⚠️WARNING⚠️
Kisah ini mengandung unsur kekerasan, romansa dewasa, seksual, dan sejenisnya. Pastikan para pembaca telah berusia 21 tahun keatas dan bijak dalam membaca.
Mendengar pembicaraan mereka, Tuan Rama kemudian mempertanyakan maksud dari yang diduga oleh mereka.
"Ah iya Tuan, maksud saya, apabila Tuan TBC bukankah penyebab utamanya adalah rokok? Apakah Tuan merokok? Jika iya mungkin saja itu TBC tapi jika tidak... mungkin..." Jelas Srita ragu-ragu.
"Mungkin apa? Bicaralah dengan jelas" Sahut Tuan Rama.
"Mungkin saja ada racun atau semacam obat yang dicampurkan dalam kopi tersebut kan?" Jelas Srita.
Tuan Blue yang saat itu berada didekat mereka, ikut mempertanyakan dugaan tersebut sambil sesekali melihat gerak-gerik Wulan yang sejak tadi terdiam memperhatikan sekitar.
"Mana ada yang mau meracuni seseorang melalui kopi?" Tanya Tuan Blue.
"Buktinya ada pada kasus Kopi Sianida pada Mirna Tuan, mungkin saja kan hal ini terjadi" Jawab Berli tegas.
"Ya kalau memang benar begitu kita tetap harus menyelidiki pelakunya kan? Kita tidak boleh asal menduga saja" Sahut Tuan Blue.
Ria yang sejak tadi berdiri disamping Tuan Rama untuk membantunya minum air, tiba-tiba saja ikut terseret dalam sebuah perbincangan.
"Ria, apa kau melihat pelakunya?" Tanya Wulan.
"Pelaku apa?" Sahut Ria heran.
"Pelaku yang membuatkan kopi ini, memangnya pelaku apalagi?"
"Yang membuat kopi ini adalah aku"
Mendengar pernyataan Ria, Navy yang sejak tadi tidak ingin ikut campur, ia lalu melontarkan kalimat tidak masuk akal yang begitu menyayat hati Ria.
"Jadi, apa motif mu meracuni Tuan Rama? Apa demi semakin disayang oleh owner?" Tanya Navy sinis.
"Apa maksud mu? Aku bahkan tidak memasukan hal aneh selain espresso dan air panas"
"Sudahlah mengaku saja, kami sudah tau kok, lagipula kau kan tadi celingak-celinguk saat meletakan kopi diatas meja Tuan Rama" Tambah Srita.
"Aku begitu karena mencari keberadaan Tuan Rama, untuk memberitahunya bahwa kopinya sudah jadi"
Keributan itu semakin menjadi-jadi ketika Tuan Blue memutuskan untuk memeriksa rekaman CCTV agar dapat mengetahui kebenaran dari dugaan-dugaan tersebut.
"Jangan-jangan kau ya yang begitu? Makanya menuduh aku secara sembarang seperti tadi?" Tanya Ria sembari menatap tajam ke arah Srita dan Wulan.
"Kami saja baru sampai disini, bagaimana juga cara kami melakukan itu?" Tegas Srita dan Berli secara bersamaan.
Ria benar-benar terpojokan. Namun tentu saja dugaan itu tetaplah dugaan selama Tuan Blue dan Tuan Rama tidak mempercayainya.
"Sudahlah kau itu sudah terpojokan, sebaiknya kau mengaku saja" Ucap Wulan, nada bicaranya sangat merendahkan orang lain.
"Diamlah Wulan, aku juga tadi melihatmu di sekitar sini, jadi sebaiknya kau diam saja!" Bentak Tuan Blue pada anak kesayangannya itu.
Beberapa waktu sebelum kejadian ini Tuan Blue memang sengaja datang ke hotel untuk memperbarui jadwal karena ada usulan PHK dari beberapa pihak investor dan semua usulan itu sempat disetujui oleh owner langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Purple Rose
Mystery / Thriller"Sudah kubilang, aku hanya menunggu sampai orang itu melakukan dosa terburuknya" ucap seorang wanita berambut ungu dengan sorot mata tajamnya, sambil terus menerus menghisap rokoknya. Dosa apa yang dimaksud? Siapa dia sebenarnya?