Memperbaiki🔞
Roda yang berputar telah berhenti, menghadap pagar yang terbentang menghalanginya dengan rumah minimalis tapi terlihat mewah. Ia mematikan tunggangan yang menyala saat pria paruh baya menghampirinya. " Cari siapa den?." Tanyanya.
Sang pengendara pun membuka helm yang dikenakan memperlihatkan wajah rupawan miliknya. " Mau nganterin obat, suruhan Reya tadi." Jawabnya dengan ramah.
" Oh, ya udah den masuk." Ucap pria paruh baya itu, dan membukakan pagar.
Ia pun memasuki pekarangan rumah, memarkirkan motor besarnya di deretan mobil yang terparkir. Menyimpan tas juga helm membawa sekantong plastik berisi obat untuk sang gadis. Melangkah dengan berat takut jika dirinya akan diusir gadis yang mungkin saja masih merutuki nasibnya.
Dirinya mengetuk pintu Putih yang menjulang tinggi dihadapannya, sampai seorang wanita paruh baya dengan balutan pakaian sederhana mungkin dia pekerja di rumah ini. Wanita itu mengerutkan dahinya menatap dirinya dengan tanya. " Cari siapa ya?." Tanya wanita itu.
" Ah, ee saya disuruh Reya buat beli obat, suruh anter ke kamar katanya." Balasnya.
" Oh, cari non Reya. Kebetulan non Reya ada di taman belakang. Apa perlu saya panggilin?." Tanya wanita itu.
" Oh gak usah bik, saya aja yang kesana." Jawab pemuda itu.
" Kalau begitu mari masuk den, mau bibi bikinin minum." Tawarnya sambil berjalan mengarah ke dapur.
" Gak usah bik, saya cuma sebentar kok." Pemuda itu pun berjalan kearah taman yang sedikit rindang. Terlihat gadis berambut pendek duduk membelakanginya, terlihat dirinya yang menyibukkan diri dengan pena yang terus bergerak ditangannya.
Tubuhnya berhenti tepat dibelakang gadis ini, tubuh yang terbalut kardigan putih seakan menandakan betapa sakitnya sekarang dirinya. Memberanikan diri mengangkat tangan ingin menyentuh pundak yang pernah ia buat bergetar dengan isakan yang pedih. Berbalut salah tapi jika tidak seperti ini siapa yang akan menjadi tumpuan gadis ini.
" Kakak udah pulang bik?." Tanya gadis itu tanpa melihat siapa yang ada dibelakangnya. Tidak mendapati jawaban gadis itu sontak menengok. Sepersekian detik matanya terbelalak melihat seseorang yang berada di belakangnya. Tubuhnya beranjak dari duduknya sedikit bergetar seakan takut dengan apa yang telah ia alami hari ini.
Tubuhnya tidak bergerak ketika orang didepannya bergerak mengikis jarak diantara mereka. Tarikan tangan membuat matanya mengarah pada tangan kanannya yang sudah terpegang. " Rey." Panggilan itu menyadarkannya. Membuatnya melepas paksa tangan yang memegang tangannya. Melayangkan tangan ke udara dan mendarat kencang di pipi pemuda yang merubah hidupnya dalam beberapa jam.
" Ngapain lo disini!, pergi!!!." Bentaknya dengan bibir yang bergetar. Tubuhnya kembali bergetar nafasnya tidak menentu dengan mata yang kembali akan memuntahkan isinya.
Pemuda itu memegang kedua pundak gadis dihadapannya menenangkan gadis itu. " Rey aku ke sini mau.......
" Mau apa ha!!, mau hancurin hidup gw, ha!!!." Bentaknya lagi, melepas tangan pemuda itu di pundaknya. " Belum puas Lo hancurin hidup gw, belum puas ngerampas masa depan gw, belum puas ambil semuanya, ha!!." Kini bukan hanya mulutnya yang bergerak tapi tangannya yang sudah mengepal memukuli tubuh bidang orang yang telah merenggut semua hak yang tidak diperuntukkan untuknya.
" Gw benci sama lo, pergi, pergi Lo dari sini!!!." Bentaknya semakin kencang dengan dorongan dan juga pukulan yang tidak ia hentikan.
" Pukul Rey!, pukul,, tampar Rey!! Tampar. Lupain semuanya lupain." Mengalirkan rasa sakit Floe merasakan betapa hancurnya gadis ini. Sikap tegas dengan mata tegas tidak lagi ia lihat kali ini. Kesedihan rasa hancur terlupakan dalam emosinya. Kini hanya bagaimana ia bisa menyelesaikan semuanya.