"Bloodline Rivalry" bercerita tentang seorang gadis pemberani yang terjebak dalam perseteruan lama antara musuh ayah dan keluarganya. Saat dia berjuang demi kelangsungan hidupnya, dia menemukan rahasia mengejutkan tentang garis keluarganya sendiri y...
note : halo teman, sebelum memulai cerita ini, aku ucapkan terimakasih ke kalian yang sudah mengeklik dan berkenan untuk mampir. cerita ini akan terus diupdate setiap hari senin dan jumat ya, meskipun nantinya sedikit berantakan semoga cerita ini bisa menemani hari-hari kalian
let's go!
—— 1990,
Di sebuah pemukiman padat penduduk terdapat satu keluarga yang sudah lama menempati wilayah pingiran kota ini. Hidupnya terbilang mewah, lahan rumahnya pun luas bangunannya megah melebihi besarnya balai kota
Tepat di tahun ke 10 ulang tahun putri tunggal mereka, pesta diadakan dengan meriahnya. Ini menjadi kali pertama pagar yang biasanya tertutup rapat akhirnya terbuka, warga yang jarang berkunjung pun bisa memenuhi pekarangan rumah dari keluarga Marro
Awalnya pesta berjalan sesuai kemauan tuan rumah, keramaian juga masih bisa terkondisikan. Namun saat berada di menit 30 saat kemeriahan sedikit mereda, dari arah pagar depan terdapat segerombolan orang memakai baju berompi coklat bertuliskan AGRA serta pistol di masing-masing tangan mereka
Ini penyerangan.
Dengan satu tarikan pelatuk yang terlepas bebas, menghasilkan suara keras menggema yang berhasil membuat para warga dan tamu berhamburan menyelamatkan diri terserang kepanikan
Gerombolan itu berhasil membubarkan kerumuman, mencari dimana letak si pemilik rumah, Marro beserta keluarganya yang seketika hilang seperti di bawa angin kencang
"Dimana dia?" Ucap salah satu dari mereka, seseorang yang memiliki badan paling besar serta kacamata hitamnya yang membuat seseorang akan kesusahan mengenali siapa wajah dibalik suara berat itu
"Kita kehilangan jejak, tuan"
"Mereka pasti masih berada di dekat sini. Cari sampai dapat, dan bawa ke markas utama" Bak anak burung yang patuh, segerombolan orang ini berpencar menyusuri setiap sudut rumah. Si badan besar itu pergi entah kemana
Setelah kejadian itu, Marro beserta keluarganya tidak pernah terlihat lagi. Seperti sudah paham kondisi jika tetap berada disini, dan sesuai dugaan orang-orang itu sesekali kembali, membuat rumah besar keluarga Marro kosong sampai kapanpun
—— 2000,
Selena Abraham, Gadis manis yang dulunya hidup sejahtera dan tercukupi segala hal, kini harus banting tulang demi makan sehari-harinya
Roda kehidupan memang terus berputar, namun selama 10 tahun terakhir ini, Selena merasa roda kehidupannya tetap berada di bawah tanah seperti semut yang harus hidup dibawah bayang-bayang kematian
"Ada pekerjaan untukmu, tapi aku tidak yakin kau sanggup melakukannya" Sania, wanita 27 tahun yang tinggal di sebelah rumah Selena
Mempunyai perbedaan umur 7 tahun, membuat Sania sering merasa kasihan dengan apa yang terjadi di kehidupan Selena. Dia masih muda, masih bisa merasakan bebasnya mengeksplor dunia
Namun sayangnya, dia harus berkelahi dengan padatnya jalanan dan panasnya uap dari pemanggangan roti di toko Sania
"Kak, aku sudah nyaman bekerja denganmu" Selena tau, Sania sangat mengkhawatirkannya. Ini bukan kali pertama dia mendapati tawaran pekerjaan dari Sania yang entah dia dapatkan dimana
"Kamu seharusnya bekerja di tempat yang lebih layak dari tempat kumuh ini"
Mendengar itu, Selena langsung menatap tajam ke arah Sania. "Tidak sampai menyebutnya kumuh kak, tempat ini sudah seperti taman ternyaman yang pernah aku datangi"
Helaan nafas berat keluar begitu saja, lelah membujuk Selena yang keras kepala. Sania tidak mau gadis yang sudah dia anggap seperti adiknya ini harus ikut merasakan pahitnya hidup
Meskipun tidak terikat darah, ataupun dari keturunan yang sama. Sania sangat perhatian serius jika membahas tentang Selena. Naluri keluarga tanpa harus sedarah itu nyata
"Terserah kamu saja. Pastikan rotiku tidak hangus"
"Tentu saja!"
Selagi Sania melayani pembeli di kasir depan, Selena yang selalu setia dengan apron coklatnya mengangkat roti-roti yang sudah matang, menatanya dengan telaten di nampan yang akan disajikan di depan nanti
Selesai dengan memanggang roti, tugasnya sekarang membantu Sania memperjualkan roti-roti yang dia buat
"Hari ini akan ada serbuan pembeli Sel, tidak apa jika kamu harus lebih lama membantu ku?"
Selena tersenyum kecil menanggapi Sania yang masih merasa tidak enak jika jam kerjanya melebihi yang dijanjikan, Selena saja tidak pernah masalah dengan itu
"Bahkan aku siap jika harus membuka tokomu 24 jam kak"
"Yang pastinya tidak mungkin, tokoku akan lenyap oleh pencuri bukan pembeli"
Keduanya tertawa oleh lelucon yang keluar dari mulut masing-masing. Menyadari kalau hidup memang berat, namun jika dijalani dengan senang hati pasti beban itu akan tidak terasa lagi
Sesuai dugaan Sania, tak butuh waktu lama tokonya sudah di datangi pembeli. Bahkan ada beberapa orang yang rela mengantri. Seenak itu roti buatan seorang Selena. Tidak salah Sania mempercayai semua apa yang dibuat tangan gadis Abraham ini
Seperti tongkat sihir, tangan Selena bisa mengerjakan apapun jika diminta. Memasak? itu keahliannya. Membuat kerajinan? dia akan sangat menyukainya. Membenarkan kipas atau barang rusak lainnya? dia handal seperti tukang servis pada umumnya
Kelemahannya hanya satu yang saat ini diketahui, yaitu dia tidak segan-segan mengulurkan tangan membantu orang yang tidak dia kenal
Itu berbahaya kata Sania, bisa saja orang itu memanfaatkan kebaikan Selena dan akan membahayakan Selena di masa depan
Menolong siapapun tanpa pandang bulu memang baik, namun ada kalanya kita harus waspada dan lebih bisa memperhatikan diri sendiri
"Beri aku uang kak, akan ku belanjakan bahan yang habis"
"Tunggu sampai toko ku tutup, ku temani"
Selena menggeleng santai, "Mereka akan segera tutup jika menunggumu kak"
"Besok, kita bisa berbelanja besok"
Lagi-lagi Selena menggeleng, "Tidak kakak ku, yang ada aku harus buru-buru karena jam 8 pagi tokomu sudah diserbu"
Siapa yang bisa mengalahkan keras kepalanya Selena? saat ini belum ada. Sania yang terkenal galak di lingkungannya saja hanya bisa geleng-geleng kepala
"Kalau begitu hati-hati, aku tahu kamu bisa menjaga diri tapi tetap ingatlah kamu perempuan Sel"
"Jika ada yang berani menggangguku, akan ku keluarkan jurus yang kau ajarkan setiap hari"
"Memanggang roti maksudmu?"
Kali ini Selena tertawa kecil, lelucon Sania memang tidak pernah gagal bahkan sebelumnya Selena pernah dibuat sampai meneteskan air mata karena terlalu banyak tertawa
Saat Selena sudah tak terlihat lagi, Sania pun kembali mengurus pembeli. Jalanan malam ini terlihat lebih ramai dari hari biasa, akhir pekan memang cocok digunakan untuk bepergian
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.