Chapter 6

709 68 17
                                        

Happy Reading, Love.
...

Yogyakarta, 27 Juli 2024

Siang itu, suasana kantin Fakultas Seni Media Rekam terasa hangat meski terik matahari menyengat di luar. Alan dan Ikuo duduk di salah satu meja, menikmati makan siang mereka. Alan, yang baru saja meneguk minumannya, mengangkat alis sambil menatap Ikuo.

"Lo sadar ga, belakangan ini Dai selalu nongkrong bareng Shun? Mau itu di asrama atau di kampus, kayaknya Dai rajin banget antar jemput dia," ungkap Alan dengan nada bercampur antara heran dan penasaran.

Ikuo yang mendengar itu tertawa kecil, namun ada sedikit nada sinis dalam tawanya. "Kenapa, Lan? Lo takut sahabat lo diambil orang lain?" tanyanya sambil melirik ke arah Alan.

Alan hanya terkekeh, tidak terganggu dengan sindiran Ikuo. "Ah, enggak mungkinlah. Gue malah seneng lihat Dai perhatian sama Shun. Soalnya, selama kita satu asrama, Shun itu gak pernah sekalipun nyapa gue. Tapi sekarang, kalau kita papasan, Shun udah mulai balas sapaan gue, meskipun senyumnya masih samar dan tipis. Jadi, gue seneng-seneng aja."

Ikuo mengangguk setuju, merasa jawaban Alan cukup masuk akal. Namun, ada sesuatu di pikirannya yang ingin ia utarakan. "Sebenarnya, ada yang pengen gue omongin sama lo dan Dai. Tapi gak pernah nemu waktu yang pas."

Alan, yang penasaran, mulai mendesak. "Ngomongin apa? Jangan bikin gue penasaran, deh. Sekarang aja ngomongnya, sebelum nanti kita lupa."

Namun, sebelum Ikuo sempat menjawab, tiba-tiba Dai datang dengan senyum lebar yang cerah, secerah matahari siang itu. "Hey, kalian! Ngapain aja nih, ngomongin gue kah? Kok gue ga diajak?"

Alan dan Ikuo sama-sama menoleh, senyum mereka mengembang melihat kedatangan Dai. Percakapan yang tadinya serius sejenak berubah menjadi ringan, suasana hangat dengan kehadiran Dai. Ikuo yang tadinya ingin membicarakan hal penting akhirnya menahan diri, merasa ini belum saatnya, apalagi dengan Dai yang datang dengan keceriaan yang tak ingin dia ganggu.

Setelah Dai tiba di kantin, suasana menjadi lebih hidup. Mereka bertiga mulai berdiskusi tentang rencana untuk menghabiskan waktu di hari libur besok. Percakapan itu penuh semangat, terutama karena Dai sudah berjanji untuk meluangkan waktu sehari penuh bersama Alan dan Ikuo, mengingat kesibukan mereka yang akan datang, termasuk workshop minggu depan.

Mereka menyusun rencana liburan dengan sangat matang, mulai dari tempat yang akan mereka kunjungi hingga aktivitas yang ingin mereka lakukan. Alan dan Ikuo antusias dengan ide-ide yang Dai sampaikan, dan mereka sepakat untuk menjadikan hari libur itu sebagai momen untuk melepas penat dan mempererat persahabatan mereka.

"Ngomong-ngomong, lo udah pasti bisa, kan, Dai? Jangan sampai nanti lo batalin karena ada urusan mendadak," tanya Alan sambil menatap Dai dengan mata penuh harap.

Dai tersenyum sambil mengangkat tangan seolah bersumpah, "Tenang aja, gue udah pastiin. Besok gue bakal ada seharian buat kita. Lagian, ini mungkin kesempatan terakhir kita liburan bareng sebelum libur semester."

Ikuo menambahkan, "Iya, soalnya kalau udah masuk libur semester, lo pasti sibuk sama keluarga, kan? Jadi mendingan kita puas-puasin besok."

Dai mengangguk. "Bener banget. Besok kita gas full. Setelah itu, gue bakal fokus buat keluarga. Kalau sempat, gue pengen ajak mereka liburan ke kampung halaman kakek nenek gue."

"Wah, seru tuh! Nanti kalau balik dari sana, ceritain, ya," ujar Alan dengan antusias.

"Tapi sebelum itu, kita nikmatin dulu liburan kita besok. Biar jadi kenangan seru buat di ceritain lagi di semester depan," sahut Dai sambil tersenyum lebar.

Moonlit Embrace | DaishunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang