"Mungkin sebaiknya kau bertanya langsung padanya?"
Apa aku bisa melakukannya? Kalau [Name]-san jadi ilfeel gimana? Mana mungkin ada orang asing yang tiba-tiba datang lalu bertanya "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Kan?
Tunggu, mungkin ada.
Ku menghela nafas panjang, menendang batu kecil yang berada di depan ku tanpa alasan. Walaupun ini hari libur, aku masih harus kerja paruh waktu dan untungnya shift ku selesai dengan cepat.
"Yuuta-kun?"
Deg!
"Sedang jalan-jalan?" Tanya gadis mungil dihadapan ku ini, yang tak lain adalah [Name]-san.
Hari ini rambutnya di kuncir dua, cantik sekali—
PLAK!
".... Daijoubu?"
"Umh, daijoubu!"
Fokuslah Aoi Yuuta. Jaga image, jangan sampai perubahan kecilnya merusak otakmu. Dan sepertinya aku menepak pipi ku terlalu keras, ugh, perih.
"Mau salep?"
"Eh?"
Dia terkejut dengan pertanyaan sang gadis, butuh beberapa saat baginya untuk menyadari bahwa dia baru saja menampar pipinya sendiri dan [Name] bertanya apakah dia membutuhkan salep.
"Ah— tidak, aku baik-baik saja! Aku hanya..."
Pipinya memerah, merasa malu dengan tindakan impulsifnya. Dia dengan cepat menenangkan diri dan mencoba bersikap acuh tak acuh.
"Aku hanya... memikirkan sesuatu."
"Oh... Apa itu?"
Jantung Yuuta berdetak kencang. Dia tidak bisa mengatakannya padanya bahwa dia baru saja memikirkannya sebelum dia tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia dengan cepat mencoba mencari alasan.
"Bukan apa-apa, hanya... pemikiran sekilas.."
Dia berusaha terdengar biasa saja, tapi suaranya menunjukkan sedikit kegugupan. Pikirannya berpacu, mencoba mengganti topik pembicaraan.
"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di sini, [Name]-san?"
Dia bertanya, mengarahkan pembicaraan ke topik lain, mencoba untuk tetap tenang.
"Oh, aku kebetulan lewat dan melihatmu, jadi aku ingin menyapa..."
Yuuta mau tidak mau merasa sedikit tidak nyaman setelah tanggapan ini. Perasaan campur aduk antara lega dan kecewa memenuhi dirinya.
"Begitu…"
Dia mencoba menyembunyikan perasaannya dengan senyuman santai, tapi sedikit nada kekecewaan terlihat jelas dalam suaranya.
[Name] yang menyadari ekspresinya itu, inisiatif mengajaknya ke tempat 'bermain'nya. Bukan taman, atau pusat perbelanjaan, tempatnya berbanding terbalik dengan tempat yang disebutkan tadi.
Tanpa pikir panjang, Yuuta menerimanya. Siapa yang gamau diajak jalan-jalan sama crush?
Dan disinilah mereka berada.
Kuburan.
Yuuta melihat sekeliling, terkejut menemukan dirinya berada di kuburan. Dia tidak menduga hal ini.
Matanya mengamati sekeliling, mengamati kuburan dan suasana damai. Dia bertanya-tanya mengapa [Name] membawanya ke sini.
"… Mengapa kita ada di sini?"
"Untuk menenangkan hati mu." [Name] menjawab dengan wajah tanpa dosa, sambil mengulurkan jempol pada Yuuta.
"Tapi kenapa kuburan!?"
[Name] malah mengabaikannya, dia sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Menghela nafas, Yuuta tak punya pilihan lain selain mengikutinya. Lagipula mereka mengunjungi kuburan di siang bolong, tidak akan ada masalah kan? Kan?
"Disini tenang, kan? Tidak seperti di kota."
Yuuta terkejut dengan ucapannya. Tenang… di kuburan? Itu tidak terduga baginya, tapi dia mencoba memahami sudut pandangnya.
"Tenang, ya? Di kuburan?"
Dia mengulanginya, masih sedikit bingung dengan ucapan [Name]. Dia tidak begitu paham bagaimana kuburan bisa membuat seseorang merasa tenang.
"Tapi bukankah menurutmu itu sedikit... entahlah, menyedihkan?"
Dia berani bertanya, masih berusaha memahami alasannya. Suasana kuburan biasanya diasosiasikan dengan kesedihan dan kehilangan, bukan kedamaian dan ketenangan.
"Benarkah? Tapi aku tidak pernah merasa seperti itu"
Yuuta hanya bisa menaikkan alisnya mendengar jawabannya. Sulit baginya untuk memikirkan gagasan menemukan kenyamanan di tempat yang terkait dengan kematian dan kehilangan.
"Tidak pernah?"
Dia bertanya, masih bingung.
"Tapi tidakkah kamu merasa sedih berdiri di sini, dikelilingi batu nisan?"
"Tidak, toh cepat atau lambat kita akan bergabung dengan mereka."
Yuuta terkejut dengan pernyataannya yang tanpa basa-basi. Gagasan tentang kematian sebagai bagian alami dari kehidupan bukanlah hal baru baginya, tetapi mendengarnya datang dari bibir [Name] membuatnya merinding.
"Y-ya, menurutku kamu ada benarnya..."
Dia menjawab, mendapati bahwa dia tidak banyak bicara. Mau tak mau dia merasa tidak nyaman dengan penerimaannya terhadap kematian.
Keheningan di antara mereka berlangsung beberapa saat. Yuuta masih berjuang untuk memproses kata-katanya dan lingkungan di mana mereka berada. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik ke arah [Name].
Sekitar 1 jam mereka disana,Yuuta melihat [Name] mendoakan beberapa dari mereka, sebagian besar yang terlihat tak terurus, dia jadi ikut-ikutan. Setelah itu, [Name] melanjutkan jalan-jalan kecilnya, dengan payung yang melindunginya dari sinar matahari.
Dan entah mengapa Yuuta mengikutinya secara terang-terangan, lagi.
Saat [Name] melanjutkan perjalanannya, Yuuta terus mengikutinya dari belakang, sesekali melirik ke arahnya. Pemandangan sang gadis itu berdoa untuk kuburan yang terbengkalai telah mengejutkannya, dia tidak pernah menduga sisi dirinya yang seperti ini. Ia pun ikut berdoa sebagai tanda penghormatan terhadap mendiang.
Saat mereka berjalan, Yuuta mendapati matanya tertuju pada sosok [Name], sosoknya terbingkai sempurna di bawah payung yang melindunginya dari sinar matahari. Sosoknya hampir seperti sesuatu yang keluar dari lukisan.
Namun, dia juga merasa sedikit malu mengikutinya seperti ini. Dia telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak bertingkah seperti penguntit lagi setelah ceramah Hinata, tapi di sinilah dia.
Tapi dia tidak bisa menahannya. Perasaan misterius dan familiar yang dia rasakan terhadap [Name] terlalu kuat untuk diabaikan. Dia mencoba membenarkan pada dirinya sendiri bahwa dia hanya memastikan dia aman, ya, itu saja, seperti yang biasa dia lakukan di Yumenosaki.
"Apa aku bisa menghilangkan perasaan ini...?"
.
.
.
.
TBC
825 words, 14-09-24Apakah kalian sudah melihat keimutan Sakuma bros?
KAMU SEDANG MEMBACA
「𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫」|| 【Ensemble Stars! x Readers】
Ngẫu nhiên-ˋˏ┈┈┈┈ ┏━✦❘༻༺❘✦━━┓ 'Kenapa aku harus masuk ke sekolah yang sama dengan mereka?' Itulah suara hati seorang Sakuma [Name], anak bungsu dari keluarga Sakuma. Anak yang harus menahan emosinya setiap kali berhadapan dengan para idol sengklek Yumenos...