petunjuk

40 6 0
                                    

"ho, darahmu banyak!" pria bertubuh tinggi dan gagah berlutut didepan Minho yang duduk di kursi nya sudah berlumuran darah, wajahnya mulai pucat dan lemas. kepala dan hidungnya banyak mengeluarkan darah akibat lemparan serangan dari pelaku tawuran. kepala nya Minho terlempar batu sangat keras saat Minho hendak melarikan diri dari kekacuan sekolah saat ini.

"chan.. sakit.." ringis Minho

Bangchan saat ini panik tak tau harus berbuat apa, dia merasa pusing dan mual melihat banyak darah keluar dari tubuh Minho. ia sangat ingin membantu, tapi terlalu ngeri akan membuat Minho tambah kesakitan.

"ho tahan ya! tunggu polisi datang sama ambulans, tahan dikit lagi ya ho?"

Minho mengangguk dan benar-benar pasrah bersandar di kursi nya, kepala nya sangat terasa pusing dan pandangannya mulai kabur karena darah nya terus mengalir membuatnya tak berdaya.

Bangchan dengan sigap menahan tubuh sahabatnya itu agar tak terjatuh dari kursi, walaupun seluruh tubuhnya bergetar karna takut dengan darah yang terus mengalir dari kepala Minho, ia tak peduli, ia terus berdo'a agar polisi dan ambulans cepat datang untuk menenangkan suasana sekolah yang menjadi hancur berantakan.

___________________________________________

"lix! felix! Lee Felix!" Bunda Jina terus memanggil Felix, membangunkan sang anak untuk pergi sekolah. Felix langsung terperanjat bangun dari tidurnya dengan penuh keringat dingin.

"kamu mimpi buruk, nak?" tanya Bunda Jina panik namun berusaha tenang.

"bun.. aku mimpi tadi ada orang berdiri di depan halte bus yang biasa aku duduk untuk pergi ke sekolah. terus kepala orang itu dilempar batu sampe berdarah" Felix mengatakan dengan lirih, entah mengapa merasa iba.

Bunda Jina mengelus punggung Felix untuk menenangkan sang putra.

"tenang ya lix.. itu hanya mimpi, sudah baca do'a sebelum tidur semalam?"

Felix yang masih nampak sedih menggelengkan kepala.

"nahkan, makanya kamu mimpir buruk. udah yuk mandi terus siap-siap, udah jam 6.15"

Felix mengangguk lalu pergi mandi dan bersiap untuk sekolah, sebelum berangkat ia ingin sarapan dulu.

"bun, aku mau bawa bekel"

"tumben?"

"em.. buat berbagi sama.. temenku bun" rasanya berat mengucapkan kata 'temanku' untuk Felix.

Bunda Jina hanya tersenyum lega dan bahagia mendengar Felix mempunyai teman.

"siapa nama nya lix?"

"namanya Lee Minho bun"

Bunda Jina nampak bingung dan waspada namun segera mengangguk

"kata Minho kemarin bekal buatan bunda enak, jadi aku mau bagi bekel ku lagi buat dia. kayaknya dia sama aku sama-sama males pergi ke kantin"

Bunda Jina tersenyum lalu segera menyiapkan bekal untuk putra nya dan teman putra nya.

"nih bunda bawain dua. bilang, sebagai ucapan terimakasih karna Minho udah mau jadi temen anak bunda yang manis ini"

Felix tersipu, ia tak mampu menahan pujian dari siapapun. Bunda Jina hanya terkekeh dengan tingkah salting Felix, lalu Felix segera menghabiskan sarapannya dan berpamitan pergi sekolah.

saat Felix menunggu bus di halte dengan menenteng tas berisi kotak bekal untuknya dan Minho seketika dia teringat mimpi buruk nya. dia melihat ke depan persis dimana mimpi itu datang pada nya. dia menatap terus ke titik yang dia lihat di mimpi lalu dikagetkan dengan suara klakson bus.

My 'Friend' [MinLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang