Bab 12.

19.7K 289 14
                                    

Mata Valerie berbinar memuji penampilan Verris malam ini.

Padahal pria itu hanya menggunakan celana cinos hitam, juga kaos polo berwarna hitam yang di masukkan ke dalam pinggang. Tapi aura sang tunawisma itu meluber-luber, hingga Valerie tak berhenti memujinya dalam hati.

Apalagi cara pembawaan Verris menyetir mobilnya, dengan khas pria keren memegang setir mobil.

Uh!

Valerie seakan tak mau mengalihkan pandangannya untuk melihat Verris saat itu juga.

"Benar di sini?" tanya Verris memecahkan lamunan Valerie.

"Iya, benar di sini." Valerie mengangguk, melihat sekitar tempat pemberhentian mereka.

Tapi sebelum ia melepaskan sabuk pengamannya Valerie kembali menatap Verris. "Kamu tau tempat ini?" Ia sama sekali tidak menunjukkan jalan pada Verris. Pria itu memang di apartemen bertanya, apa nama klub yang akan mereka datangi.

Verris melihat Valerie juga, dan ia tersenyum tipis. "Iya. Dulu aku pernah ke sini, saat masa-masa remaja."

Bibir Valerie membuat huruf O.

***

Masuk ke dalam klub, Valerie dan Verris bergandengan tangan. Lebih tepatnya, Verris yang menggenggam tangan Valerie, agar mereka berjalan beriringan.

"Dimana teman, kamu?" tanya Verris sedikit menundukkan kepalanya untuk berisik kepada Valerie.

"Biasanya kami duduk di dekat bar," kata Valerie.

Verris mengangguk. Ia mempererat cekalan tangannya bersama Valerie, dan berjalan ke arah sudut ruangan. Di sana memang ada beberapa meja tamu yang tempatnya lebih sepi.

"Itu dia," tunjuk Valerie mendapati Syana duduk sendirian.

Kening Verris mengerut, melihat wanita yang ia juga kenal.

Tanpa berpikir lama, Verris tahu jika Syana adalah sahabat Valerie. Ternyata benar dugaannya di awal saat mendengar Syana di telfon hari itu.

Val adalah Valerienya.

"Syan!" panggil Valerie saat sampai, melihat sahabatnya sudah lebih dulu menemukan minuman alkohol.

"Vale–" kata-kata Syana tercekat saat melihat siapa yang berdiri di samping sang sahabat.

Ia berdiri dan menunjuk ke arah Verris. "Verris?"

Valerie melihat ke arah Verris yang tersenyum tipis. "Kalian kenal?"

Syana mengangguk. "Dia ini, tetangga apartemenku, Val."

Tak habis pikir. Valerie sampai tak berkedip. Ternyata pria yang di ceritakan Syana adalah Verrisnya.

Mereka memilih duduk bersama, dan saling bercerita. Menganggap kebetulan itu hanyalah kejadian yang mudah terjadi di mana pun.

"Mana pacarmu?" tanya Valerie pada Syana.

Sahabatnya itu menarik napas dalam, dan menghembuskannya kasar. "We are done."

Kedua alis Valerie terangkat keduanya. "Secepat itu? Bukannya kamu kemarin-kemarin selalu memuji permainannya di ranjang?"

Syana selalu bercerita betapa membaranya kekasihnya setiap bercintΔ. Belum lagi jika kekasihnya itu sangatlah romantis, pengertian dalam segala hal.

Sayang sekali jika hubungannya hanya berlangsung sebentar. Terhitung baru dua bulan Syana bersama dengan pria kemarin.

Juga, tadi ia kira mereka akan sama-sama membawa pasangan ke klub itu. Ternyata Syana hanya datang sendirian.

"Sudalah, jangan bahas hubunganku." Syana melirik ke arah Verris yang saat ini duduknya lumayan berjarak dari Valerie dan Syana.

Terjerat Gairah Tunawisma TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang