10

8.4K 185 13
                                    

Andreanna's

"You must be kidding me ...,"

Aku menatap Aldo tak percaya. Dia membuat hari ulang tahun ku menjadi lebih berarti. Aku menatapnya, masih meminta pengakuan walaupun kertas di tangan ku ini valid.

Aldo menggaruk tengkuk belakang nya, "Saya gatahu kesukaan Eneng, saya jadi Ajudan Neng baru hampir 2 minggu. Selama itu, yang saya tahu, Neng suka nya ngumpul sama anak-anak Panti. Jadi saya—"

"GUE CINTA MATI SAMA LO, DO!" Aku tidak bisa menahan rasa senang ku sehingga aku melompat ke pelukan nya dan berputar. Aldo sempat kehilangan keseimbangan namun dengan otot tubuhnya yang kekar, dia bisa mengembalikan ku.

"Anu ...," Aldo menatapku was-was. "Jangan bilang sama Mas Theo ya, Neng. Takutnya Mas Theo ngasih tahu Bapak."

Senyum ku masih lebar dan mengacungkan jempol ku. "Safe with me. Gue beneran cinta sama lo, Do. Gue bersyukur ketemu sama lo."

Kado terbaik yang aku terima di hari ulang tahun ku yang ke -22. Aldo menyiapkan pesta kecil-kecilan di Panti Asuhan lusa nanti. Ini jauh lebih berharga daripada kado yang akan diberikan, aku prediksi hanya barang-barang mewah untuk menunjukkan kredibilitas sang pemberi.

Aku tidak sabar merayakan ulang tahun ku dengan Vio dan anak-anak lain nya,

"Andreanna sudah siap, Do?" Suara tegas itu terdengar dari luar kamar ku yang terbuka. Saat muncul, Om Theo memandangi Aldo lalu beralih pada ku.

Aku memakai dress yang benar-benar terbuka. The hell with everyone, i'm twenty-two now. Tali satu yang benar-benar tipis dengan potongan dada yang begitu terbuka dan sobekan panjang bagian bawah hingga mengekspos kaki atas ku. Dan rambut yang ku cepol ke atas hingga memperjelas leher ku.

Untuk pertama kali nya, aku melihat Om Theo memperhatikan ku dari atas sampai bawah. Dia tak pernah memandangi tubuh ku walaupun aku selalu sengaja mencondongkan dada atau meluruskan kaki jenjang ku. Dia hanya selalu terfokus pada wajah ku.

Setelah meneliti, mata nya kembali menatap mata ku.

Tatapan tajam dan wajah keras nya membakar ku. Napas ku langsung tercekat. Apa yang ada di pikiran nya? Kenapa dia menatapku seperti itu? Dia tak suka melihat ku seperti ini atau dia tak suka aku ada di pikiran nya?

Yang pasti nya, aku bisa melihat pertentangan di mata nya.

I know he wants me.

Aku pastikan, aku akan bersenang-senang. Aku tidak akan menjadi perawan per hari ini. Jika tidak dengan dia, dengan siapapun pria tampan nan hot yang akan ku temui nanti di pesta ku.

Aku melihat Om Theo mengeraskan rahang nya. "Bapak sudah memanggil."

Setelah mengatakan hal itu ia melangkah pergi, menghilang dari pintu kamar ku.

Aku menatap Aldo, "Aku gamau kamu di sekitaran ku seharian ini, Do."

Aldo menatapku protes. "Tapi, Neng—"

"Sehari aja, please?" Aku menatapnya memelas. "C'mon, its my birthday, Do ...,"

Aldo masih memasang wajah tidak setuju tapi aku terus menatapnya bahkan menyatukan kedua tangan ku. Dia menghela napas berat, tanda menyerah. "Neng mau saya kemana?"

"Kemana aja!" Aku kesenangan. "Yang penting kamu ga perhatiin aku hari ini."

Dia masih terlihat keberatan.

"Kalau ada apa-apa, kamu ga akan kena masalah. Gue janji, Do." Aku menunjukkan jari kelingking ku.

Ia diam sejenak kemudian menarik napas, ia mengaitkan jari kelingking nya dengan pasrah. "Saya ada di Garasi, kalo Neng perlu saya."

HIS SECRET SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang