Veronica tidak akan menyerah begitu saja. Pagi-pagi sekali, ia sudah berdiri di depan rumah Alaric. Veronica mengangkat tangannya dan menekan bel.
Pintu rumah terbuka, dan Alaric berdiri di sana, terkejut melihat Veronica. "Veronica? Kenapa kamu datang sepagi ini?" tanyanya dengan nada heran, meskipun wajahnya tidak menunjukkan ketidaknyamanan.
"Memangnya aku salah ya? Aku hanya ingin berkunjung ke rumah temanku," ucap Veronica dengan nada sendu. "Ternyata kamu sudah berubah, Ric."
Alaric menghela napas panjang. "Veronica, bukan begitu maksudku. Aku hanya terkejut melihatmu pagi-pagi begini. Tentu saja kamu boleh datang kapan saja."
"Kalau begitu, apa aku boleh masuk?" tanya Veronica sambil menatap mata Alaric.
"Silakan, masuklah," kata Alaric sambil membuka pintu lebih lebar.
Veronica melangkah masuk, disambut aroma harum sarapan pagi yang memenuhi udara. Di meja makan, Nyonya Sania sedang menyiapkan sarapan dengan dibantu oleh seorang pembantu rumah tangga.
"Morning, Aunty," sapa Veronica dengan ramah.
"Veronica?" Nyonya Sania tampak sedikit terkejut melihat kedatangan tamu yang tak terduga pagi itu. Ia mengerutkan kening sesaat, kemudian cepat-cepat mengganti ekspresinya dengan senyuman yang lebih tenang. "Morning," balasnya, mencoba menetralkan wajahnya.
"Aunty, biar aku bantu," kata Veronica sambil berjalan mendekat ke meja makan, menawarkan diri untuk membantu menyiapkan sarapan.
Nyonya Sania melihat Veronica dengan tatapan yang sulit diartikan, "Terima kasih, Veronica, tapi semuanya sudah hampir selesai," kata Nyonya Sania sambil melirik ke arah pembantu rumah tangga yang sedang sibuk mengatur piring dan gelas.
Veronica tidak menyerah dengan mudah. "Tidak apa-apa, Aunty. Aku senang bisa membantu. Lagipula, aku sudah lama tidak melakukan kegiatan seperti ini. Aku pikir akan menyenangkan untuk menghabiskan waktu pagi bersama," ucapnya dengan nada yang penuh antusiasme, sambil mengambil beberapa cangkir kopi dari rak dan meletakkannya di meja.
Nyonya Sania menghela napas dalam hati. Ia tahu betul bahwa Veronica adalah tipe yang gigih dan bertekad. Meski begitu, ia tidak ingin menimbulkan konflik di pagi hari yang damai. "Baiklah, kalau begitu, bantu saja mengatur piring-piring ini. Terima kasih, Veronica," katanya akhirnya, menyerah dengan senyuman tipis.
Setelah meja makan tertata dengan rapi, mereka semua duduk di tempat masing-masing. Tepat saat itu, terdengar suara langkah kaki kecil di tangga. Prince, yang baru saja turun dari lantai atas, muncul di ruang makan. Bocah itu sudah rapi dengan seragam sekolahnya, lengkap dengan tas punggung kecil berwarna biru yang digantung di bahunya.
Saat Prince mendekati meja, ia melirik ke arah Veronica dengan tatapan yang tidak suka. Veronica, yang berusaha merebut hati Prince, menyapanya dengan ramah, "Selamat pagi, Prince. Kamu kelihatan tampan sekali dengan seragam sekolahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)
RomansaAlaric Malvin Karta adalah seorang CEO sukses yang merawat keponakannya, Arkana Prince Karta, yang berusia lima tahun setelah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan tersebut membuat Prince yang ceria menjadi murung dan pend...