𝙹𝚞𝚜𝚝 𝚌𝚊𝚕𝚕 𝚖𝚢 𝚗𝚊𝚖𝚎

255 41 6
                                    

Tamparan keras membuat wajah perempuan dengan dress putih yang melekat di tubuhnya menoleh terpaksa. Pelaku terlihat sumringah melihat tangan indahnya tercetak jelas dengan rona merah. Situasi kian memanas ketika perempuan lain melemparkan tepung ke korban mereka, diikuti perempuan lainnya yang melemparkan telur dengan tawa menggelegar.

Sorak riuh menarik atensi banyak mata untuk mendekat menyaksikan aksi penuh drama remaja kekinian. Tidak lain dan tidak salah lagi aksi bullying yang marak terjadi saat ini. Adapun beberapa oknum pengajar tidak menindak pelaku kekerasan tersebut. Sebagian beralibi tidak mengetahuinya dan berpikir hanya sekedar gurau belaka.

Hinata—perempuan yang dirundung itu sedang menekan tangan menutup telinganya kuat. Bahkan tubuh bergetar dan tangisan Hinata tidak memberikan arti lebih bagi orang lain. Beberapa memilih mengamati atau tidak perduli demi menghindari masalah baru yang ditimbulkan menjadi pahlawan kesiangan.

Perempuan berambut pendek menarik rambut belakang Hinata sehingga kepala remaja itu mendongak. Senyuman penuh kemenangan di bibirnya menumpahkan cairan menjijikan kearah Hinata yang setelahnya sorak-sorak murid yang menyaksikan kembali terdengar.

"Sudah aku katakan sebelumnya kepadamu, Hinata. Jangan pernah kau mendekati Sasuke tapi kau justru menyepelekannya, bukan?" Sakura masih tetap di posisinya, menatap garang Hinata yang masih terisak. Wajah memiluhkan Hinata dengan mata bengkak, hidung memerah serta sudut bibir yang robek akibat tamparan Sakura sebelumnya tidak mengurangi kebengisan perempuan itu.

"Ibumu ... Jalang kesayangan ayahku. Kau tahu itu, 'kan?" Mata Hinata membelalak mendengar bisikan Sakura di telinganya. Sakura tidak ingin memberikan kesempatan Hinata untuk berbicara, ia melanjutkan ucapannya dengan suara yang lebih keras dan mengubah ekspresinya agar terlihat semenyedihkan mungkin.

"Awalnya aku ingin menyerah untuk Sasuke demi kau. Namun, berita mengerikan ini sampai di telingaku dan kesalahan terbesarku menyerahkan Sasuke untukmu. Ibumu merayu ayahku meninggalkan kami."

"Tidak!" serobot Hinata. Ia menggeleng kuat hingga membuat tangan Sakura yang memenarik kuat rambutnya terlepas. Remaja dengan rambut sepunggung itu membalas tatapan tajam orang-orang di sekitar lalu berhenti ke Sakura.

"Tak ada yang tidak mungkin. Kau anak jalang murahan itu, tentu dapat dipastikan darah jalang itu mengalir dalam dirimu. Kau pikir aku akan merelakan Sasuke jatuh dalam pesona memuakkan milikmu, hah!"

Dengan baik Sakura memainkan perannya.

"Orang bodoh sepertimu tidak akan mengerti apa itu pelecehan, sialan. Pria berengsek itu justru memperkosa Ibuku. Binatang yang kau sebut Ayah itu penjahat kelamin, Sakura! Binatang dengan wujud manusia."

Jangan salahkan Hinata berkata kasar seperti anak yang tidak diberi didikan baik oleh orangtuanya.

Hikari Hyuga—malaikat berwujud manusia yang Tuhan berikan kepadanya tidak pantas dihina sedemikian rupa. Tidak perduli bagaimana hinaan orang tentang dirinya yang menjadi ayam sekolah asal tidak disangkut pautkan dengan Hikari.

Kacungan jari telunjuknya Hinata turunkan. Hinata meludah sembarang arah setelah menampar Sakura dan ketiga temannya yang lain.

"Sialan." Gumaman Ino sampai dalam pendengarannya membuat Hinata terkekeh geli. Perempuan blasteran yang menjadi salah satu dayang Sakura.

Tanpa suara Hinata menanyakan ucapan Ino hingga menarik emosi Sakura dan ketiga dayangnya. Tatapan yang dilayangkan Hinata seakan menantang mereka untuk bermain tangan.

Sakura beserta pengikut setianya bersamaan memukul Hinata. Namun, Hinata yang mengerti keadaan yang mungkin semakin memojokkannya, menjauh dari lapangan besar itu. Akibatnya terjadi aksi kejar-kejaran antara Sakura dan Hinata atau lebih tepatnya menyelamatkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐌𝐢𝐝𝐝𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang