Chapter 4

1.1K 192 8
                                    

"Apa ini anda melayaninya dengan baik, bahkan memberikan buku gratis. Apa ini yang dimaksud dengan pilih kasih?"

"Apa yang kau katakan? Nona ini ingin membeli buku untuk adiknya, lagi pula aku tidak membutuhkan buku ini lagi!" Ucap pria lansia itu.

Aku ikut bergabung dengan dua orang itu saat menyadari ada sebuah mobil diluar.

"Lagi pula, kenapa kau datang kesini lagi?" Tanya laki-laki tua itu.

"Lebih dari satu datang menemui dan pergi membawa sesuatu yang diinginkan!" Sebuah kode ku ucapkan untuk memperingati Peter tua ini.

'Ada dua orang datang untuk ku. Kode ini hanya di pelajari oleh para rasul. Bagaimana dia tau menggunakan kode kata seperti itu.' Batin peter

"Tenang saja, lagi pula kau ada disini, untuk membantu ku kan?" Kata pria tua itu dengan senyuman diwajah keriputnya.

"Tentu saja. Nona, pisau mu kelihatan. Setidaknya jangan terang-terangan jika ingin membunuh seseorang" Ucap ku sambil menunjuk kearah tas wanita itu.

Karena ketahuan, wanita itu tidak menyembunyikan dirinya. Dia segera melancarkan serangan kearah ku, tapi aku menangkis menggunakan buku-buku yang ada didekat ku.

"Bagaimana kau tau!?" Tanya wanita itu.

"Bau darah menganggu ku saat pertama kali kau muncul didepan toko. Dan jika rencana A gagal maka rencana B akan dilaksanakan." Ucapku sambil melepar beberapa buku untuk menghalangi tembakan yang dilepaskan dari dua orang pria yang masuk secara paksa.

Aku berlindung di balik rak buku, aku menoleh dan menyadari kalau perut pria tua itu tertembak. Dia berlari ke rak buku dan mengambil pistol, tapi karena sudah tua tembakannya tidak se akurat dulu. Sebuah pukulan mendarat di tempat dia tertembak.

Melihat pria tua itu terpojok, aku mengambil beberapa buku dan menjadikannya sebagai tameng. Aku memukul bagian belakang musuh dan menarik pria tua itu keluar, peluru di tembakan kearah kami berdua dan itu tidak kena, aku melempar buku kearah pria itu supaya mengalihkan perhatiannya. Aku menarik pistol ditangannya dan membuatnya pingsan.

Tapi sebuah pukulan hampir mengenaiku dari sela-sela rak.

"Wah, kau bukannya anak tempo hari. Kenapa kau ada disini?" Tanya seorang pria dengan tato gurita dikepalanya.

Aku sudah tau kalau dia akan datang, bau gurita sudah memasuki radarku saat kedua orang itu masuk secara paksa.

"Tanyakan sendiri kepada pemimpin kalian, bukankah dia yang ingin memasukanku ke Glory. Maka aku harus menyiapkan pertunjukan yang spesial bukan. Tak akan kubiarkan kalian mendapatkan Peter." Dengan dingin aku mengatakan itu. Aku melempar flashbang yang kuambil dari kardus-kardus buku.

Membutakan musuh sementara menjadi kesempatan ku untuk kabur. Aku lari menbawa pria tua itu menjauh, hingga kami tiba disebuah taman bermain.

Kami meneduh karena hujan turun dengan deras. Aku mengambil dasi yang ku kenakan dan berusaha menghentikan pendarahan yang terjadi.

Melihat Peter sekarat aku tidak bisa melakukan apapun. Aku hanya berdiam diri, menemani pria tua itu sampai nafas terakhirnya. Saat memejamkan mata sepersekian detik, aku melihat Peter tua sudah menjadi remaja.

Aku terkejut melihat itu, setiap luka ditubuhnya hilang. Dan apa ini dia langsung sixpack. Apakah ini adalah kekuatan sang Author? Terkutuklah kau author! Aku membutuhkan banyak waktu untuk membentuk badan seperti ini! Sedangkan dia hanya hitungan detik sudah menjadi seperti ini.

"Dunia memang tidak adil."

Aku menepuk pipi Peter remaja.

"Sadarlah pria tua, ini sudah gelap, aku akan dimarahi jika pulang lambat." Kata ku sambil memukul dengan kesal.

Tak kunjung sadar, aku jadi kesal sendiri dan meninggalkannya. Mau bagaimanapun cerita utama telah dimulai. Dan karena aku membantu Peter berarti aku tidak bisa keluar dari cerita utama sama sekali.

"Ini benar-benar masalah besar! Apa yang harus ku lakukan selanjutnya? Aku tidak pernah membaca Komik Killer Peter seumur hidup ku. Membaca sinopsi memang sudah cukup untuk informasi, tapi aku tidak tau apa-apa saja yang sudah terjadi? Sial ini buruk" pikirku saat sudah ada didepan pintu rumah.

Besoknya, aku menerima telepon dari nomor tak dikenal. Saat mengangkatnya suara pria remaja terdengar dari telepon.

"Sepertinya kakek tua ini sudah mendapatkan tujuan"

"Kau sudah tau padahal aku hanya mengatakan halo. Kenapa kau meninggalkan ku waktu itu?" Tanyanya

"Bukankah harusnya terima kasih dulu! Karena mu aku sudah menjadi anak kesayangan glory." Kata ku yang kesal.

"Terimakasih sudah menyelamatkan ku. Tapi, apa kau tau apa yang terjadi pada ku?"

"Setelah membalut luka mu, aku pergi sebentar mencari obat di tempat terdekat. Saat kembali kau sudah menjadi muda lagi." Kebohongan apa ini?

"Begitu ya. Satu lagi, apa yang kau lakukan sampai Glory ingin merekrutmu?" Tanya Peter

"Aku memukul pemimpin mereka. Padahal hanya karena itu dia sampai sejauh ini, apa pemimpin mereka orang yang pendendam?" Ucapku santai

"Seorang Rokie tidak akan bisa menyerang balik saat berhadapan langsung dengannya. Tekanan yang diberikan orang itu bisa menghilangkan niat bertarung seseorang." Jelas Peter

"Pfft...Sunbe-nim aku tidak pernah bilang kalau aku seorang Rokie! Berkat sunbe, kelompok gurita itu belum menyampaikan kabar temtang ku yang membantu mu." Kata ku

Sebuah senyuman terukir di wajah Peter remaja itu. Aku tau dia sudah memusnakan anggota gurita kaki delapan yang menyerang semalam. Jika mereka sudah melapor pasti saat ini si brengsek itu akan datang menemui ku secara pribadi.

"Sepertinya kita sangat cocok" Katanya

"Hentikan itu, Kata-katamu membuatku merinding. Pria tua kau tidak gay kan?" Tanya ku karena takut otaknya juga terganggu.

"Bocah sialan" 😒

Tbc

Killer Peter X Male Reader [m/n]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang