"Enghhh!"
Valerie merenggangkan otot tubuhnya merasa pegal karena posisi tidur yang tidak berubah.
Merasa bagian perutnya juga pegal, Valerie meraba-raba daerah sekitar.
Terasa sebuah benda halus dan keras semacam lengan manusia, membuatnya sadar.
Valerie mengintip ke bawah untuk memastikan jika yang tengah menjadikan perutnya bantal adalah Verris.
Bibirnya tersenyum kecil.
Verris tidur dengan sangat nyenyak saat ini. Bahkan terdengat dengkuran halus sesekali.
Mengumpulkan seluruh nyawanya, Valerie melirik jam di dinding ruang tamu.
Ya, mereka tidur di ruang tamu setelah semalaman melakukan kegiatan panas tersebut.
Entah mereka selesai jam berapa, yang pastinya saat ini mereka sampai bangun terlalu siang.
Valerie sampai terlambat untuk ke kafe pagi ini. Sehingga ia memutuskan untuk datang di sore hari saja. Dan ia berencana untuk mengajak Verris. Kemudian malam harinya mereka melakukan makan malam bersama di restoran.
Valerie merasa bersalah akan ucapannya pada Verris tadi malam.
Ia akui, perkataannya sedikit kelewatan.
Menyesal, itulah yang Valerie rasakan tadi malam saat terbangun dari tidurnya. Barulah ia mencari keberadaan Verris yang ternyata benar-benar tidur di sofa.
Padahal, maksud Valerie jangan tidur di kamar inti. Bisa saja Verris tidur di kamar tamu yang kosong.
Melihat Verris menggeliat, Valerie kembali memejamkan matanya berpura-pura masih tidur.
Ia masih bingung harus mengatakan kata maaf seperti apa pada Verris atas ucapan dan perlakuannya pada Verris.
Verris mendudukkan tubuhnya, takut jika Valerie keberatan karena di jadikan bantal olehnya.
Melihat Velerie yang masih terpejam, Verris tersenyum kecil. Ia mengingat kegiatan mereka semalam yang di mulai dari Valerie datang sendirinya.
Awalnya Verris mengira ia tengah bermimpi.
Tapi setelah semakin banyak gaya dan menit tetus berlalu, ia sadar jika permainan mereka sungguhan.
Verris turun dari sofa untuk mengangkat tubuh Valerie. Ia akan memindahkan wanita itu lanjut tidur di kamar, supaya lebih nyaman.
Semalam karena sudah terlalu lelah, mereka sampai tak kuasa untuk pindah.
Di dalam gendongan Verris, Valerie masih memerankan aktingnya berpura-pura tidur.
Sampai di atas kasur, barulah gelagat mengulat meregangkan otot-ototnya.
Verris merasa bersalah karena Valerie menjadi terbangun karena ia memindahkannya ke kasur.
"Tidurlah lagi," ujar Verris mengusap rambut Valerie.
Valerie merentangkan kedua tangan, meminta agar Verris ikut naik dan memeluknya.
Mengikuti kemauan Valerie, Verris memeluk wanita itu dengan erat. Juga telapak tangannya mengusap punggung polos Valerie dengan lembut.
"I'am sorry ...." Lirih Valerie yang menyusupkan wajahnya di dada Verris.
Mendengar, Verris tersenyum geli. "Untuk?"
Valerie terdiam. Ia mengeratkan pelukannya, juga mengalungkan kakinya di paha Verris.
"Aku yang minta maaf. Karena masih banyak kekurangan dalam bekerja denganmu, Val."
Valerie menggigit bibir dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Gairah Tunawisma Tampan
RomanceRate 21+‼️ baca sesuai usia. Valerie seorang wanita dewasa yang memiliki penyakit kecanduan sεksuΔl. Akan tetapi ia tidak pernah melakukannya dengan pria, melainkan dengan benda mainan mainan yang ia mililiki. Sampai di malam itu, Valerie terpikat d...