First Meet

124 16 0
                                    

Lagi-lagi di pagi ini kita mendengar suara pukulan dari tempat yang selalu menjadi tempat paling di takuti oleh semua mahasiswa disini. Dengan Faza yang sudah tak terkontrol emosinya memukul sang lawan yang sekarang sudah tersungkur tak berdaya pada lantai yang dingin.

"Za, udah Za! Mati lama-lama anak orang."

Wiksa dari kejauhan berusaha untuk menyadarkan Faza yang terus-terusan memukul lawannya tanpa ampun, namun sepertinya Faza tetap tak mendengarkan, dia terus melayangkan pukulan tak membiarkan sang lawan membalas memukulnya. Auranya benar-benar hitam, aroma lavender yang menyengat menguar di seluruh area membuat siapa saja akan merasa pusing.

"Za anjir, gw lama-lama juga mati gara-gara aroma feromon lu. Ini udah di luar batas Faza."

Maksen yang sudah terlihat lemas juga berusaha membawa Faza pada emosi normalnya, kepala nya sudah sangat pusing mencium aroma yang di keluarkan oleh Faza. Menggambil sebuah batu kecil di sebelahnya dan melemparkan kearah punggung Faza karna tak mendengarkan ucapanya. 

Berhasil, itu membuat Faza menoleh kearahnya walau dengan tatapan emosi. 

" Udah anjir Za, lu liat tu anaknya udah nggak sadarin diri kaya gitu juga masih lu pukulin, mati lama-lama anak orang." 

Faza yang mendengar itu meroling matanya, melempar tubuh yang sudah tak sadar itu dengan kencang, merapihkan pakaiannya, dan mengusap sudut bibir nya yang sedikit robek mengeluarkan darah. Permainan tadi lumayan membuat Faza lelah, karna mereka sama-sama ber status Alpha, namun mau bagaimanapun juga Faza tetap akan menang melawan siapa pun. Jika bisa di bandingkan tubuh Faza jauh lebih besar dari kebanyakan Alpha yang lain.

" Lu kenapa si Za? pagi-pagi udah emosi aja, tu orang juga nggak salah apa-apa tiba-tiba lu serang gitu aja."

Faza tak mendengarkan semua celotehan dari Maksen, dia memilih untuk berlalu dari sana meninggalkan 3 temannya yang lain yang memandangnya dengan penasaran.

"Dia kaya lagi ada masalah nggak si?" Caiden yang sedari tadi diam saja akhirnya bersuara, memandang teman-temannya yang lain yang juga menatapnya dengan seluruh rasa penasaran akan sikap Faza pagi ini. Faza memang gampang terpancing emosi namun semua itu ada sebabnya, tapi kali ini mereka sama sekali tak paham dengan emosi Faza yang meningkat tanpa ada gangguan.

"Nggak ngerti juga gw, udah ayolah kita susulin."

.

.

Faza berjalan dengan mata yang masih berkilat emosi, langkahnya yang tegap membuat siapa saja takut untuk mengganggunya, menyusuri koridor kampus menuju kelas yang akan dia ikuti.

Faza memang orang yang tak tau aturan, gampang emosi, suka kekerasan, namun jika untuk nilai dia juaranya. Kepintaran otaknya tak akan ada yang berani membantah, dan juga dia memiliki misi khusus yang mengharuskan dia selalu mengikuti kelas tanpa absen satu hari pun.

Faza mengambil jurusan psikolog, jurusan yang dia taruh besar harapan dalam dirinya. Mungkin terdengar aneh, seseorang penuh emosi seperti Faza berada dalam jurusan ini, banyak orang yang bilang "dia harusnya yang jadi pasiennya nggak si?" Mungkin kata-kata itu ada benarnya, namun Faza tak pernah memperdulikan itu, dia hanya ingin mempelajari sesuatu untuk misi yang akan dia jalani.

" Za tunggu!"

Suara Maksen terdengar, menghentikan langkah dan membuat dirinya berbalik. Melihat bagaimana teman-teman nya yang lain berlari mengejar dirinya dengan nafas yang tak beraturan.

"Anjir lah kenapa lu jalan cepet banget si." Maksen menormalkan nafas nya dengan membungkukan badan, memegang kedua lutut untuk menjaga keseimbangan.

"lu pada yang kaya siput."

Fate : The First & Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang