Thailand
Tiba di Suvarnabhumi, Sara dan Jay dijemput oleh sopir dan barang-barang langsung dibawa ke rumah. Sementara itu, Nittha dan Heriawan memutuskan untuk menghabiskan waktu belanja di Siam Paragon dan Gaysorn Village untuk mencari hadiah-hadiah kecil Natal. Namun, Sara dan Jay memilih untuk berpencar dari orang tuanya.
Di Central Department Store Siam Paragon, Nittha tiba-tiba menggerutu, "Harusnya anggur itu untuk Natal besok."
Heriawan yang berdiri bersisian bertanya, "Anggur?"
"DRC. Dari Bonhams Hong Kong November kemarin," (Domaine de la Romanée-Conti) jelas Nittha, sambil melirik koleksi gelas anggur kristal Baccarat dan Lalique dengan tatapan penuh kecewa. "Panote tidak mendapatkan anggur itu dari pelelangan, padahal dia berniat membawanya besok ke vila," katanya mengingat perkataan kakaknya semalam.
Suaminya akhirnya mengerti arah pembicaraan. "Siapa yang mendapatkannya? Apa—dia lagi?" tanyanya menyelidik.
Nittha mengangguk, "Ya, dia. Dan jujur saja, semakin lama semakin mengganggu."
"Apakah dia menyenggol keluargamu?" Heriawan menggenggam tangan Nittha, merasa prihatin.
"Iya, kurasa dia sekarang makin gencar mungkin karena tahu Sara sudah tak lagi di sini."
"Apa keluargamu tahu?"
"Keluargaku tidak tahu. Ini masalah kita saja. Tapi, berapa lama lagi kita harus menanggungnya?"
Mendengar itu, Heriawan juga merasa kalut, "Tunggu ya sayang, lama kelamaan dia pasti akan berhenti."
"Aku meragukan itu."
Sementara di butik Hugo Boss, ada pertengkaran sengit di depan rak setelan pria. Sara dengan ekspresi penuh tekad berusaha memaksakan setelan jas yang jelas-jelas tidak cocok untuk sepupunya, sementara Jay dengan setelan kebesaran terlihat jengah. Tubuh Adam jelas lebih tinggi dan kekar darinya, lebih seperti tubuh Don Draper dan ia malah terlihat seperti Barney Stinton trying on The Rock's suit—utterly swallowed by the fabric.
Jay menyentuh dahinya dengan jari telunjuk, "Aku terlihat seperti anak kecil yang dipaksa memakai jas ayahnya," katanya melihat cermin setelah diminta Sara untuk mencoba di fitting room.
"Diam saja, kamu bantu aku jadi model untuk membayangkan gimana kalau dia memakainya nanti."
Jay yang tampaknya mulai merasa tertekan oleh ukuran jas yang terlalu besar, berusaha membetulkan dasinya dengan frustrasi. "Sara, kamu tahu kan, aku lebih mirip dengan Mr. Bean ketimbang model. Juga, celana ini hampir menutupi sepatuku!"
Seorang asisten toko berdiri dengan bingung, tidak tahu apakah harus menawarkan bantuan atau sekadar menonton.
"Kenapa aku di sini," Jay sudah pasrah. "Aku tahu kamu hanya mengerjaiku."
Mendengarnya, Sara terbahak.
Tak lama setelah memilih setelan yang menurut Sara pas, mereka bergegas bertemu kembali dengan Nittha dan Heriawan di pintu keluar, siap untuk melanjutkan perjalanan ke Gaysorn.
"Udah sekalian pilih hadiah untuk Adam? Bagaimanapun kekasihmu itu juga bantu kamu untuk cari apartemen dan pekerjaan kan?" tanya Heriawan.
Ya, Sara mengaku bahwa tinggal di apartemen dekat kantornya, Royale. Dan apartemen itu yang mencarikan adalah Adam. Bisa habis dia jika mengatakan yang sebenarnya. Ia masih ragu, mengingat betapa protektifnya orang tua Jay. "Udah paman, a Boss suit," jawab Sara, mengangkat paper bag besar.
"Bagus," sambung Nittha, melirik ke dalam paper bag dan mengangguk seolah puas.
"Yang lain gimana, Pa?" Jay bertanya seraya melirik tangan Nittha dan Heriawan yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweeter Place
RomanceAdam Wisnuthama Wardana, General Manager salah satu hotel dan resor prestisius di Indonesia, The Eden. Dikenal sebagai pria charming pewaris imperium bisnis real estate dengan hobi melancong ke negeri orang. Bertemu banyak mata namun tak ada yang ia...