Bab 11.

19.3K 238 5
                                    

Bel apartemen Verris terus berbunyi. Membuatnya harus segera bangun dan melihat siapa yang bertamu di pagi hari.

Meninggalkan wanitanya yang masih bergelung dengan selimut, Verris mengambil handuk terlebih dahulu di kamar mandi untuk menutup pinggangnya.

Dengan wajah khas bangun tidur, juga rambut sedikit acak-acakkan, Verris membuka pintu.

Dan tamu yang datang adalah sosok wanita, tetangga yang tinggal di sebelah unitnya.

"Selamat pagi, Ver. Kamu ... masih tidur, ya?" Syana merasa tak enak hati, tahu jika ia mengganggu tidur Verris.

"Oh, tidak. Aku sudah bangun sejak tadi," ujar Verris jujur. Karena memang sebetulnya ia sudah bangun, hanya masih bergelung di dalam selimut bersama Valerie.

"Mm. Baguslah. Ini ..." ulur Syana memberikan sebuah mangkok. "tadi aku masak bubur untuk sarapan. Tapi ternyata terlalu banyak. Kupikir, berbagi dengan tetangga, hal yang bagus."

Verris cepat menerima uluran mangkok dari Syana. "Terimakasih, Syana. Kamu baik sekali," ucap Verris tulus.

Syana tersenyum merasa senang di puji. Melihat penampilan Verris yang bertelanjang dada, sontak saja pikirannya mengingat kejadian semalam.

"Oh, iya. Semalam ...." Syana nampak ragu mengatakannya. Tapi mulutnya gatal ingin bertanya.

"Ya?" Verris menunggu kelanjutan Syana.

"Semalam, sepertinya kamu begitu brutal bermain dengan wanitamu. Aku sampai ikut panas dingin mendengarnya."

Verris kaget. Wajahnya tak bisa menutupi keterkejutannya. Ia tidak ingat jika kamarnya tidak kedap suara. Desahan Valerie juga tidak bisa terkontrol.

"Santai saja. Aku bercanda ...." Imbuh Syana dengan kekehan geli.

"Maaf, Syana. Aku lupa, kalau kamar unit ini tidak kedap suara. Lain kali ... aku akan lebih hening." Verris memegang mangkok pemberian Syana sedikit erat, ia merasa malu.

"Iya ... aku paham." Syana mengajak Verris untuk berbicara hal lain, agar pria itu melupakan rasa tak enak hatinya.

***

Di kamar, Valerie baru saja membuka mata. Ia melirik ke seluruh penjuru kasur, mencari keberadaan Verris.

"Ver?"

Yang di panggil tak kunjung datang, Valerie bangun untuk duduk.

Tubuhnya yang masih belum berpakaian membuat bagian menonjol di dada terpampang begitu saja.

Masih mengumpulkan nyawa, Valerie menggosok matanya, juga menyisir halus rambut panjangnya.

Bahkan ia mencium aroma spermΔ di ujung rambutnya.

Semalam sangat gila! Valerie bergumam dalam hati, mengingat permainan mereka semalam.

Ia sampai merasa miliknya linu, karena Verris yang menggempurnya habis-habisan.

Tubuhnya di bolak balik dengan mudah oleh Verris.

Tidak perlu di ragukan, Verris semakin ahli dalam hal itu. Dan ... sepertinya pria itu belajar dengan cepat.

Valerie yakin jika semua teknik yang di lakukan Verris semalam hasil dari buku kamasutra yang ia berikan.

Mengingat itu, Valerie tersenyum sendiri.

"Sudang bangun?"

Suara Verris menghentikan lamunan kotor Valerie. Ia cepat melihat Verris yang masuk ke dalam kamar.

Pria itu mendekat, dan tiba-tiba saja menundukkan kepalanya untuk mencium kening Valerie.

Bagian bawah mata Valerie langsung bersemu merah. Ia menunduk, berpura-pura menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang