Terkadang menjadi pemberani itu adalah kewajiban. Bertindak secepat kilat demi menyelamatkan diri juga sangat-sangat diperlukan, kalau tidak nyawanyalah yang akan berada dalam ancaman. Grizzel betul-betul makhluk paling nekat. Otak dua pentiumnya bekerja sangat gesit ketika bahaya datang mendekat.
Termasuk saat pria bertampang bak gangster itu mengayunkan langkah demi langkah menaiki undakan tangga yang menggular hingga ke lantai dasar.
Pilar-pilar tinggi nan kokoh ini berhasil menyembunyikan tubuh tingginya. Cerdik, agar tidak terlihat gadis ingusan itu memepetkan badannnya ke dinding. Menempel serupa cicak supaya tidak ada satu pasang mata pun yang sukses mendeteksi kemunculannya.
"Semoga Om-Om satu itu gak bisa ngelihat aku di sini," pungkas Grizzel membatin. Dia masih berani curi-curi pandang memastikan kemana langkah ketiga pria dewasa itu berlabuh.
Mungkin Grizzel bisa mendapat petunjuk dimana keberadaan Arana, sahabatnya.
"Nanti anda bisa langsung masuk ke kamar Non Arana. Kami akan menunggu di luar," tutur Bram menuntun sang dokter menuju kamar nona muda mereka. Usai interogasi singkat itu berakhir, Bram bisa sedikit melunak pada pemuda dua puluh delapan tahun ini.
Grizzel menyimak baik-baik percakapan mereka. Meski kondisinya terjepit begini dia berusaha untuk tenang. Yang paling terpenting dia sekarang berada di tempat yang tepat
Tinggal mengatur sedikit siasat dia pasti akan membawa Arana kabur dari neraka ini. Sadar ketiga pria dewasa itu sudah tidak terlihat lagi barulah Grizzel keluar dari persembunyiannya.
Walau jarak Grizzel bersama ketiga pria dewasa itu sudah sangat jauh, remaja belia ini masih dapat melihat kemana mereka pergi. Dia ikuti saja pelan-pelan. Mustahil bila mencari Arana sendiri tanpa menyimpan satu pun clue.
Jangan remehkan dirinya. Meski tanpa bantuan siapa pun dia sangat bisa diandalkan. Di berbagai situasi dan peristiwa. Seribu akal bulus akan Grizzel kerahkan. Termasuk menyusun langkah untuk mengikuti dua gangster serta satu dokter itu.
"Kau siapa?" Salah satu entitas menampakkan eksistensinya. Dengan berbekal kecurigaan dia menatap Grizzel penuh selidik.
Grizzel yang tidak membayangkan situasi seperti ini akan terjadi, mematung di tempat. Astaga, kenapa orang bodoh ini muncul di waktu yang tidak tepat.
"A-aaku ...." Grizzel gelagapan saat ditanyain demikian padahal tinggal selangkah lagi Grizzel bisa mengikuti dokter itu dan tahu dimana posisi Arana berada. Saat ini dia berdiri di sudut pilar lantai atas.
"Apakah kau asisten dokter tadi? Kalau kau memang asistennya tolong bawa ini. Kak Toni memintaku mengantarkan ini, tapi karena kau adalah asisten si dokter kau saja yang bawa. Aku dipanggil Pak Satya."
"Ah ... Iya, aku asistennya. Kau bisa menitipkan makanan ini kepadaku." Pintar sekali lidah Grizzel berkelit.
Dia tahu orang di hadapannya ini bodoh. Masa dia tidak sadar, Grizzel hanyalah seorang gadis remaja biasa yang nilai ujiannya saja pas-pas-an.
Lantaran kebodohan orang itu Grizzel melenggang santai ke tempat Arana berada. Masker hitam pun dia gunakan untuk menutupi identitas aslinya. Si monster itu pasti tidak sadar telah menyewa orang-orang bodoh ini untuk menjaga Arana agar tidak kabur.
Grizzel tidak buru-buru menampakkan wujudnya di hadapan Arana. Dia kembali bersembunyi, merapatkan tubuhnya ke dinding. Berharap si gangster sangar itu enyah dari ruangan yang Grizzel rasa Nando jadikan sebagai tempat mengurung Arana.
"Pergi kek! Diam aja di situ kayak patung liberty!" Kesal Grizzel. Berdoa pun tidak lupa dia ucapkan dalam hati supaya Dewa-Dewi di langit memuluskan rencananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Fiksi RemajaDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...