Bab 07.

30.8K 335 4
                                    

"Kamu serius?" ungkap Syana masih tak percaya.

"Iya, serius ...."

Syana menggelengkan kepalanya, kemudian meletakkan punggung tangannya pada kening Valerie.

"Syan .... Aku sehat, ya!"

"Astaga, Val ... kamu itu cantik, badan kamu bagus, kaya raya juga. Kenapa malah mungut gelandangan? Seperti tidak pria lain saja, Val!"

Valerie meringis kesal. Syana masih meragukan pilihannya.

Sahabatnya itu tak setuju mengenai Valerie yang mempekerjakan pria tunawisma– yaitu Verris, sebagai gigolo pribadinya.

"Kamu tidak paham, Syana. Ini tentang selera ...."

"Ya, aneh! Selera kamu aneh, Valerie. Seorang gelandangan?" Syana masih tak sampai akan pemikiran sosom Valerie. "What's the fucking wrong with you?!"

Valerie memutar bola matanya malas. "Terserah kamu mau mengejekku sebagaimana. Intinya, aku suka dia."

"Kamu juga jatuh hati?" sidak Syana semakin tak percaya.

"No! Aku cuma menyukai secara nafsu, just sεx. Tidak lebih! Cintaku hanya untuk dia."

Syana tetap menggeleng. Sungguh sahabatnta itu sungguh aneh.

"Kamu sekarang bisa menghinanya dengan jahat. Nanti, saat kamu bertemu dia. Pasti kamu tau maksudku, kenapa aku tertarik dengannya."

Satu alis Syana terangkat. "Sehebat apa dia di ranjang?"

"Mulai .... Penasaran, 'kan?!" Valerie memalingkan wajahnya kembali ke laptop, enggan memberi tahu bagaimana perkasanya Verris tadi malam.

"Berapa besar miliknya? Seberapa panjang, Val?" Syana terus membruntuti pertanyaan.

Valerie justru membayangkan milik Verris dan menerkanya di kepala. "Berapa, ya ...."

"Sepuluh senti? Sebelas senti?"

Valerie mengangkat telapak tangan, melebarkannya seakan tengah mengukur milik Verris.

"Tujuh belas, sampai delapan belas senti."

Syana kembali menganga, bahkan mulutnya terbuka lebih lebar, hendak memakan burger sekali lahap.

"Are you fucking kidding me?" Syana melotot semakin tak percaya.

"Sudalah! Aku malas bercerita denganmu. Tidak percaya sudah ...."

***

Verris tertidur di atas sofa, bersama buku kamasutra yang ia baca sejak siang.

Ia mengucek matanya ketika bangun, merasa tidurnya begitu nyenyak kali ini.

Saat melihat ke arah jendela, hari mulai petang. Sontak saja Verris bangun untuk mengecek, apakah Valerie sudah pulang, atau belum.

Verris berdiri untuk mengintip ke arah garasi. Ternyata mobil Valerie belum ada. Yang menandakan wanita itu belum pulang.

Akhirnya Verris memilih untuk mandi, dan memasak lagi. Ia ingin mengajak Valerie makan malam bersama.

Singkat waktu, Verris sudah menyediakan makanan di meja makan. Dan tepat pada saat itu, suara mobil Valerie terdengar masuk ke dalam garasi.

Verris segera berlalu ke arah pintu, untuk menyambut wanita itu masuk ke rumah.

Menarik gagang pintu, suara ketukan hak sepatu Valerie semakin terdengar.

"Hai!" Valerie langsung menyapa Verris meski belum sampai tepat di depan pintu.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang