Nadine membuat pertaruhan.
Semenjak Aletha datang ke kamarnya dan menceritakan lelaki bernama Metis Brahma, Nadine tahu jika lelaki itu benar-benar menyukai Aletha. Tidak benar-benar yakin, tetapi Nadine membuat pertaruhan.
Pertaruhannya adalah, menunjukan kepada Aletha jika Brahma benar-benar tulus mencintai gadis itu.
Ucapan Nadine kepada Aletha mungkin terdengar sangat jahat untuk Brahma. Namun Nadine juga ingin bertaruh kepada Aletha. Ia ingin sahabatnya paham bahwa tidak ada yang salah dengan rasa suka yang timbul. Nadine hanya ingin Aletha percaya diri lagi.
Benar apa yang dikatakan Aletha. Setiap laki-laki tidak mungkin mengatakan 'tidak' kepada Rania. Semua laki-laki pasti menuruti perkataan Rania dan selalu mengatakan 'iya' terhadap apa yang dikatakan Rania. Nadine tidak melebih-lebihkan itu. Dan karena itu, Aletha mendapatkan trauma.
Nadine masih ingat hari itu. Hari di mana Aletha ditolak semua laki-laki karena Rania. Namun sampai saat ini, Aletha tidak pernah membenci Rania. Bahkan masih berbincang dan bercanda seperti biasa.
Saat itu, ada teman dekat Aletha dari sekolah yang berbeda menjemput Aletha yang sedang bermain dengan teman kelas.
"Tama jemput kamu, Le?" tanya Nadine.
Aletha tersenyum cerah dan mengangguk. Nadine menyenggol bahu Aletha main-main.
Aletha menyukai Tama, dan Tama menyukai Aletha. Namun belum ada perkataan apapun mengenai hubungan mereka meskipun mereka bertindak seperti sepasang kekasih. Wajar saja sebenarnya. Mengingat Aletha dan Tama sudah saling mengenal sejak SMP kelas 1. Sedangkan kini mereka sudah berada di pertengahan kelas 3 SMA.
Kembali ke Aletha, Nadine, dan beberapa anak IPS 1 lainnya.
"Niel, anterin gua pulang, ya," pinta Rania.
"Iya, Ra."
"Sama gua aja, Ra," ujar Raihan dengan memakai sarung tangan hitamnya.
Rania langsung memasang wajah merajuk. "Gua masih ngambek sama lu, ya, Rehan. Gak usah ajak gua ngomong."
Raihan justru menghampiri Rania dan memainkan kedua pipi Rania dengan gemas. "Gak boleh ngambek. Nanti gak gua beliin taro latte."
"Eh, gua duluan, ya," ujar Aletha ketika melihat mobil Tama terparkir di depan kafe.
Aletha kemudian menatap Nadine. "Gojek kamu di mana?"
Nadine menatap ke arah jalanan. "Oh, itu dia," ujarnya yang kemudian menelpon Aletha yang langsung diangkat begitu saja.
"Hati-hati, ya," ujar Aletha begitu mematikan mikrofon.
Nadine mengangguk dan mematikan mikrofonnya juga. "Nanti aku kabarin begitu udah sampe rumah."
Aletha dan Nadine memiliki kebiasaan untuk menelpon ketika pulang menggunakan transportasi online. Hanya untuk berjaga-jaga hal buruk yang mungkin terjadi.
Setelah memastikan Naadine menaiki motor, Aletha pun memasuki mobil Tama. Ia tersenyum ke arah Tama yang justru hanya menatap ke depan.
"Itu Rara pulang sama siapa?"
"Kayanya sama Daniel. Tapi tadi Raihan mau anter juga."
"Bareng kita aja kalau gak."
Tepat saat itu, Aletha menyalakan mikrofon ponselnya. "Iya juga, ya. Rara kan searah rumahnya sama gua."
"Iya, bareng aja. Kasian juga kan kalau Rara naik motor."
"Oke. Gua keluar dulu buat manggil Rara."
"Nanti lu duduknya di belakang aja, ya. Biar Rara gak perlu repot pindah ke depan. Soalnya gua anterin lu pulang dulu, baru anter Rara pulang."
Aletha tersenyum dan mengangguk. "Oke," jawabnya yang kemudian keluar dari mobil.
"Kamu denger kan, Na?" tanya Aletha berbisik. "Nanti tolong bilang kalau Mama mau aku nginep di rumah, ya, Na."
"Oke," jawab Nadine dari pelantang suara yang digunakan Aletha di telinganya.
"Ra," panggil Aletha kepada Rania yang sedang memakai helm. "Tama katanya mau anter kamu pulang."
Rania langsung tersenyum cerah. Ia dengan segera mengembalikan helm milik Daniel. "Bye, gua mau naik mobil."
Aletha dan Rania pun kembali ke mobil.
"Lu di depan aja, Ra," ujar Aletha. "Gua soalnya mau ke rumah Nadine. Tadi Mama Nadine nelpon, terus minta Nadine ajak gua nginep di rumah dia."
"Oh gitu," balas Rania. Kepalanya kemudian menatap ke arah Daniel. "Niel, anterin si Aletha dulu ke rumah Nadine."
"Gak bisa. Gua mau langsung ke tongkrongan," balas Nadine.
"Motor gua baru dibenerin. Nanti rusak kalau bonceng si Ale," timpal Raihan sebelum Rania meminta.
"Gua naik Gojek aja. Udah dipesenin kok sama Mamanya Nadine."
Sejak saat itu, Aletha tidak pernah percaya jika ada lelaki yang menyukai gadis itu. Nadine tidak di sana. Namun mendengar semuanya secara langsung, benar-benar membuat Nadine sakit hati.
Jika dikatakan gemuk, Aletha bisa dikatakan. Beratnya memang sekitar 67 kg dengan tinggi 155 cm. Namun, hampir semua orang menanggapi jika Aletha itu berat dan beban. Tidak ada yang pernah menawari Aletha untuk pulang bersama dengan motor. Aletha pun dengan kesadaran diri selalu bergantung pada ojek daring.
Entah ada motivasi dari mana, Aletha kini terkadang memiliki berat badan di bawah standar. Nadine terkadang senang dan sedih dengan fakta itu. Aletha tidak seperti dulu saat SMP yang menjadi seorang gadis penuh percaya diri dan apa adanya.
Aletha sudah melakukan banyak hal untuk Nadine. Kini Nadine yang akan membantu Aletha dan menjadi sahabat yang baik untuk temannya.
.
.
.Rania tersedak air minum yang diminumnya saat melihat layar ponselnya. Tangannya segera meletakan air minum di atas meja dan mengusak matanya. Tidak memercayai apa yang dilihatnya pada pukul 03.15 subuh.
"Anjing. Ale kok ada di story Mas Brahma sih?"
"Pake buat love segala lagi."
Rania mendengus tidak percaya. "Wah, gila. Gua ditikung temen sendiri," monolognya yang kemudian menangis.
"Bangsat, Ale!"
.
.
."Ra, story IG lu yang di second beneran?" tanya Salsa.
Rania tersenyum sinis dan mengangguk. Ia menunjukan ponselnya yang menunjukan rekaman layar status Instagram Brahma.
"Gila gak sih nyampe bikin love gitu."
"Wah lu ditikung, Ra?" Zahra bertanya dengan kekehan.
"Bacot, Jah," balas Rania dengan kesal. "Sumpah, gua berasa ditusuk dari belakang."
"Bangsat juga siah si Ale," ujar Daniel yang kebetulan sedang ikut berkumpul.
"Iya kan," balas Rania yang kemudian menangis. "Gua tuh suka banget sama Mas Brahma, dan Ale tau kalau gua suka sama Mas Brahma. Tapi liat deh, dia malah bikin hati sama Mas Brahma."
Raihan mengusap pundak Rania dengan mata menatap ke arah Nadine. "Temen lu gimana sih, Na? Masa bisa-bisanya nikung temen sendiri?"
"Gua gak tau apa-apa. Gua udah enam bulan gak ketemu Ale," balas Nadine menyembunyikan yang sesungguhnya.
"Na, lu bisa jadi selanjutnya lho. Yakin mau temenan terus sama Ale?" tanya Salsa.
"Sejauh ini, gua baik-baik aja kok temenan sama Ale. Mending cari fakta dulu sebelum kalian ngomong kaya gini."
☝🏻☝🏻☝🏻swipe up☝🏻☝🏻☝🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletha and Metis Against The World ✓
Художественная прозаIni hanyalah sebuah cerita tentang Aletha dan Metis serta sudut pandang pemeran pendukung lainnya