PROLOG 🍃

11 3 0
                                    

Desir pantai menemani renungannya dalam pandangan lurus, menatap jauh bukit di pertengahan laut yang luas. Menemani Pria paruh baya itu yang sibuk dengan jaring serta berbagai alat dalam perahunya.

Gadis kecil itu menghisap ingus yang mengalir tiap detik, bajunya lusuh dengan corak-corak kecil memudar. Rambut pirang sebahunya, menampilkan ciri khas anak pesisir pantai, bando merah berhias manik-manik kecil terpasang di kepalanya yang bulat, dengan nama yang terinspirasi dari sebuah kartun di televisi.

"Laila! Ambilkan Bapak minum dulu di Mamakmu," titahnya, membuat gadis kecil itu tersentak dari lamunannya.

Laila mengangguk patuh, segera bangun dari duduknya, butiran pasir memenuhi rok selutut yang terpasang di tubuh kecil berisi. Berlarian sembari membawa jerigen kosong di kedua tangannya.

Dari kejauhan, Mata kecilnya memperhatikan pintu rumah yang terbuka lebar, dengan beberapa barang yang di keluarkan. Langkah Laila yang sempat terhenti, dengan cepat Ia melangkah menghampiri Ibunya di halaman rumah tersebut.

"Mak, kenapa kasurnya di keluarin?" tanya Laila, mendongakkan kepalanya, menatap Ibunya yang sibuk.

"Panggil Bapakmu, kenapa masih mau pergi nyari ikan, udah tau hari ini mau pindahan." celoteh Ibunya tanpa peduli kedatangan Laila di hadapannya.
"Adi!" panggilnya dengan suara keras.
"Bantu Mamak angkat ini dulu!" lanjutnya.

"Iya, Mak!" sahut Pria kecil berumur 8 tahun, Ia adalah Kakak dari Laila yang bernama Adi.

"Sana panggil Bapakmu, kendaraannya udah mau datang." titah Ibunya lagi, kali ini dengan menatap gadis kecil berusia 4 tahun itu.

Dengan bingung, Laila berlari menuju pesisir pantai tempatnya semula bersama sang Ayah. Dan setibanya disana, langkah kecilnya terhenti dengan helaan napas lelah, jerigen di tangannya masih melekat tanpa isi, membawa kembali ke hadapan Ayahnya.

"Kenapa jerigennya gak diisi? Bapak udah mau berangkat ini," tanya Ayahnya kebingungan, melihat Putri tunggalnya yang lelah dengan napas yang tidak beraturan.

"Mamak suruh Bapak pulang," jawab Laila setelah menghela napasnya.

"Ada apa?" Ayahnya seketika terdiam, mengingat sesuatu di pikirannya. Dan tak menunggu waktu yang lama, Ia mematikan mesin perahu yang menyala, siap tuk berlayar.

Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan jaring ke dalam karung, angin berhembus kencang menerpa tubuh mereka di tepian pantai berpasir putih.

"Ayo pulang!" ajak Ayahnya sembari memikul karung di pundaknya yang kokoh, meraih tangan Laila yang kecil dengan ingus yang keluar dari kedua lobang hidungnya.

Setibanya di perumahan tempat tinggal mereka, terlihat barang-barang di rumah tersebut sudah di masukkan ke dalam sebuah truk, menyisakan Ibu serta Adi yang menunggu kepulangan Ayah dan Laila.

"Kalian pergi duluan ya, nanti Bapak nyusul." ujar sang Ayah, memperhatikan sekelilingnya.

"Mau kemana?" tanya Laila dengan suara kecilnya, menatap mereka satu-persatu. Dan tak lama kemudian, sepasang suami istri paruh baya datang menghampiri, lalu dengan langkah cepat Laila berjalan ke arahnya.

"Udah mau pindah ya?" tanya salah satu dari pasangan tersebut, suaranya terdengar lirih, menyaksikan kepergian mereka.

"Iya ini, nanti kapan-kapan Adi sama Laila main kesini lagi...," jawab Ibu mereka sembari menutup pintu dan mengunci rumah tersebut, memberikan kunci itu kepada sang Suami.

"Hati-hati yaa, semoga perjalanan lancar...," Wanita paruh baya itu, melepaskan Laila dari gendongannya, mengelus rambutnya dengan senyuman.
"Laila, nanti main ke rumah Nenek ya cantik...," ucapnya kemudian, menatap matanya yang bingung, lalu dibalasnya dengan anggukan kecil dari Laila.

Setelah Ibu, Adi serta Laila menaiki truk yang memuat barang bawaan mereka, tangannya melambai, menatap jarak yang semakin menjauh.

To be continued.

Snotty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang