak berjalan ragu sambil membawa sebuah koper berukuran sedang.

"Assalamualaikum, Pak Jamal." Panggil Bundanya.

Mereka menunggu beberapa saat lalu seorang lelaki paruh baya datang menghampiri mereka.

"Waalaikumsalam, eh puan? Cik muda Jenna..." Sapa Pak Jamal.

"Pak, di rumah ada Fazli?." Tanya Bundanya.

"Mohon maaf tuan muda dan Ibu Fatimah tak de kat rumah. Sebab sedang ada kerja kat luar bandar." Jawab Pak Jamal.

"Ha? Luar bandar?." Tanya Bu Ariana kembali.

"Maksud saya out of town, Puan." Jawab Pak Jamal.

"Ohhh diluar kota ya Pak, yaudah makasih ya Pak." Sahut Jenna tiba-tiba.

Jenna langsung menarik lengan Bundanya menjauh, dan berpamitan dengan pak Jamal. "Eh wait cik muda, nak masuk ke?." Tanya Pak Jamal.

"Oh tidak Pak, kita orang nak cari hotel kat sini je. Terimakasih." Lalu Jenna mengajak Bundanya untuk berjalan lebih cepat.

"Na... Kenapa ga mau masuk?." Tanya Bundanya.

Jenna tampak seperti menahan sesuatu. Ia memberhentikan sebuah taksi yang sedang lewat. Jenna langsung mengajak Bundanya masuk. Didalam taksi barulah tangisnya kembali pecah.

"Huu... Ha.... Hiks... hiks...." Tangisnya tersedu-sedu.

Bundanya yang seakan mengerti keadaan hati anaknya itu pun ikut larut dalam suasana itu. "Dugaan Jenna bener Bun... Jenna pasti gabakal diterima lagi di keluarga Fazli." Lirih Jenna.

"Ngga nak.. mereka ga mungkin kayak gitu." Bu Ariana masih terus berusaha menenangkan putri kesayangannya itu.

______

Mereka berdua akhirnya menemukan hotel yang tak jauh dari sana. Jenna booking hotel untuk 3 hari kedepan. Jenna termenung menyandar di sandaran kasur. Bundanya yang baru selesai mandi lalu menghampirinya.

"Na... mandi dulu gih." Ucap Bundanya sambil menyentuh bahu Jenna. Jenna masih tampak termenung tak menghiraukan ucapan Bundanya itu.

"Na... denger Bunda ga?." Tanya Bundanya lagi.

Jenna baru tersadar dari lamunannya. "Eh kenapa Bun?." Tanya nya yang masih sedikit linglung.

"Mandi dulu biar seger. Trus kita sholat Maghrib bareng." Jawab Bundanya. Jenna hanya mengangguk dan bangkit dari duduknya menuju kamar mandi. Selang beberapa saat ia keluar dengan piyama coklatnya.

Mereka sholat Maghrib berjamaah, setelah itu Jenna nampak berdoa dengan sangat khusyuk, tak usah ditanyakan lagi apa doa yang ia panjatkan. Kembali air mata menetes di sela-sela doanya.

Selesai berdoa Jenna kembali memeluk Bundanya. Menangis kembali.

"Eh.. jangan nangis terus dong, kasian mata kamu udah bengkak banget ini, Na..." Ucap Bundanya.

"Ga bisa Bunda... Jenna sedih banget, banget, banget, tau ga sih Bun Jenna ga pernah patah hati segininya." Jawab Jenna tak menghiraukan siapa yang ia ajak bicara. Bundanya sudah dianggap seperti temannya sendiri.

Entah mengapa Bundanya justru malah terkekeh mendengar curhatan isi hati anaknya itu. "Ternyata anak Bunda bisa alay juga." Ledek Bundanya.

"Ihhh Bunda... ga pengertian banget sih, anaknya lagi sedih loh ini." Kesal Jenna. Ia menghapus air matanya, tangisnya berhenti mendengar ucapan Bundanya barusan.

"Lah... beneran ini alay banget, Bunda dulu ga pernah loh nangisin Ayah kamu, padahal dulu Ayah kamu sempat ga direstuin sama Kakek." Jawab Bundanya.

Jenna berdecak kesal. "Beda Bun... tapi kan Ayah selalu berusaha, lah ini masa Jenna berjuang sendiri."

"Makanya suami itu jangan di sia-siakan, nyesel sendiri kan." Balas Bundanya.

"Lah siapa yang nyia-nyiain? Jenna ga pernah ya menyia-nyiakan Fazli, Jenna anggap Fazli suami Jenna kok." Timpalnya.

"Iya, tapi buktinya kok iso ada orang dateng ngelamar?." Tuduh Bundanya yang membuat Jenna menahan kesal.

"Ahk Bunda mah ga pernah ngedukung anaknya. Nyebelin." Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Makanya setelah ini kalo emang suka, kalo emang cinta, kalo emang ga mau kehilangan yo dijaga perasaane mba yuu, yo di perhatike bojo ne." Ucap Bundanya menasehati putrinya yang sudah menikah itu.

"Jenna perhatian kok, Jenna emang cinta, tapi Fazli nya juga belum cinta Jenna, ngapain Jenna ngejaga perasaan Fazli, pasti Fazli disini juga deket-deket cewek lain cuma ga ketahuan aja." Balas nya. Anak ini memang tak pernah mau dinasehati.

"Terserah awak mu. Bunda ndak mau ikut campur lagi. Nanti kalo mau kesana sendiri aja. Kamu yang punya suami masa Bunda yang ngebujuk, Yo ndak bisa." Sahut Bundanya dengan Jawa medok.

"Yo wes aku rapopo. Aku iso sendiri." Balas Jenna yang kesal lalu naik ke atas kasur dan memainkan handphonenya.

Bundanya terkekeh pelan lalu mengambil handphonenya dan nampak mengetik sesuatu.

_______

Setiap hari Jenna pergi ke rumah Fazli tapi tetap saja mereka belum pulang dari luar kota. Bundanya mengajak Jenna pindah ke sebuah apartemen yang tak jauh dari sana katanya sudah disewakan untuk waktu sebulan. Bundanya bilang kebetulan ada diskon jadi masih aman dikantong Bundanya.

"Besok Jenna mau coba lagi Bun, doain Fazli udah pulang." Ucap Jenna yang sedang duduk di meja makan. Ia sedang memakan roti bakar.

"Iya semoga ya."

***

Malamnya saat sudah tidur Bundanya terbangun karna mendengar Jenna mengigau. "Nak.. heii kenapa, Na.. bangun sayang.." panggil Bundanya dengan lembut.

Jenna terbangun dari mimpinya, nampaknya ia mimpi buruk. "Bun... Jenna mimpi Fazli mau cerai sama Jenna..." Ia langsung memeluk Bundanya dengan erat dan kembali menangis.

"Astaghfirullahalazim.. udah itu cuma mimpi ga usah dipikirin. Jenna tidur lagi aja ya jangan lupa baca doa sayang..." Jawab Bundanya lalu mengecup hangat puncak kepala Jenna.

"I-iya Bun..." Jawabnya sesegukan.

"Lho.. panas? Kamu demam sayang. Ya ampun." Ucap Bundanya panik.

"Bunda ambilin kompres sebentar ya, kamu istirahat aja lagi ya." Bundanya bergegas menyiapkan air kompresan. Sebegitunya Jenna memikirkan Fazli sampai demam.

Bundanya dengan kasih sayang lalu menempelkan handuk basah di jidat Jenna, ia mengelus lembut rambut putrinya itu.

___________________________________________
Aaaa terharu liat ibu dan anak ini.
Ibu selalu ada dimanapun, kapanpun, saat apapun, ingat ya gaiss!

Author : aman.. di part ini dia ga protes lagi soalnya lagi demam

Jenna : siapa bilang? Balikin suami gue ga Thor, sampe kapan mau lu umpetin

Author : terutama gue salah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir Cinta 2 Negara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang