Jangan kamu, colak colek sama aku..
Jangan kamu, cubit-cubitan..
Aku bukan cabe-cabean ..(Mahadewi, Fake Chilli)
.
.
.Naruto menghempas napas lelah di udara melalui mulut. Tangannya bergerak untuk mengendurkan dasi yang terpasang di kerah kemeja. Sepulang ia dari Negeri Tirai Bambu, ia merasa belum ada waktu maksimal untuk mengistirahatkan diri, meliputi istirahat fisik dan pikirannya. Ditambah masalah perubahan Saara yang diakibatkan oleh seseorang. Pria ini tidak salah menebak sejak awal, bahwa Saara sudah terkontaminasi perilaku buruk dari perempuan yang ia sebut sebagai senpai di sekolahnya.
Sepasang safirnya kemudian mengarah ke ponsel yang ada di sisi kiri meja kerja. Ia mengambil dan mulai membuka aplikasi WhatsApp. Yang pertama ingin ia periksa adalah keberadaan Saara di rumah, melalui laporan dari Yamato yang juga berprofesi sebagai sopir pribadi di kediamannya. Naruto meminta pria berusia 40 tahun itu untuk mengawasi gerak gerik Saara di dalam dan di luar rumah. Setiap 1 jam sekali Naruto mendapat laporan segala aktifitas Saara melalui foto yang dikirim oleh Yamato. Foto-foto yang diambil secara diam-diam itu, berisi kegiatan Saara ketika sedang bercakap dengan pelayan, belajar di ruang tengah, bermain ponsel, menonton televisi, hingga tertidur di sofa.
Setelah merasa puas dengan laporan Yamato. Ia menggulirkan aplikasi pesannya ke bawah. Sepasang alisnya mengerut, hingga pukul 3 sore ini tak ada si kekasih membalas pesan yang ia kirim dari pukul 8 pagi. Ia juga mengetahui kalau aplikasi pesannya, sudah aktif sejak 1 jam yang lalu.
Pikirannya beralih ke panggilan telepon, ia sedikit ragu ingin menghubungi Nagato dan menceritakan tentang perilaku anak gadisnya. Tapi, ia tampak menimbang-nimbang kembali. Melihat Saara melalui foto kiriman dari Yamato tadi, niat itu ia urungkan sementara waktu. Setidaknya Naruto memberi kesempatan kedua kali untuk Saara. Jika memang ia mengulangi, maka tanpa ragu lagi ia akan menghubungi Nagato dan membicarakan perihal ini secara serius. Di awal-awal memang Nagato tidak melarang Naruto untuk memarahi Saara jika anaknya berbuat hal yang fatal. Makanya itu, tindakan tegas yang Naruto ambil tidaklah salah sepenuhnya.
Naruto mematikan ponsel dan mengembalikan benda pipih itu ke atas meja kaca sedikit keras hingga berbunyi. Pikirannya tersita ke beberapa hal dan itu membuat kepalanya serasa ingin meledak. Naruto melepas kacamata kemudian mengusap kasar wajahnya. Di tengah rasa frustasi yang melanda ia dikejutkan dengan kedatangan Shikamaru yang masuk ke dalam ruangannya.
"Bos, ada yang ingin bertemu," kata Shikamaru.
Seraya bersandar pada kursinya dan memasang gurat penuh ketenangan, Naruto membalas ucapan Shikamaru,"Siapa?"
"Dia ... "
"Hai!"
Suara lembut yang sangat ia kenali membuat ia tersentak kecil. Punggungnya berubah menjadi tegak dengan bola mata melebar. Lebih-lebih saat melihat tubuh kecil kekasihnya sudah berada di belakang Shikamaru. Muka Naruto memerah seketika, tubuh menjulangnya sontak berdiri.
"Ngomong-ngomong, apakah aku ada jadwal lain sekarang?" Naruto sebenarnya bertanya pada Shikamaru, namun arah pandangnya tetap pada sosok mungil yang mengenakan kemeja berwarna sky blue dan rok lipit selutut berwarna baby pink. Dua warna cerah yang dikenakan sangat cocok dengan warna kulitnya.
"Tidak, bos."
Netra biru seindah laut itu berbinar senang."Bagus, terima kasih Shikamaru. Silakan tinggalkan kami untuk beberapa jam ke depan," putus Naruto. Shikamaru mengangguk paham dan meninggalkan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Chilli (End)✅
FanfictionIa dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. Menepi dari kenyataan hidup yang getir dengan bolak balik masuk klab malam. Cabe-cabean? Bukan ! Dia hanya mengharap cinta dan kasih sayang, bukan nafsu semata - Hinata Hyuuga Executive tampan yang cool sep...