Semburan cahaya itu nyaris membutakan mata. Cincin-cincin emas berupa gelombang kejut cahaya terlepaskan dari proses fusi di antara keduanya.
Bila ditanya, apa yang sebetulnya terjadi pada kedua varian Boboiboy itu, aku akan menjawab aku paham sebagian kecilnya. Mereka bisa menyatu, melahirkan elemen paduan dari kedua induk elemennya. Tapi proses fusi kali ini agaknya sangat berbeda dari deskripsi simpelnya. Sebab fusinya diinisiasi oleh satu elemen saja, secara sepihak, sedangkan elemen lainnya menolak.
Proses-proses kimia-sihir itu menghasilkan detonasi pertabrakan antar dua bintang. Mereka sama persis seperti penggambaran seniman mengenai bintang neutron yang bergabung, memproduksi gelombang gravitasi dan membentuk kilonova.
Ketika dua bintang neutron bertemu, fusi mereka membentuk sebuah bintang neutron yang lebih masif—itulah asal dari ledakan cahayanya. Tapi seiring aku memerhatikannya lebih lanjut sembari tetap bertahan dengan berpegangan pada objek sampah terdekat, aku menemukan cahayanya bertambah terang, dan sekarang, diiringi oleh hembusan angin.
Angin di luar angkasa, termasuk di Gugura, bukan merupakan pertanda baik. Gugura tidak didiami alien karena alasan-alasan kompleks lain selain sebab planet ini terlanjur dijadikan TPA.
Angin ruang angkasa dibentuk dari massa udara lokal yang bergerak merespons tekanan dan suhu perbedaan di permukaan. Sebetulnya orang di bumi lebih suka menyebutnya 'pengaliran energi', bukannya angin. Angin di luar angkasa tak pernah berarti baik. Jadi, mereka menamainya begitu.
Angin itu superkuat, supermematikan, dan anginnya tidak boleh banyak menyentuh kulitku, sebagaimana angin luar angkasa pada umumnya yang bersifat begitu destruktif.
Angin itu berasal dari plasma yang terpancar dari bintang, menyerupai ... matahari, dan menjadi angin surya penghancur objek-objek di sekitarnya. Secara fisika, aku melihat sebuah keilmiahan, tapi pemandangannya betul-betul fantasi.
Sejurus setelahnya, di tengah-tengah lanskap besar black hole, aku melihat sosok lain datang saat ledakan-ledakan cahayanya surut. Dia Boboiboy, tapi dengan posisi topi terbalik, hiasan garmen berupa sapu tangan warna biru yang melingkari topinya, pakaian kasual tapi dilapisi selendang-selendang pendek, dan sepatu bot kulit.
"Siapa namanya? Aku lupa?" Aku tidak mengalihkan konsentrasi pandangku darinya, dan mulutku bertanya pada Kaizo.
"Sopan." Katanya.
"Kemana dia berpihak?" Tanyaku lagi. Aku dan Kaizo masih mendongak, mengira-ngira, mempertimbangkan apa yang semestinya kami rencanakan setelah menyatunya kedua Boboiboy itu.
"Seharusnya pada kita." Kaizo mengatakannya tanpa minat. Dia berkata begitu dengan nada tak yakin.
"Musnahlah," Sopan mengangkat satu tangannya. Satu tangan itu memegang sebentuk kipas besi, menyerupai kipas besi Putri Mulan, tapi bentuknya bulat, dan sepertinya itu bisa meledak. Dari bawah sini, matanya nampak bercahaya terang karena proses fusinya tidak sempurna. "—PENGGANGGU!"
Suaranya tidak natural, dan aku yakin, sesuatu terjadi pada saluran menelannya. Entah sariawan, radang tenggorokan, atau suara lain di dalam dirinya yang melarangnya berkata demikian.
Aku tahu dia bakalan menembak. Aku tidak bodoh, dan aku masih sayang nyawa.
Sedangkan Kaizo berusaha mencari cara dengan menyingkir ke samping, aku berlari ke sisi satunya. Kami memisahkan diri. Kami tidak bisa menempel. Kalau kami berdekatan, sekali orang itu meluncurkan sinar X apalah namanya di tangannya, atau sekarang, dari kipas besinya, dia akan memusnahkan aku dan Kaizo sekaligus. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui.