Taufan dan Solar dipaksa beristirahat. Mereka tidak akan berpartisipasi dalam misi penakhlukan planet Baraju mempertimbangkan kondisi kesehatannya.
Berhubung planet Baraju bukannya planet tanpa peradaban seperti Gugura, navigasi kami jelas. Kami tahu kemana saja kami akan mencari Blaze dan Ice.
Pengakuan-pengakuan dari saksi mata membantu kami dalam menentukan destinasi perjalanan kali ini. Seseorang dari pihak suku api—mereka menyebut diri mereka 'Puak Bara'—bernama Panglima Yanaari mengabarkan bahwa Blaze terlihat di terowongan bawah tanah menuju Teratak Roktaroka.
Sedangkan di sisi lain, masih di planet yang sama, seorang alien dari Puak Salju, Mas Gardu mengaku dia tidak tahu dimana Ice berada.
Sementara waktu, Kaizo tidak tahu-menahu apa pola pikir yang diadaptasikan pada otak Blaze dan Ice dalam hipnotisnya.
Beliung ingin menguasai tahta Windara, sebagaimana dulunya Kuputeri berambisi merebut kembali kuasanya dari Reramos. Solar tercuci otaknya untuk menjadi seperti pendahulunya, Retak'ka, dengan menghancurkan planetnya sendiri, memeras azothnya, kemudian berencana mencuri keenam elemen lainnya.
"Apa yang terbesit di otakmu?" Jokertu menginterogasi Kaizo. "Ini penting untuk diramalkan. Kamu menyuruh regu penjahat menangani Ice, dan Kokotiam mengurus Blaze, tanpa kamu membeberkan apa efek hipnotis itu pada kami?"
Joketu menggeleng, dia menggeser mug keramik berisi affogato dengan es krim coklat dan brownies di atasnya ke sisi dimana Kapten Separo menyimpan tangan mengepalnya di meja. Lalu dengan lebih leluasa, Jokertu bisa meletakkan siku tangannya di sana.
Kaizo menahan diri untuk tidak menendang keluar bokong Jokertu keluar dari ruang rapat. Mukanya mengatakan betapa Kaizo tidak menyukai si badut judi, tapi dia memilih tidak banyak berkomentar.
"Aku tidak tahu. Tapi, Blaze dan Ice berasal dari kedua Puak itu." Kaizo berdeham. Dia bersiap untuk menggurui. Kaizo gugup. Dia mengalami kecelakaan fonetik ketika dia menyebutkan nama Blaze dan Ice. "Kedua di antara Panglima Pyrapi dan Mas Mawais punya riwayat permusuhan."
Jugglenaut membalas pandangan Kapten Separo, seakan mereka mendiskusikan sesuatu secara non-verba, kemudian Jugglenaut buka suara, "Oh. Jadi dua orang Boboiboy itu berpotensi mencari ribut satu sama lain, kamu ingin bilang begitu, Kapten?"
Kaizo mengangguk, lalu ia menyilang tangan, "Regu Kokotiam sudah pergi. Kapan kamu merencanakan akan melandas di Baraju?"
"Pengetahuan adalah kekuatan, Kapten." Kapten Separo membetulkan topi bajak laut di atas kepalanya, lalu dia tertawa terbahak-bahak, sampai secuil cudahnya terciprat ke kopinya Jokertu—tapi badut judi itu tidak sadar, dan dia malah menyesapnya segera setelah Kaizo melotot pada mugnya. "Tentu saja kami menanya-nanyai kamu lebih dulu sebelum terjun ke lapangan. Supaya kami mempersiapkan diri lebih matang. Ya, bila melihat dari situasinya, kupikir misi ini lebih mudah daripada misi sebelumnya."
Setidaknya kami tidak clueless. Kami tahu arah tujuan kami, kami tahu dugaan-dugaan terkait jejak kepergian Ice dan Blaze sehingga kami tidak perlu terpecah dalam kelompok kecil seperti apa yang kami alami di Gugura.
"Mari anggap asumsi itu benar, Blaze dan Ice terstimulasi untuk mewakili Panglima Pyrapi dan Mas Mawais dalam pertandingan tak terselesaikan mereka di masa lampau pada Puncak Bakar Beku. Kalau begitu, aku punya saran." Kaizo menyematkan nasehatnya. Dia kelihatan ragu-ragu, tapi dia tidak mengutarakan percabangan pikirannya karena dia perlu membina tim kami sebagai pemimpin. "Jangan biarkan mereka bertemu."
"Jangan biarkan mereka bertemu." Aku mengulangi pesan Kaizo.
Kaizo memincingkan mata, "Ya. Kalau tidak, mereka akan ... mengulangi hal yang sama."